Kapitalisme, Merusak Fitrah Ibu

Oleh Ismawati

Ibu adalah makhluk yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Terlebih pada anaknya, nyawa pun bisa jadi taruhan demi menjaga buah hatinya. Secara naluriahnya, ibu selalu menjadi yang terdepan membela, melindungi dan menjaga anaknya.

Namun, wahai ibu berat bebanmu dalam sistem kehidupan kapitalisme yang rusak hari ini. Beban berat kian terasa tatkala berhadapan dengan dunia. Ibu harus menghadapi lelahnya mengurus buah hati, ditambah dengan kesulitan ekonomi. Seorang ibu bahkan rela mengorbankan apa saja demi kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Namun mirisnya, demi ekonomi seorang ibu justru memilih jalan yang keji. Baru-baru ini terjadi pada seorang ibu muda berinisial R (22), di Tangerang Selatan, Banten, tega melecehkan anak kandungnya yang berusia tiga tahun. Alasannya karena diimingi uang senilai Rp 15 juta oleh akun Facebook ‘Icha Shakila’, (detiknews.com, 5/6).

Himpitan ekonomi membuat kehidupan semakin sulit. Demi mendapatkan sejumlah uang, sang ibu yang tega melukai psikis dan fisik anaknya. Saat ini uang menjadi prioritas kepemilikan yang wajib bagi setiap individu. Tanpa uang, hidup hampa dan suram. Permasalahan hidup terselesaikan dengan adanya uang.

Seperti itulah realitas kehidupan dalam sistem kapitalisme. Semua hal dipandang dari sisi materi. Minus pemahaman akidah dan kepribadian yang sahih. Sebab, kapitalisme bersumber dari sekularisme yakni pemisahan agama dari kehidupan. Individu hari ini memandang bahwa agama hanya bisa dibawa di ranah ibadah semata. Sementara untuk kehidupan dibuat bebas sesuai kehendaknya sendiri.

Dengan adanya kasus di atas, membuktikan sistem hidup kapitalis sekuler telah gagal mencetak individu berkepribadian mulia. Terlebih bagi wanita yang masa depannya adalah siap menjadi seorang ibu. Sayang, kapitalisme telah merusak fitrah itu. Pendidikan yang ada juga berorentasi materi. Sekolah tinggi diperuntukkan untuk mencari cuan lewat kerja mudah dan bergaji tinggi.

Alhasil, perempuan dicetak sebagai tenaga buruh yang tak siap menjadi ibu. Justru, hari ini profesi ibu rumah tangga dipandang sebelah mata, dibandingkan wanita yang berkarir di luar rumah yang meninggalkan anaknya.

Wahai ibu, tanggung jawab mulia ada di tanganmu. Anak yang engkau lahirkan kelak akan menjadi tabungan surga untukmu. Namun, kapitalisme sekuler telah menggerus peranmu, sebagai individu yang taat syari’at dan berkepribadian Islam.

Selain itu, tindakan asusila yang dilakukan seorang ibu kepada anaknya karena motif ekonomi menunjukkan bahwa, lemahnya negara mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di negeri ini telah menghasilkan beragam kerusakan.

Sedangkan harta kekayaan negara yang berlimpah seperti sumber daya alam, telah dikelola oleh asing dan dimanfaatkan para kapital untuk meraup keuntungan. Sementara kehidupan rakyat makin sulit, berjuang sendiri di tengah kebutuhan pokok yang makin melambung.

Sungguh, kasus asusila ibu kandung ini adalah satu dari sekian banyak kerusakan akibat sistem hukum yang rusak. Butuh pembenahan secara revolusioner menyeluruh yakni, dengan menghadirkan kembali hukum Allah Swt. dalam mengatur kehidupan.

Islam adalah agama sempurna dan paripurna yang mengatur manusia. Islam memiliki seperangkat aturan yang lengkap. Allah Swt. sebagai al-Khaliq (pencipta) sekaligus sebagai al-Mudabbir (pengatur) kehidupan. Jika hidup tak sejalan dengan apa yang diperintahkan oleh-Nya, maka kehidupan akan rusak.

Di dalam Islam, penting bagi setiap individu memiliki akidah yang kuat. Akidah ini sebagai landasan utama manusia sebelum berbuat. Dengan akidah Islam, manusia akan menjalankan segala aktivitasnya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Rabb-nya. Terlebih bagi seorang ibu yang fitrahnya adalah sebagai pendidik generasi. Penting bagi ibu memiliki akidah Islam yang kuat, dan berkepribadian mulia.

Oleh karenanya dalam sistem pendidikan, Islam mengajarkan penanaman akidah Islam sejak dini. Islam memiliki mekanisme pendidikan yang mampu mencetak generasi gemilang. Yakni generasi yang unggul dalam ilmu pengetahuan atau ilmu terapan, juga memiliki pola pikir dan pola sikap Ilami.

Selain itu, penerapan ekonomi di dalam Islam berbasis Al-Qur’an dan As-Sunnah. Haram bagi kapitalis asing menguasai SDA (sumber daya alam) untuk kekayaan individu dan kelompok. Islam memandang bahwa SDA merupakan kepemilikan negara yang wajib dikelola, dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat.

Negara dalam sistem Islam, mewujudkan kesejahteraan dengan memberdayakan para pencari nafkah yakni Ayah untuk bekerja. Lapangan kerja akan disediakan seluas-luasnya untuk para Ayah. Mereka didorong agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga ibu tidak memanggul beban ekonomi keluarga seorang diri.

Sesungguhnya, fungsi dan peran kedua orang tua akan berjalan jika Islam diterapkan. Tanpa Islam kehidupan makin suram, seorang ibu kehilangan fitrahnya sebagai pencetak generasi gemilang.

Wallahu a’lam bis as-shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi