Harga Kebutuhan Naik, Rakyat Semakin Tercekik

Oleh: Sri Haryati (Komunitas Menulis Setajam Pena)

Bulan September lalu, kita baru saja disuguhi kenaikan harga BBM. Hal itu cukup membawa dampak yang besar bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Apalagi banyak isu PKH yang menyebabkan bertambahnya pengangguran dan merosotnya pengahasilan bagi rakyat. Rupanya kenaikan harga BBM ini tidak hanya berdampak pada transportasi saja, melainkan berimbas pada naiknya kebutuhan bahan pokok. Sungguh menyedihkan, satu masalah belum teratasi datang masalah yang baru.

Dilansir Bisnis.com (8/10/2022), pada penghujung minggu pertama Oktober 2022 mayoritas harga pangan terpantau naik, seperti minyak goreng, cabai, telur, daging ayam, dan bawang merah. Pada Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan hari ini, Sabtu (8/10/2022), harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium naik masing-masing Rp100 dari hari sebelumnya menjadi RpRp16.200,00/liter dan Rp21.300,00 per liter. Daging ayam dan telur yang kompak naik Rp100,00 dari Rp34.300,00 menjadi Rp34.400,00/kg.

Hidup rakyat makin susah ketika terus menghadapi berbagai kenaikan harga, mulai BBM, sembako juga rencana naiknya tarif tol. Kenaikan tarif tol pada bulan ini sungguh sangat tidak masuk akal, apalagi pada musim hujan tol sering tidak berfungsi karena adanya banjir. Maka wajar apabila dengan kenaikan harga-harga barang tersebut para pekerja minta untuk dinaikkan upahnya. Tuntutan itu dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Berdasarkan pengalaman selama ini, rakyat pesimis akan adanya ‘bantuan’ negara agar dapat hidup layak. Karena itu, demo dilakukan, meski demo pun sering tak mampu mengubah kebijakan negara. Apalagi ketika negara justru mengikuti nasehat IMF yang mengharuskan penghapusan subsidi.

Kebijakan negara ternyata juga tidak pernah berpihak kepada rakyat. Negara tidak membuat langkah nyata untuk memudahkan rakyat mendapatkan kebutuhan pokoknya, dan cenderung memberi karpet merah kepada para pengusaha / oligarki. Nyatalah penderitaaan rakyat di bawah penerapan sistem kapitalisme. Karena sesungguhnya pada sistem kapitalisme itu para pemilik modal yang bergerak, yang hanya mementingkan keuntungan pribadi dan tidak memikirkan bagaimana penderitaan rakyat.

Untuk itu, kita butuh solusi yang bisa menyelesaikan semua problematika yang terjadi di atas. Islam dengan sistem Khilafahnya akan mampu mengatasi masalah secara tuntas. Karena makna politik di dalam Islam itu mengatur urusan umat, bukan untuk sekadar mencari jabatan ataupun kekuasaan. Penguasa di dalam Khilafah akan benar-benar bertanggung jawab dengan jabatan yang diembannya dengan berdasarkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Penguasa menyadari betul bahwa dirinya akan di mintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Ada sebuah hadis yang bisa di jadikan landasan. Rasul bersabda, “Siapa saja yang di angkat oleh Alloh untuk memimpin rakyatnya kemudian dia tidak mencurahkan kesetiaannya maka Allah haramkan bagi dirinya surga.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Maka dari sinilah, para pemimpin di dalam Islam akan melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan penerapan aturan Allah dalam semua aspek kehidupan. Baik mengatur ekonomi maupun tata cara kepemerintahannya.

Wallohu a’lam bishawwab.

Dibaca

 74 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi