Kapitalisme Melahirkan Sikap Individualisme

Oleh. Ummu Alfarizki (Komunitas Menulis Setajam Pena)

Kasus kematian satu keluarga di Kalideres telah terungkap. Namun, hal itu harus tetap menjadi introspeksi diri kita agar jangan sampai kejadian tersebut terulang. Apalagi mirisnya saat itu tak seorangpun tahu. Sikap individualisme telah nyata adanya. Antartetangga tidak mau peduli dengan urusan atau masalah orang lain.

Dilansir dari kompas.com (10/12/2022), Misteri kematian satu keluarga di Kalideres, yang menimbulkan banyak tanya, akhirnya terungkap. Polda Metro Jaya bersama tim ahli gabungan akhirnya membuat kesimpulan dan mengungkapkan apa yang terjadi pada Rudyanto Gunawan (71), Renny Margaretha Gunawan (68), Dian Febbyana (42), dan Budyanto Gunawan (68) di dalam rumah itu. Yaitu akibat sakit dan ketiadaan biaya untuk bertahan.

Dengan melihat fakta-fakta yang terjadi di tengah masyarakat, seakan-akan rasa sosial terhadap sesama sudah hilang. Mereka mementingkan dirinya sendiri tanpa peduli dengan kehidupan orang lain. Entah orang lain itu dalam masa-masa sulit atau tidak. Mereka masa bodoh tidak ambil pusing untuk masuk di dalamnya.

Lebih mirisnya lagi, anggota keluarga pun tidak tahu menahu keadaan keluarga tersebut. Yaitu adik Margaretha, Ris Astuti (64), menyampaikan bahwa mereka jarang bertemu sejak keluarga kakaknya pindah ke Kalideres dari rumah keluarga besar Gunawan di wilayah Gunung Sahara, Jakarta Pusat. Mereka tak lagi merayakan Natal bersama dan hanya sesekali bertemu selama 25 tahun ini. Bahkan, kali terakhir Ris berkomunikasi dengan kakaknya, yakni sekitar lima tahun lalu untuk sekadar mengucapkan selamat ulang tahun.

Memang begitulah watak dalam sistem kapitalis sekuler liberal. Selama tidak mendatangkan manfaat, mereka enggan untuk saling sapa, berkunjung atau terjun di dalam keluarga orang lain. Salah satu contoh adalah peduli terhadap sesama, sudah sangat jarang dimiliki oleh orang di masa sekarang. Ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme telah menumbuhsuburkan sikap individualis.

Manusia, kebanyakan merasa bahwa dengan adanya peduli terhadap sesama akan menyita waktu mereka dan itu pun tidak mendatangkan manfaat apa pun. Justru akan membuat waktu mereka terbuang sia-sia. Sehingga, cuek menjadi pilihan. Na’udzubillah.

Asas kapitalisme yaitu sekulerme, memisahkan agama dari kehidupan. Jadi aturan yang dipakai dalam beraktivitas tidak distandarkan pada hukum syara, tetapi hukum buatan manusia. Mereka percaya adanya Allah, tetapi tidak mau diatur dengan aturan Allah. Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas dan pastinya membutuhkan yang lain. Tidak bisa manusia hidup seorang diri tanpa bantuan yang lain. Mereka tidak menyadari tentang hal tersebut.

Sedangkan liberalisme adalah paham kebebasan. Bebas memilih, bebas berekspresi, bebas dalam bentuk menentukan sikapnya, seperti sikap individualisme tadi. Dengan melihat hal itu, tidak hanya masyarakat yang disalahkan tetapi juga peran pemimpin umat yang sangat lemah dalam membangun kepedulian terhadap sesama.

Berbeda dengan Islam, selain sebagai agama ritual, Islam juga sebagai pengatur kehidupan. Aturan yang benar-benar berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dapat menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh, termasuk sikap individualisme yang saat ini sudah menjamur di masyarakat.

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Seorang muslim adalah saudaranya muslim (yang lain) dia tidak menganiayanya dan menyerahkan saudaranya. Barang siapa memenuhi saudaranya barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari berbagai kesuksesan di dunia niscaya Allah lepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah selamanya menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya.” (Hadits riwayat Al-Bukhari, Muslim, abu Dawud, An-Nasa’i, Tirmidzi)

Dari hadis di atas, bisa kita ambil pelajaran, bahwa hadis tadi mengajarkan kita untuk selalu memperhatikan sesama muslim dan memberikan pertolongan jika seseorang mendapatkan kesulitan. Sedangkan untuk nonmuslim, maka tetap ada kewajiban untuk saling membantu dan menolong selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Sebagaimana dulu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap berbuat baik kepada si buta nonmuslim yang membencinya. Sebab Allah telah berfirman:

“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dari kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21)

Rasulullah adalah orang yang paling mulia dan sebagai contoh bagi kita semua dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Semua yang dilakukan beliau bukan semata-mata karena hawa nafsu, tetapi wahyu dari Allah. Maka, ketika kita mencontoh beliau, akan mendatangkan kemaslahatan bagi kita dan orang lain, termasuk akan menumbuhkan saling peduli terhadap sesama.

Allahu a’lam bishowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi