Jerat-Jerat Fear Of Missing Out Gen Z, Apa Solusinya?

Oleh. Dewi Utami
(Pemerhati Remaja Kotawaringin Timur)

Fear Of Missing Out merupakan gaya hidup yang cenderung takut merasa tertinggal . Fenomena ini telah menjadi salah satu tren di kalangan generasi Z. Berdasarkan laporan lokadata.id sendiri sebanyak 78 persen generasi milenial dan gen Z tercatat sudah menggunakan aplikasi fintech Yang mencakup dompet digital, layanan pinjaman, serta pembayaran digital. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari gaya hidup materialistik yang mengarah pada cerminan sikap FOMO.

Dilansir dari kompas.com (11/10/2024), tingkat adopsi layanan financial technology (fintech) oleh kalangan muda, milenial (kelahiran 1981 sampai 1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012), terus meningkat. Berdasarkan laporan Lokadata.id, sebanyak 78 persen masyarakat generasi milenial dan gen Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital. Namun, tingginya adopsi tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi generasi muda jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik. Namun, tingginya adopsi tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi generasi muda jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik.

Public & Government Relation Manager 360Kredi Habriyanto Rosyidi S mengatakan, dominasi anak muda yang kini memuncaki populasi membawa dampak positif bagi dunia kerja. Belajar Kemandirian Pangan dari Desa Artikel Kompas.id. Namun, di sisi lain, gaya hidup anak muda yang cenderung takut merasa tertinggal atau fear of missing out (FOMO) menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi kesehatan finansial.

Apa Penyebabnya?

Fear Of Missing Out mencerminkan dampak dari adanya interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Munculnya Gaya hidup ini karena adanya sistem liberal kapitalisme yang tengah mencengkram negeri ini. Akibatnya, generasi muda menjadi sasaran empuk . Kehidupan mereka diliputi dengan gaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Bahkan kesenangan dunia yang sesaat menjadi prioritas utama dalam kehidupan generasi saat ini.

Sehingga yang terjadi generasi dijauhkan dari jalan menuju perubahan. Potensi generasi muda dilumpuhkan dalam berkarya dan berprestasi. Apalagi regulasi dalam sistem kapitalisme ini sama sekali tidak memberikan jaminan perlindungan bagi generasi Z. Yang ada generasi Z justru semakin terpuruk dalam lingkaran materialistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO. Lihat saja banjir produk viral Labubu yang akhir-akhir ini tengah menyerang masyarakat tidak terkecuali dengan generasi Z. Pembelian produk tersebut bukanlah hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan individu, namun tren fear of missing out (FOMO).

Terkait demam Labubu yang menyerbu masyarakat, sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiyah SSosio MSc mengatakan, daya tarik produk populer sering kali terletak pada nilai eksklusivitas, keterbatasan produksi, dan keterkaitannya dengan budaya pop yang memiliki basis penggemar. Sebagaimana diketahui, boneka Labubu menjadi begitu booming setelah idol K-pop Lisa BLACKPINK memamerkannya di media sosial (jawapos.com, 13/10/2024).

Solusi Nyata

Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, yang mampu mengatur dan menyelesaikan segala problematika kehidupan manusia dengan seperangkat aturan yang lengkap dari Allah Swt. Dalam Islam, pemuda adalah agen of change. Islam sistem terbaik yang mempunyai cara jitu untuk melejitkan potensi generasi Z. Mengarahkan hidupnya sesuai dengan perintah Allah Swt. yaitu menjadi hamba beriman, bertakwa, memiliki karya yang bermanfaat bagi umat guna membangun kembali peradaban gemilang seperti pada masa kejayaan Islam masa lalu.

Islam mewajibkan seorang penguasa menciptakan suasana yang Islami bagi seluruh masyarakatnya yaitu dengan menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Dalam mencetak agen of change, maka negara memberikan pendidikan berbasis akidah Islamiyah sehingga para generasi muda senantiasa mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam. Yang mana generasi Z akan mampu memilah dan memilih mana perbuatan yang halal dan haram, mana yang boleh dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Negara juga melarang tegas perilaku atau hal-hal lain yang bisa merusak mental generasi Z karena adalah perisai pertama bagi mereka.

Selain itu negara juga wajib memfasilitasi mereka dengan berbagai sarana dan prasarana yang digunakan untuk mengembangkan potensinya. Negara akan memberikan aspirasi dan penghargaan bagi generasi yang mampu menciptakan karya. Demikianlah Islam jika diterapkan dalam kehidupan. Segala problem kehidupan manusia akan diselesaikan dengan baik dan akan menciptakan suasana kehidupan yang penuh dengan keberkahan di dunia dan di akhirat kelak. Wallahualam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi