Hilangnya Empati Karena Dunia Musik

Oleh. Arum
(Komunitas Menulis Setajam Pena)

Masa muda adalah masa seseorang ingin mencari jati diri mereka. Di mana mereka melakukan suatu perbuatan seperti orang lain atau menirunya. Bahkan ada yang hanya ikut-ikutan tanpa tahu dampaknya. Hal yang booming saat ini adalah anak-anak muda yang lagi gandrung memburu tiket konser band ternama Coldplay. Hampir semua remaja ingin sepertinya, setidaknya bisa jadi fans itu sudah gugur untuk menjadikannya idola.

Lebih parahnya lagi, harga tiket konser grup band asing tersebut tidaklah murah, yaitu berkisar Rp800 ribu sampai Rp11 juta. Masyarakat siap mengarungi tiket demi hiburan yang sejatinya bukan kebutuhan pokok. Apalagi dalam kondisi yang sulit ekonomi ini. Bahkan harga kebutuhan bahan makanan yang selalu naik, mencari uang makin sulit, sehingga terbayang kalau pemasukan sedikit bagaimana bisa memenuhi kebutuhan lain hanya sekadar hiburan.

Benar, saat ini memang sulit bagi kita mendapatkan kesejahteraan. Maka sangat dibutuhkan peran negara yang mampu mengarahkan masyarakat pada tatanan kehidupan yang memprioritaskan kebutuhan. Untuk makan saja di negara agraris ini masih banyak yang tidak terpenuhi.

Seharusnya, negara bisa mengatur keadaan masyarakat agar bisa tercapai kebutuhan pokoknya. Namun beribu sayang, jauh panggang dari api, apa yang didapat di negeri yang dikenal dengan gemah ripah loh jinawi (negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah), masih banyak yang berada di bawah kemiskinan.

Penyelenggaraan konser ini menunjukkan matinya empati penyelenggara dan pihak pemberi ijin terhadap penderitaan sesama yang ditimpa berbagai problem kehidupan. Di sisi lain, antusiasisme masyarakat membuktikan tingginya kesenjangan kesejahteraan. Di sana mereka bisa berebut tiket dengan harga fantastis. Namun di balik semua itu, banyak masyarakat yang hanya untuk makan saja masih kekurangan.

Padahal, Islam mengatur bagaimana seorang muslim menikmati hidup sekaligus memiliki empati atas nasib sesama. Islam juga mengajarkan skala prioritas atas amal dalam kehidupan. Kebutuhan pokoklah yang diutamakan dalam kehidupan ini untuk keberlangsungan hidup. Masyarakat jika terpenuhi kebutuhan mereka sehari-hari bisa makan dan cukup gizi itu lebih dari sebuah hiburan. Mereka tidak membutuhkan sebuah tontonan menguras harta yang cukup banyak.

Di sisi lain, Islam mewajibkan negara menjamin terpenuhinya kebutuhan asasi atas setiap individu. Sehingga tercapailah kebahagiaan dunia dan mereka akan bahagia akhirat karena bisa memilih amal yang terbaik baginya. Karena setiap amal manusia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Dalam Islam, hiburan adalah suatu yang boleh. Maka, hal itu juga menjadi kewajiban negara untuk memilih dan menyediakan hiburan yang layak bagi masyarakat. Yang mana hiburan-hiburan itu tidak mengandung hal-hal haram seperti ikhtilat atau campu baur antara laki-laki dan perempuan. Apalagi hiburan yang dengan terang membawa misi mengkampanyekan kaum pelangi yang biasa Coldplay lakukan, tentu tidak akan pernah diizinkan.

Wallahu a’lam bishowab.

Dibaca

 12 total views,  5 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi