Habis Blackpink Muncul Redvelvet: Generasi Muslim dalam Bayang-Bayang Korean Waves

Afiyah Rasyad

“Kalau masa muda selalu hura-hura
Masa depan suram tak akan bahagia
Kalau masa muda selalu foya-foya
Masa depan susah tak ‘kan bisa jaya”

Duhai, sepertinya sepenggal lirik lagu H. Rhoma Irama berjudul “Kawula Muda” di atas tak mempan bagi indra pendengaran generasi. Lagu penuh nasihat itu hanya dianggap sebagai penghibur lelah dan bahkan sebagai wasilah bersenanh-senang. Tampak makin hari, pemikiran liberal makin meracuni generasi muslim sehingga menjauhkan akidah Islam dalam cara berpikir dan berperilakunya (gaya hidupnya).

Cakrawala berpikir generasi seakan hanya dipenuhi delusi. Mereka berbangga dengan gaya hidup Barat yang serba bebas. Bak kerbau dicucuk hidungnya, generasi saat ini tak memiliki pendirian tetap, serba ikut-ikutan, dan rela hidup di bawah bayang-bayang liberalisasi. Senda gurau, foya-foya, hura-hura, sampai pergaulan bebas begitu melekat pada kehidupan generasi. Satu arus akan mudah menyeret generasi untuk larut dan tenggelam di dalamnya.

Seperti beberapa tahun terakhir, Korean Wave berhasil menenggelamkan pemikiran pemuda pada kesenangan semu semata. Belum lama ingar bingar konser Blackpink, kini Red Velvet menyusul menggelar konser di ibu kota Sabtu kemarin (20/5/2023). Tentu konser ini berbayar plus segala aksesoris yang diperjualbelikan, membuat generasi harus menyiapkan sejumlah nominal. Sungguh, fenomena ini dipaksakan dan dibiarkan begitu saja dengan dalih kebebasan. Liberalisasi menyasar segala lini kehidupan, terutama kehidupan generasi.

Pengaruh Korean Wave bagi Generasi Muslim

Budaya Korea berkembang pesat dan meluas secara global sejak 2000-an, terutama dalam dua dekade terakhir. Keberadaannya cenderung diterima publik dari berbagai kalangan sehingga menghasilkan suatu fenomena “Korean Wave” atau disebut juga Hallyu. Fenomena ini dapat dijumpai di Indonesia dan dampaknya sangat terasa di kehidupan sehari-hari terutama pada generasi milenial muslim.

Perkembangan teknologi informasi yang masif akibat adanya globalisasi menjadi faktor utama penyebab besarnya antusisme publik tehadap Korean Wave di Indonesia. Korean Wave sendiri diawali dan sangat identik dengan dunia hiburan seperti musik, drama, dan variety shows yang dikemas secara apik menyajikan budaya-budaya Korea. Sering berjalannya waktu, budaya Korea banyak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari para pecinta budaya Korea, mulai dari fashion, make up, korean skincare, makanan, gaya bicara, hingga bahasa.

Salah satu produk Korean Wave yang sangat diminati kaum milenial adalah musik pop. Musik pop Korea ini atau yang sering disebut sebagai K-pop merupakan salah satu sub-sektor hiburan yang mengangkat perekonomian Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan sendiri memang sudah lama memberi perhatian khusus terhadap industri musik mereka. Akhir dekade 1990-an, ketika sebagian besar Asia mengalami krisis keuangan, Korea Selatan justru membentuk Kementerian Kebudayaan dengan departemen khusus K-pop (ugm.ac.id, 30/9/2020).

Tak pelak, berbagai konser digelar, habis Blackpink muncullah Red Velvet. Animo Korean Wave memberikan pengaruh sangat besar bagi kehidupan generasi muslim. Kepopuleran Korean Wave yang saat ini sedang marak di belantara Indonesia, terutama pada kalangan generasi muslim milenial ini membawa pengaruh yang begitu besar. Pada umumnya, generasi
milenial di Indonesia menyukai K-Pop dan K-Drama. Secara tidak disadari, para remaja di Indonesia mengonsumsi budaya-budaya Korea tanpa filterisasi.

Pengaruh Korean Wave yang besar tak bisa dihindari oleh mayoritas generasi muslim yang sekadar ikut-ikutan. Berbagai konser Girlband atau Boyband asal Korea Selatan selalu dipadati milenial, bahkan yang berkerudung. Fans meeting dan acara semisal lainnya juga dipadati penggemar Korea. Kedatangan artis-artis Korea mampu menghentikan kesibukan mereka di tanah air. Sebesar itulah pengaruh Korean Wave dalam kehidupan generasi muslim milenial.

Dampak Buruk Korean Wave bagi Generasi Muslim Millenial

Diakui atau tidak, Korean Wave sudah mendominasi negeri yang katanya berbudaya ketimuran ini. Segala tetek-bengek K-Pop, K-Drama, dan lainnya sangat digandrungi generasi muslim. Maraknya penggemar Korean Wave karena beberapa faktor antara lain:

1. Fisik artis Korea yang dianggap ideal dan sempurna cantik dan gantengnya meski hasil oplas sana-sini.

2. Ritme musik yang ngebeat dan bersemangat membuat generasi merasa senang.

3. Alur drama Korea dikemas begitu apik dan dipenuhi urusan cinga hingga perkara jinsiyah yang banyak diminati.

4. Faktor terbesar yang membuat generasi muslim larut dalam Korean Wave adalah cara pandang tentang kehidupan yang serba bebas (liberal), gaya hidup bebas ala Barat.

5. Pandangan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) ikut andil sehingga para generasi muslim berbondong-bondong menikmati Korean Wave tanpa melihat apakah agamanya membolehkan atau tidak, dalam hal ini pandangan Islam.

Itulah beberapa faktor yang membuat generasi muslim meleburkan dirinya dengan budaya-budaya Korea. Baik konser Blackpink maupun konser Red Velvet, semua dipadati para pengggemar setianya. Di antara penggemar itu, banyak yang mengenakan kerudung. Tentu saja ada dampak buruk yang mengintai generasi muslim saat mereka menikmati sekuel Korean Waves, antara lain:

1. Loss generation
Generasi muslim saat ini enggan berpikir. Banyak di antara mereka yang menikmati dan memenuhi gaya hidup bebas tanpa tahu cara memperoleh alat pemenuhan dengan benar. Saat generasi sudah enggan berpikir, tentu delusi akan menguasai mereka. Sehingga, kebangkitan jauh panggang dari apa. Apa yang dicita-citakan, yakni generasi sebagai penerus bangsa, tidak akan pernah terwujud. Maka, loss generation akan segera dipanen.

2. Generasi muslim menjadi target pasar ekonomi kapitalisme global
Tak dimungkiri, gaya hidup bebas remaja membawa mereka pada pemenuhan-pemenuhan segala pernak-perniknya yang tak dibutuhkan. Artinya, mereka terus memenuhi keinginan sesuai cara pandang mereka. Gaya hidup bebas meletakkan kebahagiaan pada kekayaan materi, kesenangan, ketenaran, dan keglamouran duniawi. Walhasil, budaya konsumerisme menghiasi generasi. Segala koleksi aksesoris atau apa pun berkenaan dengan idola mereka, baik Blackpink, Red Velvet, atau yang lain, harus dimiliki. Maka, para penggemar ini menjadi pangsa pasar industri kapitalisme global.

3. Pergaulan bebas semakin menjamur
Tak peduli muslim atau bukan, generasi yang maniak budaya Korea terjajah pemikirannya dengan segala cara pandang hidup bebasnya. Pacaran, one night stand, kongkow, campur baur tak karuan, aborsi, narkoba, dan segudang aktivitas maksiat lainnya menjadi makanan sehari-hari. Kehidupan generasi muslim menjadi sangat dekat dengan pergaulan bebas. Walhasil, pergaulan bebas menjamur hingga pelosok negeri.

Dampak buruk di atas akan terus dituai jika Korean Wave terus diberri ruang dan mendominasi negeri ini. Masa depan generasi muslim akan sirna dan tak akan membawa perubahan apa pun untuk peradaaban mulia.

Langkah Jitu Menyadarkan Generasi dari Bahaya Korean Wave

Sudah jamak diketahui, pembangunan yang digelar di berbagai negara saat ini didesain oleh kapitalisme. Lahirnya Blackpink, Red Velvet, dan band sejenis merupakan karya kapitalisme di dunia hiburan. Hiburan ala kapitalisme jelas menjauhkan generasi dari potensi sejatinya sebagai agen perubahan. Korean Wave sebagai buah dari pemikiran kapitalisme telah nyata membuat kerusakan secara sistematis bagi kehidupan generasi muslim.

Pandangan pemuda saat ini yang bangga dengan sesuatu yang mendunia (global), termasuk Korean Wave, seharusnya bisa menjadi peluang untuk mendekatkan Islam dalam napas mereka. Selain itu, kerusakan dan bencana yang ditimbulkan peradaban Barat adalah realitas yang seharusnya bisa membuka kesadaran dan empati generasi. Apalagi saat ini krisis ekonomi global tidak habis-habisnya, mulai dari pandemi, krisis pangan, energi, dan resesi global.

Berbagai situasi ini adalah momentum penyadaran bagi generasi muslim untuk meninggalkan peradaban kapitalisme. Tidak ada harapan kebaikan yang bisa diraih darinya. Belum lagi agenda globalisasi sedang ketar-ketir tentang nasibnya, bahkan mulai muncul gerakan antiglobalisasi. Walhasil, sudah saatnya pemuda mengubah visi masa depannya ke arah Islam. Berikut langkah jitu yang bisa menyadarkan generasi:

1. Mengajak generasi muslim untuk selalu mendatangi taman surga (majelis ilmu). Dengan mengaji ilmu agama, generasi muslim menjadi tahu hukum syariat dan berbagai amal takwa. Kajian Islam intensif akanmmemberikan napas Islam lebih mendalam. Kebangkitan berpikir generasi bisa dibentuk saat mengaji ini. Ketaatan pun akan dilakukan karena sudah mendapatkan ilmunya. Generasi muslim bersama-sama mengaji Islam kafah agar mengerti bagaimana masuk Islam secara kafah tersebut.

Dengan mengaji akidah dan syariat Islam, hamba yang bertakwa terhindar dari aktivitas taklid buta atau ikut-ikutan semata.

2. Mengarahkan generasi muslim untuk berinteraksi dengan orang-orang saleh. Berkumpul dengan orang-orang yang saleh dan salihah akan memotivasi siapa pun untuk memperbaiki diri. Orang tua bisa mengajak anak remaja mereka untuk berkunjung kepada para alim ulama, meminta nasihat, serta doa dari mereka. Dengan mengunjungi orang-orang yang bertakwa, keluarga akan mendapatkan banyak pelajaran dalam menjalani kehidupan dalam ketaatan dan kesabaran.

Menjadi kebiasaan para ulama dahulu jika merasa imannya melemah, maka mereka akan mengunjungi orang-orang saleh dan meminta nasihatnya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ini karena orang saleh terkadang mampu melihat titik lemah kita yang kita sendiri tidak mampu melihatnya. Selain itu, orang tua bisa mencarikan lingkungan pendidikan yang kondusif atau mencarikan teman-teman yang

3. Membiasakan dan memotivasi generasi melakukan amal dakwah berjamaah. Mendakwahkan Islam kafah secara berjemaah akan menguatkan satu sama lain para pengemban dakwah. Baik orang tua maupun generasi milenial harus bersama-sama berdakwah.

Dengan ketiga langkah tadi, generasi muslim akan tersibukkan dengan ketaatan bukan kemaksiatan. Sehingga, saat mereka mengkaji Islam dan mendakwahkannya, mereka tidak akan larut dalam dunia bebas termasuk Korean Wave.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi