Oleh. Arum
(Komunitas Setajam Pena)
Hari demi hari telah terlewati. Hari yang dinanti akan segera datang kembali. Ya, hari pesta demokrasi yang di nanti para pasangan calon-calon kepala daerah yang ingin menduduki kursi kekuasaan, akan digelar sebentar lagi.
Idealisme pun bisa dikalahkan demi mendapatkan kemenangan. Musuh bisa jadi kawan, atau sebaliknya, itu sudah biasa. Dilansir Liputan6.com, Pengamat Politik Adi Prayitno mengunggah komentar, terkait panas-dingin hubungan PKS dan Anies yang tampak pecah kongsi di Pilgub Jakarta 2024. Hal itu terlihat dari foto headline sejumlah portal berita yang ditampilkan di Instagram pribadinya. Beliau menyampaikan, “Kesimpulan politik kita itu sederhana. Jangan pernah baper. Jangan dibawa ke hati. Hari ini lawan besok bisa kawan.” (11/8/2024).
Koalisi dibentuk dengan pertimbangan peluang kemenangan, meski berbeda “ideologi”, berbeda pandangan politik pada masa lalu bukanlah jadi problema. Demikian pula pemilihan figur pemimpin daerah, tidak hanya dilihat dari perhitungan kemenangan saja, juga bukan pada kapabilitas apalagi integritas calon kepala daerah. Kemampuan manajerial dalam pemerintahan sangat di butuhkan bagi rakyat, begitupun memiliki jiwa yang teguh tidak mudah terombang-ambing dengan pengaruh yang buruk bagi rakyat juga negara, serta wajib konsisten dalam memimpin.
Dalam sistem demokrasi, kekuasaan menjadi tujuan. Segala macam cara akan dilakukan bahkan bisa menghalalkan segala macam cara demi meraih kekuasaan. Politik uang pun menjadi keniscayaan. Mungkinkah terjadi pemimpin yang baik jika uang yang menjadi jalan menuju meraih kekuasaan? Justru ketika sudah mendapat kursi, mereka akan berusaha bagaimana cara agar uang mereka segera kembali.
Dalam sistem kapitalisme saat ini, pemilik uang banyaklah yang mampu berkuasa. Karena kekuasaan yang mereka dapatkan hasil dari membeli suara rakyat dengan cara tidak langsung (suap) maupun langsung melalui bantuan sosial. Maka tak heran jika saat ini para calon berkoalisi dengan para pengusaha yang mampu memberikan dana sebagai modal meraih kekuasaan.
Sehingga muncul para koruptor yang dengan sengaja mengambil uang negara untuk mengembalikan modal mereka di awal pemilihan. Bahkan hampir seluruh penguasa saat ini mencuri uang rakyat demi kepentingan koalisi dan urusan pribadi mereka.
Sangat jauh berbeda dengan Islam yang memahami bahwa kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Kekuasaan yang mereka dapatkan pun untuk menerapkan aturan Allah dan rasul-Nya.
Selain itu, penguasa harus memiliki kapabilitas dan integritas karena ia akan menjadi pengurus rakyat. Penguasa yang amanah akan bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan rakyat dan mampu menyelesaikan berbagai problem kehidupan dengan berlandaskan syariat Islam.
Sebagimana mana sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim)
Dengan pemimpin yang amanah dan taat syariat, akan membawa rakyat pada kepemimpinan yang menerapkan Islam secara kafah. Maka, sudah saatnya kita beralih pada kehidupan yang lebih baik dengan pemimpin yang baik. Selain itu juga dengan sistem sempurna yang berasal dari Sang Pencipta kita, Allah Swt. Wallahualam bisawab.