Hentikan Lara Pahlawan Devisa

Oleh. Ismawati

Pahlawan devisa adalah sebutan bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Disebut pahlawan karena, mereka turut menyumbang pemasukan ke Indonesia melalui remintasi yakni layanan jasa pengiriman uang yang dilakukan oleh pekerja asing ke negara asalnya. Hal inilah yang digadang-gadang menjadi sebab para TKI mampu membantu perekonomian negara.

Memang, telah banyak diketahui masyarakat Indonesia yang menginginkan bekerja di luar negeri. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu gaji tinggi, dan lowongan kerja terbuka lebar menjadi penyebab masyarakat lebih memilih bekerja di luar negeri.

Namun, di balik kenikmatannya sering pula tersiar kabar penyiksaan majikan pada para TKI. Seperti yang baru dialami salah satu PRT (Pekerja Rumah Tangga) asal Banyuwangi yang mengalami penyiksaan dan eksploitasi oleh majikannya sendiri di Kuala Lumpur, Malaysia.

Seperti dikutip dari kontan.co.id (2/5), PRT tersebut mengalami luka bakar di bagian punggung dan lengan akibat disetrika dan disiram air panas. Kedua matanya pun terlihat hitam lebam akibat pukulan majikan. Sejak Maret 2022, TKI berusia 39 tahun itu bahkan tak digaji lagi padahal masih tetap bekerja. Ia mendapat penyiksaan sejak September 2022. Dia sebenarnya ingin melapor, tapi tidak berdaya. Sebab, Nani dilarang ke luar rumah dan tidak diperbolehkan memegang alat komunikasi. Karena tidak tahan punggung dan lengannya disetrika, dia kemudian berteriak sekuat tenaga hingga didengar oleh tetangganya.

Lara Pahlawan Devisa

Sungguh, akar masalah merebaknya TKI ini sebab masalah ekonomi yang tak kunjung mereda. Betapa sulit mengais rezeki, demi memenuhi kebutuhan hidup di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini. Masyarakat harus berjuang sendiri, meski keluarga bahkan nyawa jadi taruhannya.

Sedihnya lagi, kebanyakan pekerja luar negeri adalah perempuan. Pilunya nasib perempuan, tulang rusuk harus mengganti peran menjadi tulang punggung. Bekerja yang bukan menjadi kewajiban harus ditanggung pula oleh seorang perempuan. Mereka yang seharusnya berkewajiban mengurus anak dan keluarga, harus rela berpisah demi kebutuhan ekonomi.

Inilah kesalahan fatal paradigma kapitalisme dalam memperbaiki perekonomian. Perempuan-perempuan dibiarkan bekerja, dengan menyediakan lapangan pekerjaan lebih banyak bagi pekerja perempuan.

Hingga mereka tak lagi mempedulikan keselamatan dan keamanan dirinya. Yang ada dalam benak mereka adalah mendapatkan pekerjaan, demi memenuhi kebutuhan keluarga. Hingga akhirnya menjadi korban kekerasan. Kasus seperti ini bukan yang pertama, tapi tidak kunjung mendapatkan penyelesaian.

Padahal, seharusnya yang bertanggungjawab menciptakan lapangan kerja adalah negara. Cukuplah negara mengintrospeksi kebijakan, kenapa justru banyak warganya yang bekerja di luar negeri? Bukan malah mengapresiasi mereka dengan menyebut sebagai pahlawan perekonomian negara. Ini menunjukkan bukti bahwa negara hanya sekadar fasilitator bukan pengayom rakyat.

Hentikan Lara

Amat berbeda dengan sistem Islam. Di mana negara adalah sebagai penanggung jawab urusan rakyat.

Rasulullah saw. bersabda, “Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya.“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, pemerintah dalam negara Islam wajib membuka lapangan kerja untuk mengembalikan perekonomian negara. Tapi, lapangan kerja ini bukan untuk perempuan. Karena, dalam Islam perempuan bekerja itu hukumnya mubah (boleh). Sementara bagi laki-laki hukumnya wajib.

Negara juga harus menetapkan gaji yang layak, yang sesuai dengan pengeluaran kebutuhan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dasar juga wajib dipenuhi oleh negara. Termasuk juga jaminan kesehatan, keamanan dan pendidikan. Ini akan membuat kebutuhan rakyat terpenuhi dan tidak perlu lagi mengadu nasib ke negeri orang.

Karenanya, sungguh urgensi penerapan sistem Islam sangat diperlukan. Sebab, akibat jauh dari aturan Allah segala jenis kerusakan terjadi. Pun, hanya dengan penerapan hukum Islam, derita pahlawan devisa akan berakhir.

Wallahu a’lam bishawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi