Oleh. Sri Haryati (Komunitas Menulis Setajam Pena)
Beberapa waktu yang lalu, kita dikejutkan dengan berita meninggalnya 4 orang dalam 1 keluarga di dalam rumah. Mereka itu terdiri dari Rudiyanto Gunawan 71 (kepala rumah tangga), Margaretha Gunawan 68 tahun yang merupakan istri, Dian 42 tahun (Anak) dan Budiyanto Gunawan 68 tahun (adik ipar). Penyebab kematian yang terjadi di Kalideres Jakarta Barat ini belum diketahui secara pasti. Dugaan sementara karena kelaparan. Namun, Asyung (Ketua RT) di wilayah kejadian membantah karena korban bukan tergolong dari orang yang tidak mampu.
Seperti dikutip di kumparannews.com (13/11/2022), Ketua RT 07/15 Kelurahan Kalideres Asyung menyampaikan bahwa pemberitaan dan narasi bahwa keluarga yang meninggal karena kelaparan adalah tidak benar.
Terlepas dari berbagai narasi yang beredar, kita bisa ambil pelajaran bahwa kehidupan yang terjadi sekarang ini mengarah kepada kehidupan individual. Sehingga, apa yang terjadi di dekat kita saja, kita bisa tidak tahu. Ini menunjukkan potret buruk hubungan sosial antarmanusia dalam sistem kapitalisme yang membentuk pribadi individualis. Di mana kepedulian dan hubungan sudah individualistis, tidak ada kepedulian dan hubungan sosial kemanusiaan.
Kasus ini juga menggambarkan lemahnya peran pemimpin umat dalam bentuk kepedulian terhadap rakyat. Dalam masyarakat kapitalis, memang hal ini akan terjadi, di mana arah pandang kehidupan ini mengarah kepada materi.
Makna kebahagiaan yang disuguhkan pada masyarakat kapitalis adalah apabila mereka memilik materi yang berlimpah. Misal, kepemilikan barang mewah dan juga gaya hidup yang hedonisme.
Sementara dari sisi pemerintah, perhatian yang diberikan kepada warga juga mengarah kepada keuntungan semata. Jadi, pemerintah terkesan menyerahkan semua urusan kepada warga sendiri. Undang-undang yang dibuat pun cenderung mengarah untuk kepentingan pemilik modal.
Berbeda dalam sistem islam, di mana perhatian terhadap tetangga sangat kuat, bahkan dikaitkan dengan keimanan. Rasulullah saw. juga telah mencontohkan perhatian beliau kepada umatnya dalam kehadiran.
Bahkan, ada sebuah hadis yang mengatur hubungan antar tetangga:
“Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Muslim)
Hadis di atas jelas menganjurkan untuk berbuat baik dan memuliakan tetangga. Selain itu, pada hadis yang lain, “Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah saw. ditanya, “Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas keburukannya.” (HR. Al-Bukhari)
Dengan berbekal hadis di atas, sebagai orang yang beriman tentu akan berbuat semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah tersebut. Karena tujuan hidup seorang muslim dan mukmin adalah rida Allah. Bukan mencari keuntungan materi belaka. Hanya dalam naungan Islamlah, hubungan sosial kemasyarakatan dapat terjalin dengan baik, bahkan meski berbeda keyakinan.
Wallahu a’lam bisawwab