Oleh. Christiono
Gegap gempita pagelaran permainan sepakbola dunia yang diselenggarakan di Qatar, sebuah negara yang diklaim sebagai Negara Islam di Timur Tengah, telah berakhir. Gelaran ini menyisakan sebuah kenangan yang mungkin akan sulit untuk dilupakan begitu saja oleh sebagian besar umat Islam di dunia, karena adanya warna Islam yang begitu kental terpancar selama pesta olahraga terpopuler di dunia tersebut berlangsung.
Qatar telah menjadikan umat Islam seakan bisa menegakkan kepalanya di antara negara-negara lain di dunia dengan keberhasilannya menyelenggarakan ajang Piala Dunia 2022 dengan amat baik sekaligus menjadikannya sebagai syi’ar Islam.
Dengan kemampuan ekonominya yang begitu besar, Qatar tampil sangat percaya diri mengalahkan semua negara lain sebagai penyelenggara event Piala Dunia dengan biaya terbesar sepanjang sejarah Piala Dunia diadakan.
Qatar menunjukkan dengan telak keunggulannya atas negara-negara kapitalis lain, yang menganggap kekayaan adalah segala-galanya, bahkan Qatar seakan berkata dengan lantang bahwa, prinsip kapitalisme yang menomorsatukan keuntungan di atas segalanya tidak berlaku bagi Qatar.
Qatar tidak peduli dengan biaya fantastis yang dikeluarkan apakah akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi atau tidak, tetapi justru di situlah letak kemenangannya.
Apa yang disajikan Qatar selama penyelenggaraan Piala Dunia, mulai dari pembukaan sampai selesainya, dipenuhi dengan contoh-contoh nyata penerapan ajaran Islam sejak dari adab sampai hukumnya.
Meskipun, umat Islam tahu bahwa semua itu baru sedikit saja dari keseluruhan nilai-nilai Islam yang ada, tetapi ternyata sudah cukup membuat warga dunia terperangah dan amat terkesan karena jauh dari anggapan semula, sebagaimana yang disebarkan oleh media-media dunia tentang Islam.
6Mereka menyaksikan, mengalami dan merasakan secara langsung ketinggian moral Islam yang ditunjukkan tidak saja oleh pemerintah Qatar sebagai pihak penyelenggara, tetapi juga oleh seluruh penduduk Qatar dalam melakukan penyambutan.
Melihat keberhasilan Qatar dalam menggelar pesta olahraga terpopuler di dunia tersebut, bisa dijadikan ajang syi’ar untuk memperkenalkan Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Muncul sebuah pertanyaan penting,
”Apakah ini adalah strategi dakwah yang tepat?”
Selama ini mayoritas warga masyarakat dari negara-negara nonmuslim, mengenal Islam hanya dari informasi yang diberikan oleh media-media Barat yang cenderung bias, hanya menggambarkan Islam sebagai agama kekerasan, intoleran, sarang radikalisme dan biang terorisme.
Karena itu, cara yang dilakukan Qatar di atas mungkin bisa dipertimbangkan, untuk dijadikan terobosan dalam memperkenalkan Islam sesungguhnya, dengan lebih elegan dan efektif.
Menakar Efektifitas Syi’ar Islam dalam Pagelaran Piala Dunia 2002 di Qatar
Untuk bisa dipilih sebagai penyelenggara event Piala Dunia tahun 2022, Qatar tentu harus bersaing ketat dengan negara-negara lain di dunia. Tetapi dengan kekuatan ekonominya yang luar biasa, Qatar mampu memenangkan persaingan tersebut dan berhasil menyelenggarakannya dengan sangat baik dan mengesankan.
Hal yang paling membanggakan bagi umat Islam adalah, h—–;dimanfaatkannya ajang Piala Dunia tersebut sebagai sebuah sarana untuk mensyi’arkan Islam kepada dunia.
Berikut ini beberapa fakta yang menunjukkan betapa syi’ar Islam bisa begitu efektif disampaikan melalui sarana gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar.
Pertama, menjadi kebanggaan dan mengangkat harga diri umat Islam.
Posisi umat Islam di dunia saat ini masih amat marginal dan kalah dalam hampir segala sendi kehidupan, semenjak mengalami keruntuhannya. Umat Islam membutuhkan penyemangat untuk menaikkan harga dirinya.
Qatar, hanya contoh kecil saja dari kebesaran negara Islam, yang memiliki kekuatan ekonomi luar biasa, dan mampu memanfaatkan kekuatan tersebut, untuk mengalahkan negara-negara besar lainnya dalam perebutan posisi sebagai tuan rumah pesta olahraga paling akbar di dunia.
Posisi ini tentu saja menaikkan harga diri negara Qatar sebagai negara Islam khususnya, dan juga umat Islam pada umumnya karena, dalam penyelenggaraannya Qatar memang selalu menampilkan dan membawa nama Islam.
Kedua, berani bersikap tegas dalam menerapkan aturan Islam.
Hal pertama yang mengejutkan dan menuai protes dari negara lain adalah, ketika Qatar sebagai penyelenggara Piala Dunia melarang pemakaian atribut ‘one love’ dengan warna pelanginya. Begitu juga dengan larangan membawa dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Tetapi dengan tegas Qatar tetap pada keputusannya untuk menerapkan aturan Islam tersebut.
Ketiga, mengerahkan sumber daya manusia dan sarananya untuk memperkenalkan Islam.
Upaya memperkenalkan Islam pada para supporter yang berdatangan dari berbagai belahan dunia, dilakukan Qatar dengan sangat serius, dengan memanfaatkan segala fasilitas dan SDM yang ada.
Mereka diarahkan untuk mengunjungi tempat-tempat khusus yang akan memberikan penjelasan mengenai Islam, hampir semua masjid dibuka untuk para tamu mancanegara agar bisa mendengarkan keterangan para ustadz mengenai ibadah dalam Islam serta menyaksaksikannya secara langsung.
Keempat, seluruh warga Qatar mendukung syi’ar Islam dengan menunjukkan hospitality yang sangat baik.
Penerimaan warga Qatar terhadap para supporter yang terdiri dari berbagai suku bangsa, dengan berbagai agama dilakukan dengan sangat baiknya, mereka diperlakukan selayaknya tamu istimewa. Banyak keluarga di sana dengan ikhlas memberikan makanan, minuman ataupun bingkisan lainnya secara gratis serta memperlakukan mereka laksana saudara sendiri. Hal tersebut sesuai dengan norma Islam yang amat menganjurkan pelayanan terbaik bagi seorang tamu, dan ini terbukti mendapatkan apresiasi yang begitu besar dari para tamu tersebut.
Kelima, mendukung rakyat Palestina untuk lepas dari penjajahan Israel.
Dukungan terhadap Palestina terus menerus ditunjukkan oleh warga Qatar beserta masyarakat Muslim lainnya, baik berupa pemakaian atribut maupun pengibaran bendera Palestina. Sementara banyak terlihat ekspresi penolakan umat Islam terhadap kehadiran orang Israel. Tidak ada rasa takut sedikitpun untuk menampakkan kebencian atas penjajahan dan kekejaman yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
Fakta-fakta yang disebutkan di atas menunjukkan, betapa semua yang dilakukan oleh Qatar selama penyelenggaraan Piala Dunia 2022 mampu menjadi sarana dakwah Islam yang efektif.
Ini terbukti dari testimoni para peserta maupun supporter yang mengatakan bahwa, event Piala Dunia kali ini memberikan rasa aman, suasana kekeluargaan, memperlihatkan moral Islam yang mulia dan memperkenalkan Islam yang ramah.
Tentu tidak ada yang sempurna, pasti ada juga kekurangan yang bisa ditemukan, apalagi jika dicari-cari oleh mereka yang membenci bersinarnya cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia.
Mempertimbangkan Cara Syi’ar Islam Sebagaimana Dilakukan Qatar dalam Menyelenggarakan Piala Dunia Untuk Dipakai Sebagai Strategi Dakwah
Esensi dakwah adalah, menyampaikan kebenaran kepada manusia dengan cara menyeru, memanggil dan mengajak. Tentu yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang masih berada jauh dari si pendakwah, karena orang yang sudah dekat tidak perlu lagi diseru maupun dipanggil.
Sedangkan strategi adalah, pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Salah satu keberhasilan sebuah strategi ditentukan oleh kemampuannya untuk bisa mengaktualisasikan diri secara kontekstual terhadap permasalahan yang dihadapi.
Penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar dengan semua upayanya untuk memperkenalkan, menampilkan dan mengaplikasikan moral Islam dalam interaksi dengan warga dunia yang berdatangan maupun yang berada di mana saja, melalui media online membuktikan keefektifannya.
Testimoni yang diberikan oleh mereka menunjukkan keberhasilan tersebut. Maka tidak berlebihan apabila cara yang dilakukan oleh Qatar tersebut dipertimbangkan untuk dipakai sebagai strategi dakwah Islam. Beberapa hal di bawah ini menjadi alasan untuk mempertimbangkan keputusan itu.
Pertama, menampilkan ’wajah lain’ Islam di mata dunia sekaligus mengcounter propaganda Barat dalam menjelekkan Islam.
Warga dunia, selama ini kebanyakan memperoleh gambaran tentang Islam dari media Barat yang mengopinikan Islam sebagai ajaran yang intoleran, mengekang hak-hak perempuan, tidak menghargai hak asasi manusia, melahirkan radikalisme dan sebagai biang terorisme.
Sedangkan cara yang dilakukan oleh Qatar dalam kesempatan penyelenggaraan Piala Dunia 2022 untuk menampilkan wajah Islam yang ramah, menghormati tamu, penghargaan kepada orang tua dan keterbukaan serta toleransi yang begitu tinggi. sontak membuat mereka terpesona dan mulai tertarik kepada Islam. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa ternyata wajah Islam tidaklah seburam apa yang diopinikan media Barat selama ini.
Kedua, mengurangi friksi dengan masyarakat awam dalam berdakwah agar mereka mau mendekat pada Islam.
Tentu saja, ajaran Islam tidak hanya soal adab, moral susila, toleransi maupun sifat ramah pada semua orang, tetapi lebih luas lagi bahkan juga mengatur hubungan yang tegas dan memberi batas-batas yang jelas serta larangan untuk melakukan interaksi dengan nonmuslim yang bisa melunturkan akidah.
Namun, apa yang dilakukan Qatar dalam memperkenalkan Islam lewat sarana Piala Dunia tersebut, menurut penulis tidaklah melanggar aturan Islam maupun akidah. Dan pendekatan yang soft ini ternyata bisa mengurangi friksi yang diakibatkan oleh salah pemahaman yang selama ini mereka peroleh, sehingga bisa menjadi strategi yang efektif untuk membuat warga dunia mau mendekat, memenuhi ajakan untuk mengenal lebih jauh mengenai Islam.
Ketiga, menjaga keberlanjutan dakwah Islam, karena para musuh Islam akan kehilangan alasan untuk menghalangi dakwah Islam yang damai.
Para musuh Islam selama ini seakan memiliki legalitas untuk menghambat, menghadang bahkan mempersekusi dakwah Islam dengan dalih ”War On Terrorisme”, ”War On Radicalisme” ataupun istilah lainnya.
Masyarakat awampun seakan bisa memahami alasan tersebut, karena sudah termakan oleh opini bias tentang Islam yang selama ini dihembuskan oleh media Barat. Maka dengan strategi, melalui pendekatan yang ramah tersebut para musuh Islam akan kehilangan legitimasinya dan akan kehilangan alasan yang bisa diterima umum jika akan menghalangi dakwah Islam, sehingga hal ini akan lebih menjamin keberlangsungan dakwah Islam yang selama ini terkesan stuck atau bahkan mundur akibat beratnya tantangan yang dihadapi.
Respon yang Sebaiknya Diberikan Umat Islam dalam Menyikapi Dakwah ”ala Qatar”
Penyelenggaraan event Piala Dunia tahun 2022 di Qatar, banyak dipuji sebagai pelaksanaan Piala Dunia yang paling aman, penuh rasa kekeluargaan, hospitality yang luar biasa dan menampilkan moral yang tinggi nilainya. Tak urung akan menjadika hati para musuh Islam menjadi panas.
Usaha yang selama ini mereka lakukan dengan mengeluarkan amat banyak biaya dan dengan menggunakan pengaruhnya baik melalui proxy mereka di banyak negara, maupun melalui berbagai media massa yang mereka kuasai, seakan menjadi berantakan gara-gara Piala Dunia 2022.
Bisa dipastikan, mereka akan mencari-cari kekurangan dan kesalahan penyelenggaraan ini untuk membuat citra buruk terhadap Qatar, dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia guna mengembalikan opini bias mereka tentang Islam.
Oleh karena itu, umat Islam harus segera bersiap-siap memberikan counter terhadap upaya yang akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak suka pada Islam tersebut. Umat Islam harus segera memberikan respon yang diperlukan agar jangan sampai nantinya kalah dalam perang opini dengan mereka. Beberapa respon di bawah ini mungkin bisa menjadi pertimbangan:
Pertama, mengapresiasi strategi dakwah yang dilakukan Qatar.
Sebagai sesama saudara seiman, sudah selayaknya umat Islam di seluruh dunia mengapresiasi sebesar-besarnya apa yang telah dilakukan Qatar dalam menyebarkan Islam melalui penyelenggaraan Piala Dunia 2022.
Dukungan dari umat Islam tersebut akan berdampak sangat bagus terhadap Qatar maupun negara-negara Muslim lainnya, dalam meningkatkan kepercayaan dirinya dalam melakukan dakwah Islam. Apresiasi tersebut bisa dalam bentuk pernyataan dukungan, menyebarkan berita-berita positif tentang penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar, maupun dengan menerapkan contoh-contoh baik tentang moral Islam yang mulia tersebut kepada masyarakat di negara masing-masing.
Kedua, menggalang kerjasama dengan negara-negara berpenduduk Muslim dalam melakukan dakwah Islam.
Untuk lebih meningkatkan lagi daya dobrak dari dakwah Islam agar semakin efektif, perlu dilakukan penggalangan kerjasama di antara negara-negara Mulim dengan memanfaatkan momentum Piala Dunia tahun 2022 di Qatar tersebut.
Kerjasama ini bisa dalam bentuk penggalangan ide, sumber daya manusia maupun pendanaan. Masing-masing negara Muslim memilki keunggulan sendiri yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga kerjasama ini bisa menjadikan sebuah sinergi yang sangat luar biasa yang sangat bermanfaat bagi perjuangan dakwah Islam di seluruh dunia.
Ketiga, mengevaluasi strategi dakwah sebelumnya, dan mepertimbangkan untuk memakai strategi baru yang lebih efektif.
Para tokoh Islam dari berbagai negara Muslim sebaiknya berkumpul untuk duduk bersama, membicarakan keberlangsungan perjuangan dakwah Islam dan untuk mengatur strategi yang tepat, yang diperlukan serta membuat roadmap perjuangan bersama yang komprehensif.
Mereka berdiskusi untuk mengevaluasi strategi yang selama ini dipakai dalam perjuangan dakwah, sebagai data untuk memperbaiki diri dari kelemahan dan kekurangan yang ada lalu, merumuskan sebuah grand strategi baru yang akan dijalankan secara bersama-sama.
Dengan demikian, gerak perjuangan dakwah Islam yang selama ini dilakukan secara sendiri-sendiri oleh masing-masing negara, kelompok maupun golongan Islam yang ada, disatukan dalam satu agenda bersama. Wallahu a’lam.