Islam Menjaga Keamanan dan Persatuan

Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Redaksi MazayaPost.com)

Hampir setahun, Zionis Yahudi melakukan serangan brutal terhadap muslim Palestina. Penjajahan dan genosida terus dilancarkan demi memuaskan syahwat kepemilikan atas tanah kaum muslim yang diberkahi. Gaza yang digadang-gadang sebagai zona aman justru menjadi puing-puing reruntuhan peradaban manusia. Tak ada jaminan keamanan di Palestina sampai detik ini.

Hipokrisi Keamanan di Palestina

Klaim Zionis Yahudi bahwa Gaza adalah wilayah aman menjadi sebuah hipokrisi global. Sementara dunia tutup mata dan telinga, tak terkecuali negeri-negeri muslim lainnya. Zona kemanusiaan yang aman hanya “lips service” yang tak pernah terwujud keberannya. Alih-alih melindungi penduduk sipil, Zionis Yahudi justru membabi buta dalam menyerang dan memusnahkan penduduk Palestina, tak peduli tua muda, anak-anak atau lansia, pria atau wanita, semua rata jadi puing-puing dan abu di Gaza. Zionis Yahudi laknatullah mengubah “zona kemanusiaan aman” di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut “zona aman” bagi warga sipil yang mengungsi, kata Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, Sabtu (Antaranews.com, 25/8/2024).

Kenyataan mengenaskan ini diperparah dengan diamnya penguasa muslim. Krisis kemanusiaan dan penderitaan di Gaza, Palestina, terus terjadi tanpa solusi yang pasti. Kecaman dan ancaman saja kian menunjukkan adanya hipokrisi struktural di kancah internasional. Sikap tak peduli dunia Islam terhadap Gaza kian memprihatinkan. Sebut saja negeri jiran sekaligus yang terbesar di kawasan jazirah, yaitu Arab Saudi, diketahui tengah membangun 15 stadion megah untuk persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 tanpa sedikit pun menaruh peduli dengan tumpahnya darah saudara sesama muslim di Gaza.

Demikian juga dengan negeri Piramida, Mesir. Meski berbatasan langsung dengan Gaza, Mesir tampak enggan membuka pintu perbatasannya, apalagi memberikan bantuan logistik. Negara-negara Arab lainnya mulai menormalisasi hubungan dengan Zionis Yahudi, tanpa memberikan sedikit empati bagi Gaza. Sementara negeri muslim lainnya seperti Turki, Indonesia, dan lainnya yang jauh dari Palestina hanya memberikan kecaman tanpa tindakan nyata untuk mengusir penjajah Zionis Yahudi dari Palestina.

Kondisi ini kian menampakkan betapa jaminan keamanan internasional bagi Palestina hanyalah hipokrisi. Sikap abai dunia Islam terhadap Gaza adalah akibat sekat nasionalisme yang tertancap kuat dalam benak penguasa muslim. Nasionalisme yang lahir dari sistem kapitalisme sudah mengakar di negeri-negeri muslim dan menjadi racun politik yang menyebabkan negeri-negeri muslim tidak berdaya untuk membela saudaranya di Palestina. Selain nasionalisme, penguasa muslim saat ini terlalu fokus pada kekuasaannya. Hal itu menghalangi mereka untuk tampil terdepan membawa pasukan tentaranya untuk mengusir penjajah Zionis Yahudi dari Palestina.

Islam Menjamin Keamanan dan Persatuan Umat Manusia

Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim)

Islam adalah agama paripurna dan juga sebuah ideologi. Hadis Nabi di atas menegaskan sebuah ikatan akidah Islam dalam merawat persaudaraan sesama muslim. Persatuan umat Islam sangat dijaga dalam tatanan kehidupan Islam. Sejak zaman Nabi hingga akhir kekhilafahan, persatuan umat manusia dan keamanan tiap wilayah dan seluruh penduduknya menjadi tanggung jawab pemimpin (khalifah).

Tinta emas sejarah mencatat di akhir kekhilafahan Turki Utsmani, yakni Sultan Abdul Hamid II selaku khalifah kaum muslim pernah murka kepada Theodor Herzl (pencetus Zionisme) yang hendak menyuap beliau demi memperoleh tanah kaum muslim yang diberkahi, Palestina. Sultan pun berkata dengan lantang, “Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan Palestina. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan harta mereka. Jika suatu saat Khilafah Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Namun, selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku sendiri daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiah.”

Apa yang dilakukan Sultan Abdul Hamid II ini menunjukkan sosok pemimpin yang tegas. Beliau menolak kemungkaran yang dilakukan oleh Zionis Yahudi tanpa gentar dan tanpa tedeng aling-aling. Beliau menjaga persatuan dan keamanan secara nyata. Demikianlah semestinya sikap pemimpin Islam sejati yang tampil di panggung internasional agar musuh-musuh Islam tak meremehkan kaum muslimd dan Islam. Sudah saatnya kaum muslim, khususnya penguasa muslim meninggalkan ide nasionalisme dan sistem kapitalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saatnya berjuang melanjutkan kembali kehidupan Islam di muka bumi agar keamanan dan persatuan umat tetap terjaga. Wallahualam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi