Oleh: Ross A.R (Aktivis Dakwah Medan Johor)
Ironis, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia kasus TBC. Meningkatnya kemiskinan dan stunting juga terbatasnya sarana kesehatan jelas memberikan kontribusi yang sangat besar, menjadikan tingginya kasus TBC di negeri ini. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan terjadi kenaikan sangat signifikan atas temuan kasus tuberkulosis (TBC) pada anak di Indonesia. Kenaikan itu bahkan melebihi 200 persen.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menilai kenaikan ini terjadi lantaran banyak orang tua yang tidak menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobati penyakitnya sehingga berimbas penularan pada kelompok rentan seperti anak-anak.
Kasus TBC anak mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari 2021 ada 42.187, kemudian tahun 2022 ditemukan 100.726 kasus, jadi ini naik lebih dari 200 persen. Kemenkes Imran Pambudi mengatakan, masih banyak kasus TBC di Indonesia yang belum muncul ke permukaan. Berdasarkan data global TB report 2022, Indonesia berada pada peringkat kedua dengan kasus TBC terbanyak didunia setelah India, dengan perkiraan kasus baru sebanyak 969 ribu,(17/3).
Sudah seharusnya permasalahan ini menjadi perhatian pemerintah, mengingat generasi muda adalah penerus bangsa. Karena menyangkut masa depan generasi yang sehat dan cemerlang, peningkatan kasus TBC pada anak tersebut mencerminkan buruknya pengurusan negara.
Faktanya penyakit tersebut memang berhubungan dengan buruknya tingkat kesadaran kesehatan masyarakat dan rendahnya edukasi dan pelayanan negara.
Sudah seharusnya negara menyediakan fasilitas kesehatan terbaik dengan jumlah yang cukup serta mudah diakses oleh setiap individu masyarakat, kapan pun dan dimana pun. Dan disertai kelengkapan alat kedokteran dan obat-obatan terbaik terutama untuk penanganan rakyat yang terpapar penyakit menular, semisal penyakit TBC
Selain itu, negara pun seharusnya memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya, terlebih kebutuhan gizi. Namun, harapan itu sulit terwujud karena dalam sistem saat ini, semuanya dikapitalisasi.
Berbeda jauh dengan sistem Islam, negara akan menjamin seluruh kebutuhan pokok rakyatnya. Pemimpin dalam sistem Islam (Khalifah) adalah orang yang sangat amanah, maksimal dalam meriayah rakyatnya, sebab ketakwaannya kepada Allah Swt.
Negara (Khilafah) juga akan menjamin ketersediaan air bersih, sanitasi yang baik, pengelolaan sampah yang baik, tata kelola kota yang asri dan sehat, ditambah lagi dukungan sistem pendidikan Islam yang mengedukasi masyarakat agar hidup sehat dan bersih. Maka, akan terwujud masyarakat yang bersih dan sehat pula. Sudah saatnya kita kembali pada sistem Islam, yang akan mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki.
Wallahu a’lam bis shawab