Ilusi Kapitalisme Menyelesaikan Stunting

Oleh. Atiqoh Shamila

Stunting masih menjadi PR (pekerjaan rumah) yang tak kunjung selesai di negeri ini. Prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6% masih melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%. Sehingga salah satu isu prioritas nasional yang dipacu oleh pemerintah adalah percepatan penurunan stunting.

Definisi stunting menurut Kemenkes adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting ini, target pada 2024 menekan prevalensi stunting hingga 14%. Berarti, masih ada 7,6% lagi angka penurunan yang harus diupayakan.

Salah satu penanganan stunting yang tengah dilaksanakan oleh pemerintah adalah program penyediaan makanan tambahan bagi anak. Namun, berdasarkan temuan di beberapa daerah ternyata makanan tambahan yang diberikan kualitasnya di bawah standar. Anggota komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, menghimbau agar melibatkan masyarakat dalam melaksanakan program makanan tambahan. Selama ini pemerintah menggunakan pendekatan proyek yang hanya berorientasi pada penuntasan program kerja tapi hasilnya nihil. Padahal dana yang digelontorkan untuk program ini tidaklah sedikit (Beritasatu.com, 1/12/2023).

Solusi Stunting belum Menyentuh Akar Masalah

Stunting merupakan persoalan serius bangsa yang harus diselesaikan berkaitan dengan masa depan bangsa. Jika dicermati, masalah stunting disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: faktor ekonomi, kemiskinan menjadi pemicu kurangnya asupan makanan yang bergizi. Faktor pergaulan bebas, mengakibatkan maraknya pernikahan dini tanpa persiapan yang matang dan tanpa ilmu yang memadai sehingga pengetahuan gizi keluarga sangat kurang. Sanitasi yang buruk dan kurangnya akses air bersih juga mempertinggi risiko stunting. Tiga faktor inilah penyebab utama stunting, tidak menutup kemungkinan muncul faktor penyebab lain yang merupakan turunan dari penyebab utama.

Beragam faktor penyebab stunting ini perlu upaya sungguh-sungguh dari pemerintah untuk menanganinya. Walau sudah banyak program diluncurkan namun tak kunjung terselesaikan karena tidak menyentuh akar masalah. Salah satu program yang diluncurkan pemerintah saat ini adalah pemberian makanan tambahan pada balita. Namun ternyata, perilaku korup sebagian pejabat menyebabkan dana stunting pun diembat.

Berdasarkan laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2022 dari BPK, 26 Juni 2023, ternyata dari 10 miliar anggaran untuk program penurunan prevalensi stunting, 3 miliar digunakan untuk perjalanan dinas, 3 miliar untuk rapat dan 2 miliar untuk pengembangan macam-macam, hanya 2 miliar yang benar-benar digunakan untuk pelaksanaan program stunting (Beritasatu.com, 4/12/2023).

Miris, dana besar digelontorkan seperti menggarami air laut, percuma jika akhirnya dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Faktor penyebab stunting amatlah kompleks. Jika penyelesaiannya bersifat parsial maka masalah stunting ini tidak akan tuntas. Walaupun dana yang digelontorkan tidak sedikit, apalagi jika dana-dana tersebut tidak tepat sasaran atau diselewengkan oleh sejumlah pihak. Maka penurunan prevalensi stunting hanyalah ilusi.

Stunting memang tak mungkin terselesaikan selama negara masih menerapkan sistem kapitalisme. Sistem kehidupan ini berorientasi pada materi belaka dengan mengabaikan aturan agama sebagai pedoman kehidupan. Wajar, jika kekayaan alam negeri ini dikuasai oleh segelintir orang. Efeknya terdapat kesenjangan yang luar biasa antara si papa dan si kaya. Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat menjadi salah satu sebab kemiskinan. Dan kemiskinan adalah salah satu pemicu stunting.

Sistem kehidupan yang dianut negeri ini adalah kapitalisme liberal. Atas nama kebebasan, saat ini para pemuda terjerumus pada pergaulan bebas yang memaksa mereka nikah muda tanpa persiapan yang matang dalam kehidupan berumah tangga. Akibatnya, rumah tangga berjalan apa adanya tanpa pengetahuan yang memadai tentang pola asuh anak dalam keluarga, ini pun salah satu pencetus terjadinya kasus stunting.

Kemiskinan yang mendera dan minimnya pengetahuan orang tua tentang hidup sehat menjadi salah satu sebab buruknya sanitasi sehingga banyak anak yang terserang infeksi. Rendahnya akses pada pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu sebab stunting.

Semua permasalahan di atas hanyalah permasalahan cabang yang akan selesai jika permasalahan pokoknya dituntaskan. Permasalahan pokoknya adalah sistem kehidupan yang tidak mengacu pada aturan yang telah digariskan Allah SWT dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, sehingga muncullah rentetan masalah yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

Solusi Islam

Islam memiliki sistem ekonomi yang mampu menyelesaikan stunting dan mewujudkan kesejahteraan hidup individu per individu. Bagaimana tidak, dalam ekonomi Islam, kepemilikan umum (setiap orang memiliki hak dan andil didalamnya) tidak boleh dimiliki atau dikuasai oleh individu atau kelompok. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. bahwa, “Manusia bersekutu dalam kepemilikan atas tiga hal: air, padang gembalaan dan api.” (HR. Imam Ahmad)

Harta milik umum hanya boleh dikelola oleh negara untuk dikembalikan pemanfaatannya dan keuntungannya kepada rakyat. Dalam sistem ekonomi Islam, penguasa sebagai pengurus urusan umat atau raa’in sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari bahwa imam adalah raa’in dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.

Dengan demikian, menjadi tugas negara untuk menyediakan fasilitas publik secara gratis, seperti transportasi, pendidikan dan layanan kesehatan. Bahkan dari sisi peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat. Lapangan pekerjaan yang luas ini sangat mungkin terwujud karena industri-industri strategis yang mengelola sumber daya alam di bawah pengelolaan negara. Sehingga tidak ada ketimpangan yang tinggi dan kemiskinan yang ekstrem dalam negara yang menerapkan sistem Islam.

Dengan kondisi ekonomi yang bagus, individu dan masyarakat yang taat syariat serta regulasi yang berpihak pada rakyat maka masalah stunting akan mampu diatasi. Namun, ini semua hanya dapat terwujud jika Islam diterapkan dalam segala aspek kehidupan, karena Islam bukanlah semata agama ritual. Islam adalah panduan kehidupan dari A hingga Z, apabila ditaati seluruh aturan Islam maka rahmatan lil alamin akan direngkuh. Wallahu a’lam bisshawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi