Islam Menjaga Fitrah Ibu

Oleh. Ratna Dewi Putika Sari, S.Pd, M.Pd.
(Aktivis Muslimah, Ibu Peduli Keluarga dan Generasi)

Publik dibuat geger oleh kasus pelecehan di Jambi. Wanita pemilik rental PS di Jambi lecehkan 11 anak laki-laki dan perempuan hingga diajak nonton fim dewasa. Pelaku diketahui berinisial NT dan masih berusia 25 yahun. Ibu muda itu membuka rental playstation di kedimannya di kawasan Alam Barajo, Kecematan Alam Barajo, Kota Jambi (tvonenews.com/0502223).

Salah satu orang tua korban, mengatakan, korban dipaksa menerima permintaan NT saat rental PS sedang sepi. Saat akan melancarkan aksi pelecehan seksual, NT secara tiba-tiba menutup rentalnya. Dalam pengembangan kasusnya, korban bertambah menjadi 17 orang (regional.kompas.com/04022023) .

Kasus ini menambah daftar panjang kasus pelecehan seksual di negeri ini. Juga menunjukkan bahwa perempuan pun bisa menjadi pelaku kejahatan seksual dan menyasar anak-anak sebagai korban. Mirisnya dilakukan oleh seorang perempuan yang telah berstatus sebagai seorang ibu. Fakta nyata yang menunjukkan rusaknya fitrah keibuan.

Hal ini tidak terlepas dari rusaknya sistem kehidupan yang berlandaskan kepada sekulerisme kapitalisme. Fitrah keibuan yang rusak adalah bukti nyata bobroknya sistem yang menihilkan peran agama dalam kehidupan ini. Perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban, ternyata bisa menjadi pelaku, bahkan dalam perbuatan yang sangat keji.

Lebih jauh, banyak hal yang bisa membuat fitrah keibuan tercerabut. Kalaulah benar dugaan bahwa pelaku tersebut mengalami gangguan kejiwaan, maka tentu ada kondisi yang membuat pelaku terganggu jiwanya. Kehidupan saat ini memberikan tekanan hidup yang luar biasa, termasuk kepada para ibu.

Sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan oleh negara mengakibatkan kesejahteraan hidup sulit diraih. Tidak adanya jaminan kebutuhan pokok oleh negara membuat kemiskinan tidak mampu dielakkan. Beratnya beban hidup tanpa disertai kekuatan iman akan mengakibatkan hidup dalam tekanan. Kondisi ini dapat memicu dilakukannya tindakan apa pun yang dianggap dapat melepaskan beban kehidupan. Situasi seperti ini membuat akal sehat tidak lagi digunakan, jadilah hal-hal yang di luar kepatutan juga di luar nalar, bahkan yang haram sekalipun dapat dilakukan.

Tekanan kehidupan dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan gangguan kejiwaan, yang tentu dapat memperparah keadaan. Dalam kondisi jiwa yang terganggu, seseorang tak akan mampu menimbang nilai perbuatan yang dilakukannya. Masalah ini muncul akibat penerapan sistem kehidupan yang tidak manusiawi ini.

Sekularisme kapitalisme yang diterapkan saat ini jelas sekali membawa kesengsaraan dan penderitaan bagi orang-orang yang lemah. Sistem yang menyingkirkan peran agama dalam kehidupan jelas makin membuat manusia yang fitrahnya adalah makhluk yang lemah makin terpuruk. Oleh karena itu, tidak sepantasnya umat berharap kebaikan dalam sistem ini, karena sistem ini merusak kehidupan manusia.

Islam sebagai agama yang sempurna, yang diturunkan Allah untuk mengatur kehidupan manusia, sangat memperhatikan fitrah manusia. Islam memiliki berbagai macam aturan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri manusia. Dengan seperangkat aturan Islam yang menyeluruh, manusia dapat hidup tenang, terpenuhi semua kebutuhannya baik fisik maupun psikisnya, demikian pula kebutuhan nalurinya. Manusia pun akan tetap terjaga kemuliaannya sebagaimana manusia dan terjaga fitrahnya.

Islam mengatur kehidupan dunia dan menetapkan adanya pertanggungjawaban di akhirat. Dengan demikian manusia terjaga tetap dalam fitrahnya sebagai manusia yang merupakan sebaik-baik ciptaan. Sistem Islam mendudukkan peran perempuan dan ibu sesuai fitrah penciptaannya.

Dalam sebuah HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, “Ya Rasulullah, kepada siapakah aku berbakti yang utama?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Rasul pun menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Rasul pun menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya kembali dan Rasul pun menjawab, “Kemudian ayahmu.”

Betapa mulianya peran seorang ibu, sosok perempuan yang diciptakan-Nya dengan segenap fitrah kelembutan dan kasih sayangnya. Islam juga menetapkan peran dan posisi strategis dan mulia bagi perempuan, yakni pendidik dan penjaga generasi. Terjaganya fitrah manusia membutuhkan tentu peran negara. Hanya dalam naungan sistem Islam, seorang ibu akan melakukan kebaikan dan hal-hal terpuji lainnya, karena negara yang menerapkan Islam akan menghilangkan berbagai hal yang dapat merusak fitrah ibu.

Islam mewajibkan negara menjamin peran dan posisi strategis dan mulia perempuan ini terlaksana, yakni melalui penerapan hukum Islam secara utuh dan konsisten. Allah Swt. pun menegaskan bahwa tidak ada hukum yang lebih baik dari hukum Islam. Allah Swt. berfirman:

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah: 50)

Wallahu a’lam bish showab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi