Oleh. Endang Widayati
(Kontributor MazayaPost.com)
Beberapa waktu lalu, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Ngawi memamerkan hasil robotika kelas robotkids dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2024. Kegiatan ini digelar di lantai 1 Mal Pelayanan Publik (MPP) Kabupaten Ngawi dan bekerjasama dengan Ngawitekno. Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Ngawi Heri Nurfahrudin mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan agar mampu memberikan ruang kepada anak-anak untuk menyalurkan cita-citanya dan juga memenuhi hak anak.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pola asuh yang mendukung perkembangan anak di era digital. Dengan memberikan edukasi mengenai cara mendampingi anak dalam penggunaan teknologi, melindungi mereka dari dampak negatif digital, dan memanfaatkan teknologi untuk memperkuat hubungan keluarga (memorandum.disway.id, 23/07/2024).
Peringatan Tahunan Selama 40 Tahun
Hari Anak Nasional dijadikan sebagai peristiwa penting dalam mengkampanyekan pemenuhan hak-hak anak atas hak tumbuh, hidup, berpartisipasi, dan berkembang, secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari diskriminasi dan tindak kekerasan. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tema utama HAN yang diusung yaitu “Anak Terlindungi, Indonesia Maju.” Setiap tahun peringatan HAN rutin digelar. Tahun ini merupakan peringatan yang ke- 40. Tanggal 23 Juli dipilih atas dasar disahkannya UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Kala itu secara resmi, Presiden Soeharto menerbitkan Keppres RI No. 44/1984 untuk mendukung HAN.
Kementerian PPPA setiap tahunnya menerbitkan panduan Peringatan HAN yang digelar secara nasional, baik di pusat maupun daerah dan perwakilan Indonesia di luar negeri. Di dalamnya bahkan memuat desain kaos seragam, topi, tanda pengenal panitia/peserta, dan tanda tali pengenal. Pemerintah dalam merancang acara peringatan ini persiapannya tampak bersungguh-sungguh. Selain itu, tentu saja peringatan ini membutuhkan biaya yang banyak. Pada peringatan puncak skala nasional dihadiri oleh kepala negara dan pejabat penting lainnya. Pada tahun ini, puncak perayaan HAN dilaksanakan di Jayapura, Papua.
Sebatas Seremonial Belaka
Meski setiap tahun peringatan HAN digelar, faktanya, hingga saat ini anak-anak masih terbelenggu dengan persoalan yang tiada henti. Bahkan, persoalan yang menimpa anak-anak makin hari makin bertambah dan beragam.
Salah satu dari persoalan yang menimpa anak-anak adalah tingginya angka stunting. Sebanyak 18 provinsi jumlah kasus stunting masih di atas angka 21,6%. Enam provinsi lainnya, bahkan di atas 30%. Padahal, upaya penurunan stunting juga telah dilakukan oleh pemerintah setiap tahunnya. Namun, kondisi masih tetap sama saja seolah upaya yang dilakukan tidak berdampak sedikit pun.
Di sisi lain, persoalan yang juga menimpa anak-anak adalah maraknya tindak kekerasan terhadap anak. Dilihat dari data Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021 menunjukkan bahwa 4 dari 10 anak laki-laki dan 8 dari 10 anak perempuan usia 13-17 tahun, baik yang berada di daerah perkotaan maupun pedesaan pernah mengalami tindak kekerasan seksual. Data yang sebenarnya pastinya lebih tinggi jumlahnya. Karena, kasus ini ibarat fenomena gunung es. Data yang terlapor tidak sebanding dengan data yang terjadi di lapangan. Mirisnya lagi, pelaku tindak kejahatan seksual adalah orang-orang terdekat anak.
Selain dua hal di atas, masih ada persoalan serius lain yang menimpa anak. Pendidikan yang sulit diraih karena membutuhkan dana yang besar. Bahkan, peran keluarga dalam memberikan pendidikan di dalam rumah makin lemah. Selain itu, pendidikan formal yang ada makin menjauhkan nilai-nilai agama di dalam kehidupannya (sekularisme). Ditambah dengan kondisi ekonomi yang jauh dari kesejahteraan akibat dari diberlakukannya sistem ekonomi kapitalisme. Semua hal itu pasti berpengaruh dalam mewujudkan generasi masa depan yang berkualitas. Karena, mereka adalah harapan dan penerus estafet kemajuan peradaban.
Fakta-fakta itu jelas membuktikan bahwa anak-anak belumlah aman dan terlindungi. Nyatalah, peringatan HAN yang digelar setiap tahunnya hanyalah seremonial belaka, menebar janji demi janji terhadap pemenuhan hak anak yang tak kunjung terealisasi. Empat puluh tahun peringatan HAN dilakukan, namun perlindungan anak masih jauh dari harapan.
Islam Melindungi Hak Anak
Peringatan HAN yang masih jauh dari harapan dan hanya bersifat seremonial belaka menimbulkan pertanyaan, sampai kapan anak-anak akan berada di dalam pusaran persoalan yang senantiasa mengintai?
Islam merupakan sebuah agama yang menjamin hak keamanan dan perlindungan anak-anak. Karena, keamanan dan perlindungan anak adalah salah satu kebutuhan yang harus diwujudkan di mana pun mereka berada. Sehingga, anak-anak akan terjauhkan dari bahaya dan perasaan terancam.
Anak-anak akan mendapatkan keamanan dan perlindungan ketika syariat Islam dapat diterapkan di seluruh aspek kehidupan di bawah naungan negara. Kewajiban negara salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya, termasuk anak, sehingga anak dapat hidup dengan aman, tumbuh dengan baik serta mendapatkan perlakuan yang baik oleh siapa saja. Anak yang belum mencapai usia balig berada di bawah pengasuhan kedua orang tuanya yang hidup sejahtera. Dengan demikian, di dalam Islam tidak akan ditemukan seorang anak yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, semua individu rakyat akan hidup sejahtera. Standar kesejahteraan dalam Islam adalah terpenuhinya kebutuhan tiap individu rakyat bukan berdasarkan rata-rata penghasilan tiap bulan dalam sebuah masyarakat. Tidak hanya itu, Islam juga memiliki sistem kesehatan yang mampu menjamin akses kesehatan yang mudah, cepat dan bahkan gratis. Sehingga, anak dapat tumbuh dengan sehat. Hal ini juga kewajiban negara untuk menyediakannya dengan fasilitas kesehatan yang lengkap dan modern.
Ditambah lagi, sistem pendidikan Islam yang bertujuan membentuk anak-anak memiliki kepribadian Islam dan ketaatan yang tinggi kepada Allah serta berpijak pada kurikulum yang berbasis aqidah Islam akan mampu memberikan akses pendidikan yang mudah dan murah. Sehingga, anak-anak dapat mengenyam pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi dengan berbekal ketakwaan kepada Allah. Dengan ketakwaan kepada Allah yang kuat, setiap individu baik orang tua dan masyarakat akan memberikan lerlindungan terbaik kepada anak-anak dan orang lain. Ketakwaan yang dimiliki penguasa aman mendorongnya untuk membuat dan menerapkan aturan yang memastikan setiap anak terhindar dari berbagai tindak kejahatan. Wallahualam.