Oleh. Khusnul Aini S.E.
Harga beras terus menanjak tinggi entah sampai kapan bisa turun kembali. Banyak warga mengeluhkannya. Mereka butuh solusi untuk mengatasi persoalan tersebut. Betapa tidak, selama ini, beras telah menjadi makanan pokok masyarakat. Mahalnya harga beras tentu makin menambah beban masyarakat. Terlebih kondisi ekonomi yang hari ini makin sulit, tentu mahalnya harga pangan dirasa makin menyengsarakan kehidupan mereka.
Namun sayang, di tengah kondisi yang demikian sulit, penguasa tidak kunjung memberikan solusi, malah kembali megemukakan pernyataan yang mengesankan minin empati terhadap kesusahan yang di alami masyarakat. Melansir dari liputan6.com, Menteri dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengajak masyarakat untuk beralih ke sumber pangan karbohidrat selain beras atau diversifikasi pangan.
“Tolong ditekankan betul, diversifikasi pangan, jadi tidak hanya mengandalkan beras sebagai makanan pokok,” ujar kepada awak media di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (3/10/2023).
Mendagri Tito juga mengungkap, bahwa terdapat sumber pangan kaya akan karbohidrat selain beras. Ini karena beras mengandung banyak gula yang dapat menyebabkan penyakit diabetes jika dikonsumsi berlebih.
Mencuatnya pernyataan tersebut seolah penguasa miskin solusi. Hal itu tidak hanya muncul belakangan ini, sebelumnya pun sudah pernah ada statement serupa. Alih-alih membuat kebijakan strategis, malah pernyataan yang dilontarkan menyayat hati. Sebagaimana dulu ketika harga cabai mahal maka solusinya tanam cabai sendiri, minyak goreng mahal masak dengan mengukus, dan sebagainya.
Semua pernyataan tersebut seolah menunjukkan pada kita bahwa penguasa hari ini miskin solusi. Negara seakan tampak abai terhadap persoalan rakyat dan tidak bisa mengambil kebijakan strategis yang bisa menjamin ketersediaan dan kestabilan harga pangan. Kebijakan yang diambil begitu pragmatis yaitu dengan impor pangan dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Kebijakan impor tersebut mungkin bisa menguntungkan konsumen dengan ketersediaan pangan harga murah, di sisi lain justru akan merugikan petani sebagai produsen pangan, serta bisa membahayakan kedaulatan pangan negara karena ketergantungan impor. Padahal, indonesia merupakan negeri agrari yang begitu subur, harus nya potensi tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Paradigma penguasa pragmatis yang miskin solusi ini lahir dari sistem demokrasi yang memberikan kedualatan membuat hukum berada di tangan manusia. Di mana hal tersebut berpotensi kuat akan melahirkan kebijakan yang sarat akan kepentingan dan berorientasi pada untung-rugi. Sehingga tidak heran solusi yang diberikan bisa jadi tumpang tindih, tambal sulam, dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
Berbeda halnya bila sistem Islam yang diterapkan. Penguasa yang ditetapkan dalam sistem islam adalah periayah urusan rakyat, harus menjalankan hukum sesuai dengan syariat yang diturunkan oleh Allah Swt. Maka, sudah tentu setiap kebijakannya akan berorientasi pada kemaslahatan umat. Sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan merupakan kebutuhan pokok rakyat yang harus dipenuhi oleh negara terhadap seluruh rakyatnya. Maka penguasa akan berupaya serius dalam memenuhinya.
Dalam hal pemenuhan pangan negara akan berupaya untuk bisa memenuhi kebutuhan rakyat dengan harga terjangkau. Negara akan memetakan dan menghitung sebanyak apa ketersediaan pangan yang ada dan juga berapa yang dibutuhkan. Penguasa akan memaksimalkan produksi dalam negeri, dengan memberikan pupuk yang murah, bibit yang unggul dan ditopang dengan teknologi, infrastruktur serta sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga hasil produksi bisa maksimal dan mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
Andaikata ketersediaan dalam negeri tidak mampu mencukupi, maka negara baru akan impor. Namun kebijakan tersebut hanya sebagai solusi sementara tidak untuk jangka panjang. Kebijakan tersebut betul-betul diambil demi kepentingan rakyat semata, bukan keuntungan pribadi atau korporat, kartel sebagaimana yang terjadi hari ini.
Demikianlah sistem islam mampu memberikan solusi atas persoalan pangan yang memberikan kesejahteraan pada seluruh masyarakat. Baik kepada masyarakat sebagai konsumen atau kepada petani sebagai produsen. Sehingga keduanya sama-sama senang tanpa ada yang terdzolimi salah satu pihak sebagaimana yang terjadi hari ini. Wallahu a’lam bis showab.