Oleh. Puji
(Kontributor MazayaPost.com)
Terkait “demam” Labubu yang menyerbu masyarakat, sosiolog Universitas Airlangga Nus Syamsiyah menghubungkan fenomena pembelian boneka viral dengan gaya hidup konsumerisme. Konsumerisme mendorong individu untuk mengidentifikasi diri melalui barang yang dibeli. Di sisi lain, FOMO kerap memicu perilaku konsumtif yang kurang sehat sehingga masyarakat belanja melebihi kemampuan finansialnya (jawapos.com, 13/10/2024).
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. FOMO mencerminkan dampak interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Adanya media sosial juga berpengaruh terkait boneka labubu yang viral karena dipopulerkan oleh artis terkenal yang menjadi salah satu idola generasi Z. Fakta terkait FOMO dan boneka Labubu ini mempengaruhi gaya hidup generasi Z untuk memacu perilaku konsumtif juga gaya hidup konsumerisme.
Apalagi generasi Z ini masih dalam pencarian jati dirinya dan cenderung labil dalam bersikap dan berperilaku. Mereka mudah terpengaruh dengan adanya gaya hidup bebas dan hedonisme. Apalagi media sosial semakin massif mempopulerkan adanya FOMO dan boneka labubu yang digunakan oleh artis idola mereka. Hal ini mendorong generasi Z untuk belanja dan terpengaruh budaya konsumerisme agar tidak ketinggalan tren dan jati dirinya diakui.
Akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem yang rusak ini mengakibatkan generasi Z bergaya hidup bebas, hedonisme dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama.
Fenomena ini menjadikan generasi Z itu mengabaikan potensi yang dimiliki untuk berprestasi dan berkarya. Mereka cenderung ingin hidup yang serba instan dan viral agar bisa terkenal untuk meraih popularitas. Mereka berpandangan bahwa kalau mengikuti tren dan viral itu bisa mendapatkan kesenangan ataupun materi. Akibatnya, generasi Z menjadi kurang semangat untuk berkarya lebih baik dan menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan.
Islam memandang generasi Z merupakan generasi muda yang memiliki potensi luar biasa untuk kemajuan Islam dan kaum muslimin. Pemuda merupakan calon pemimpin masa depan suatu bangsa yang dibutuhkan oleh umat sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Pemuda seharusnya bersemangat untuk menjadikan Islam dan Alquran sebagai rujukan dalm menuntut ilmu, bersikap maupun bertingkah laku. Pemuda muslim seharusnya berlomba lomba untuk meraih kesuksesan dalam berkarya dan tidak terpengaruh budaya hedonisme ataupun konsumerisme. Harapannya pemuda muslim bisa menjadi calon pemimpin masa depan dengan pembangunan peradaban yang cemerlang berdasarkan Islam dan Al-Qur’an.