Investasi pada Perempuan Benarkah Solusi Memuliakan Perempuan?

Oleh: Khusnul (Pegiat Literasi).

Menjelang peringatan International Women Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2024. UN Women Indonesia (Entitas Perserikaan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan).

Kembali menyorot pentingnya berinvestasi atau memberi perhatian lebih terhadap kelompok perempuan dan kesenjangan gender. Hal tersebut sejalan dengan tema IWD tahun ini, ‘Invest in women: Accelerate progress’ yang artinya ‘Berinvestasi pada perempuan: Mempercepat Kemajuan’.

Kepala Program UN Women Indonesia Dwi Faiz menyebut bahwa, menjamin pemenuhan hak-hak perempuan dan anak perempuan di seluruh aspek kehidupan adalah satu-satunya cara untuk memastikan perekonomian yang sejahtera dan adil, planet yang sehat untuk generasi mendatang, dan tercapainya tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dalam mewujudkan tema IWD tahun ini, UN Women Indonesia mengusulkan beberapa usulan untuk investasi bagi perempuan, yaitu:

Pertama, menyediakan platform pembelajaran gratis berbasis keterampilan, disesuaikan dengan kebutuhan belajar perempuan, serta akses ke komunitas belajar

Kedua, memberikan akses ke pengembangan keterampilan kewirausahaan yang berperspektif gender dan digital untuk mendukung perempuan wirausaha berpartisipasi di ekonomi digital. (liputan6.com, 01/04/2024)

Adapun kampanye Hari Perempuan Internasional 2024 adalah adalah, “Di Hari Perempuan Internasional ini, mari bersatu untuk mengubah tantangan menjadi peluang dan membentuk masa depan yang lebih baik bagi semua”.

Berikut ini adalah lima bidang utama yang memerlukan tindakan bersama untuk memastikan perempuan tidak tertinggal.

Pertama, berinvestasi pada perempuan:
Masalah hak asasi manusia. Kesetaraan gender masih menjadi tantangan hak asasi manusia yang terbesar. Berinvestasi pada perempuan merupakan sebuah keharusan dalam hak asasi manusia dan landasan untuk membangun masyarakat inklusif. Kemajuan bagi perempuan bermanfaat bagi kita semua.

Kedua, mengakhiri kemiskinan.
Pandemi COVID, konflik geopolitik, bencana iklim, dan gejolak ekonomi menyebabkan 75 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan parah sejak tahun 2020. Tindakan segera sangat penting untuk mencegah lebih dari 342 juta perempuan dan anak perempuan hidup dalam kemiskinan pada tahun 2030

Ketiga, menerapkan pembiayaan responsif gender.
Akibat konflik dan kenaikan harga bahan bakar dan pangan, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa 75 persen negara akan membatasi belanja publik pada tahun 2025. Penghematan berdampak negatif terhadap perempuan dan mengurangi pengeluaran pemerintah untuk layanan publik penting dan perlindungan sosial

Keempat, peralihan ke perekonomian ramah lingkungan dan masyarakat yang peduli.
Sistem ekonomi saat ini memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap perempuan. Para pendukung mengusulkan peralihan ke ekonomi hijau dan masyarakat peduli untuk memperkuat suara perempuan

Kelima, mendukung gerakan feminis yang melakukan perubahan.
Organisasi feminis memimpin upaya untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan perempuan. Namun, negara-negara tersebut masih kekurangan dana dan hanya 0,13 persen dari total bantuan pembangunan resmi. (news.detik.com, 02/02/2024)

Tema yang di bahas pada hari Perempuan tahun ini adalah ‘Invest in women: Accelerate progress’ (‘Berinvestasi pada perempuan: Mempercepat Kemajuan’). Kalau kita perhatikan seolah tema itu benar-benar akan menjadi solusi yang sangat pas untuk mengatasi masalah yang ada saat ini, utamanya dalam bidang perekonomian masyarakat.

Dari tema itu negara didorong untuk berinvestasi dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk belajar dan berkarya, termasuk menyediakan cukup dana untuk mewujudkan kesetaraan gender. Mereka mengasumsikan bahwa, negara akan mampu memberikan solusi yang tepat dengan menjadikan perermpuan sebagai pendongkrak kemajuan. Pemerintah juga menganggap, nanti negara akan mendapatkan banyak keuntungan. Dimana tidk akan lagi ada pengangguran dan semua masyarakatnya diberdayakan.

Selain itu, perempuan juga didorong untuk berkarya atau bekerja agar dapat berperan dan ikut serta untuk mengentaskan kemiskinan. Padahal kalau mau kita cermati secara lebih teliti, yang menjadi pengangguran mayoritas adalah laki-laki. Bahkan generasi muda saat ini cenderung tidak mau berusaha sekadar untuk bisa mencukupi kebutuhannya sendiri.

Seandainya, semua penduduk laki-laki dalam usia produktif mau bekerja, maka kesejahteraan akan tercapai meski para perempuannya tidak bekerja. Tapi faktanya tidak demikian, karena para laki-laki banyak yang tidak bekerja, entah karena minimnya lapangan kerja, minimnya ketrampilan yang dimiliki, kurangnya modal untuk usaha bahkan rendahnya kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai seorang laki-laki.

Karena itu, akhirnya memaksa para perempuan khususnya para ibu untuk ikut membantu berusaha agar roda perekonomian keluarga terus berjalan. Inilah yang akhirnya menyebabkan terabaikan peran perempuan sebagai ibu, sebagai pengatur rumah tangga serta peran vitalnya sebagai pendidik generasi terbaik.

Semuanya ini terjadi karena kita berada dalam paradigma kehidupan saat ini, yaitu kapitalisme dengan semua nilai turunannya. Maka kondisi ideal tidak dapat terwujud. Sehingga meski menggunakan solusi pemberdayaan perempuan atau berinvestasi pada perempuan tentu tidak akan memberikan hasil yang signifikan, karena mengabaikan masalah yang mendasar yang harusnya segera diselesaikan terlebih dahulu.

Pemberdayaan untuk laki-laki jauh ebih penting dari pada pemberdayaan perempuan. Laki-laki sesungguhnya memiliki potensi lebih besar dan lebih baik jika pemerintah mampu mengoptimalkan dalam pemberdayaannya, tapi faktanya ternyata tidak demikian. Para laki-laki tidak memiliki ketrampilan yang memadahi untuk bekerja, pembinaan dan peningkatan ketrampilan kerja untuk laki-laki berbayar dan sulit dijangkau, mau berusaha, mereka tidak memiliki modal.

Sedangkan, kalaupun ada bantuan dari pemerintah tidak tepat sasaran, lapangan kerja yang disediakan oleh pemerintah kurang bisa menampung tenaga kerja laki-laki, bahkan cenderung memakai tenaga asing. ditambah lagi mental dan motivasinya kurang di tumbuhkan. Sehingga sangat wajar jika banyak laki-laki yang tidak produktif dan menganggur.

Sementara, dalam sistem Islam ditetapkan bahwa, negara bertanggungjawab untuk memenuhi hak setiap individu termasuk pendidikan dan kesempatan yang sama untuk berkarya, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Negara wajib melakukan upaya maksimal untuk memberdayakan laki-laki terlebih dahulu. Yakni dengan membekali setiap laki-laki untuk bertanggungjawab menjadi tulang punggung keluarga dan mencukupi nafkah keluarganya.

Kemudian memberikan pelatihan kepada mereka yang memiliki ketrampilan yang terbatas, dan jika mereka tidak memiliki modal untuk berusaha maka pemerintah akan memberikan bantuan modal dengan cuma-cuma sampai mereka mampu untuk menghasilkan pendapatan yang mencukupi untuk keluargnya. Selain itu, dalam pendidikan pun selalu di motivasi dan dipahamkan peran dan tanggung jawab laki-laki, sehingga mereka sadar dan paham akan peran dan kewajiban mereka nantinya.

Sementara untuk perempuan, Islam memiliki ketentuan rinci atas peran serta perempuan dan kiprahnya dalam masyarakat. Tidak serta merta mereka harus ikut membantu dengan mengikuti program pemberdayaan perempuan, tapi peran dan fungsi utamanya adalah sebagai pencetak dan pendidik generasi.

Setelah itu, ketika tidak memiliki kewajiban dalam fungsi dan perannya, mereka diarahkan menggunakan waktu luangnya untuk berkontribusi dalam kemajuan negara. Jadi, poin penting yang harus diingat adalah, Islam menetapkan perempuan sebagai ummu wa rabbatul bait (ibu sebagai pengatur rumah tangganya).

Islam tidak mengenal istilah kesetaraan gender. Karena, dengan menerapkan hukum syara’ dalam kehidupan, semua berdaya dan produktif, tidak akan ditemukan pengangguran. Dalam Islam, mendidik perempuan adalah investasi untuk membangun peradaban yang mulia bukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

WalLahu a’lam bis ash-shawaab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi