Harga BBM Meroket: Dilema Kapitalisme dan Solusi Islam

Oleh. Maziyahtul Hikmah S.Si.
(Kontributor MazayaPost.com)

Sejumlah harga BBM Pertamina mengalami kenaikan di sejumlah wilayah Indonesia. Terpantau di wilayah Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Nusa Tenggara Barat (NTB) terjadi kenaikan harga BBM sebesar Rp13.700 yang sebelumnya ada di angka Rp12.950 untuk setiap liternya. Kenaikan tersebut untuk produk Pertamax dan mulai diberlakukan sejak hari Sabtu, 10 Agustus 2024 (detik.com, 12/08/2024).

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi isu yang tak kunjung usai dan terus menghantui masyarakat. Sistem kapitalisme, menempatkan profit sebagai prioritas utama, hingga kenaikan harga BBM tak dapat dihindari lagi. Namun, apakah kenaikan harga BBM ini akan terus terjadi? Sementara sumber penghidupan masyarakat semakin sempit di tengah naiknya berbagai kebutuhan pokok sebagai efek domino dari kenaikan harga BBM?

Dalam sistem kapitalisme, perusahaan minyak sebagai entitas bisnis mengejar keuntungan maksimal. Kenaikan harga BBM seringkali dipicu oleh berbagai faktor seperti fluktuasi harga minyak dunia, inflasi, dan kebijakan pemerintah. Meskipun perusahaan minyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, namun orientasi profit yang berlebihan seringkali mengabaikan aspek kesejahteraan masyarakat, terutama bagi kelompok yang kurang mampu.

Islam menetapkan bahwa sumber daya alam adalah milik bersama seluruh umat manusia dan harus dikelola dengan adil dan bijaksana oleh negara. Konsep kepemilikan umum atas sumber daya alam seperti minyak bumi menjadikan negara bertindak sebagai pengelola tunggal kemudian hasilnya dikembalikan seluruhnya kepada rakyat dalam bentuk pelayanan maupun pemenuhan kebutuhan pokok. Negara, sebagai representasi dari seluruh rakyat, memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam ini demi kepentingan bersama.

Dari sini, kita melihat perbedaan tata kelola sumber daya alam antara sistem kapitalisme dengan Islam. Negara dalam bingkai kapitalisme hanya bertindak sebagai regulator dan fasilitator yang kemudian menyerahkan pengelolaannya kepada swasta. Sementara Islam menjadikan negara sebagai pengelola langsung seluruh kepemilikan umum dan membebankan kewajiban kepada negara untuk menanggung seluruh kebutuhan pokok rakyatnya dari hasil pengelolaan tersebut.

Pengelolaan sumber daya alam akan jauh dari orientasi profit sebagaimana yang terjadi pada sistem kapitalisme saat ini. Pengelolaan hanya bertujuan sebagai bentuk pelayanan pemerintah terhadap rakyatnya. Karena dalam Islam, penguasa adalah pelayan umat yang menjalankan tugasnya atas dasar amanah dari Allah, bukan sebagai pihak yang digaji oleh rakyat untuk melaksanakan tugas administrasi semata.

Dalam Islam, pengelolaan kepemilikan umum termasuk di antaranya sumber daya alam merupakan sebuah proyek yang besar. Negara akan mengerahkan segala aspek yang dibutuhkan secara mandiri untuk mampu mengeksplorasi sumberdaya alam dengan optimal. Eksplorasi di sini jelas berbeda dengan eksploitasi. Sementara dalam sistem kapitalisme, sumberdaya alam di eksploitasi besar-besaran oleh swasta tanpa memperhatikan dampak berkelanjutan dari proses yang dilakukan baik untuk masyarakat sekitar maupun ekosistem kehidupan. Sektor sumber daya alam juga akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga akan memberikan lapangan kerja yang luas pada rakyat.

Negara wajib mengelola secara langsung tanpa melibatkan pihak investor apalagi swasta asing untuk mewujudkan ketahanan energi secara mandiri. Proses ini harus ditopang dengan sistem pendidikan yang melahirkan umat yang berkualitas, berdaya guna dan inovatif. Sistem pendidikan Islam menekankan akidah sebagai dasar dari kehidupan. Kontribusi keilmuan didasarkan akan semangat keimanan untuk dapat menjadi manusia yang memberikan manfaat di tengah umat, bukan atas dasar materi.

Dari sini, pemerintah Islam harus mewujudkan sistem pendidikan yang tidak hanya siap kerja, akan tetapi memiliki kapasitas sebagai peneliti dan ilmuwan dan memiliki daya saing yang kuat. Berbeda dengan sistem pendidikan kapitalisme yang hanya mencetak generasi siap pakai tapi miskin inovasi. Sistem pendidikan kapitalisme terbukti telah gagal melahirkan generasi berkualitas meskipun telah mengganti kurikulum pendidikannya berkali-kali. Sementara sistem pendidikan Islam telah memberikan bukti nyata akan lahirnya ilmuwan hebat yang tidak hanya pakar pada satu bidang, tetapi juga faqih fiddin.

Dengan lahirnya generasi yang berkualitas dan di topang oleh sistem politik yang kuat, mewujudkan ketahanan energi dalam sebuah negara akan menjadi perkara yang sangat mudah untuk diwujudkan. Darinya, umat tak perlu lagi risau dan gusar dengan ancamank kenaikan harga-harga pokok akibat naiknya harga BBM.

Sungguh, Islam lahir sebagai solusi atas berbagai macam problem kehidupan manusia. Sistem Islam tidak hanya berhenti pada konsep-konsep bias akan terwujudnya sebuah negara adil dan makmur, tetapi dia datang dengan seperangkat tatacara untuk mewujudkannya. Sungguh Islam datang dengan kesempurnaan. Hanya dengan Islam seluruh problematika kehidupan akan mampu diselesaikan. Wallahua’lam bishawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi