Fenomena K-Wave, Generasi Hedon dalam Cengkeraman Kapitalisme

Oleh. Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Ummah)

Duhai, betapa malang nasib generasi masa kini. Lima atau sepuluh tahun ke depan, negeri ini rasanya akan mengalami loss generasi. Betapa tidak, sebagian besar dari mereka begitu erat dengan gaya hidup Barat. Hiburan menjadi magnet penghancur pemikiran mereka secara halus. Kiblat paradigma bergeser secara otomatis tatkala generasi telah menyukai satu hal. Sikap ikut-ikutan dan latah pun melekat dalam kehidupan mereka. Baru-baru ini, konser girlband asal Korea, Blackpink, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada 11-12 Maret lalu dipadati generasi.

Gelombang K-Wave Merangsang Hedonisme pada Generasi

Konser girlband asal negeri ginseng tersebut bukan konser pertama. Senior Blackpink sudah lama malang melintang di Nusantara, sebut saja Superjunior dan SNSD. Konser pada 11-12 Maret itu merupakan bagian dari Blackpink World Tour (Born Pink). Antusiasme masyarakat terhadap konser grup yang terdiri dari Lisa, Rose, Jennie, dan Jeeso ini sangat tinggi. Lebih dari 70 ribu Blink—sebutan untuk penggemar Blackpink— menghadirinya. (Tempo.co, 13/3/2023). Mereka datang dari berbagai daerah dan kalangan.

Tiket konser Blackpink tidaklah murah.
Para penggemar yang mayoritas kawula muda rela merogoh kocek dalam-dalam demi melihat aksi idolanya. Santer tersiar bahwa harga tiket konser Blackpink dipatok sekitar Rp1,35 jutahingga Rp3,8 juta. Bahkan, harga tiket mencapai Rp10 juta di tangan calo (Detik.com, 11/3/2023).

Tak dimungkiri, konser itu tak melulu soal tiket. Akan banyak biaya lainnya semisal konsumsi, transportasi, souvenir idola, penginapan, dan lain sebagainya. Bisa dipastikan, uang yang dikeluarkan mereka tentu lebih dari harga tiket tersebut. Namun, animo kepadatan penonton begitu besar. Para generasi rela berkorban harta. Hedonisme sudah menggejala dan menyerang pemikiran mereka.

Besarnya biaya yang dikeluarkan generasi dalam dua hari selama konser begitu kontras dengan kondisi perekonomian bangsa. Betapa banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan kemiskinan yang ekstrem. Apalagi pasca pandemi, ekonomi negeri ini oleng. Namun, para generasi begitu ringan mengeluarkan dana tersebut.

Gelombang K-Wave membawa animo hedonisme yang meracuni generasi. Mereka yang hadir di konser bukan hanya remaja kaya, tetapi juga banyak yang harus pontang-panting mencari biaya. Mereka sudah tak peduli, uang sebegitu besar hanya habis dalam dua hari demi memenuhi kepuasan diri dan merasa memiliki eksistensi diri. Padahal, uang satu juta lebih tersebut bisa dibuat biaya pendidikan dan kebutuhan lainnya.

Buah Sistem Kapitalisme

Acara konser girlband asal Korea yang dipadati penonton itu menunjukkan kecintaan mereka pada sang idola. Mereka antusias. Sebagian besar mereka adalah generasi muslim yang sudah terseret arus gaya hidup Barat. Faktanya, banyak kawula berkerudung dalam konser tersebut. Sayang berjuta sayang, generasi muslim tersebut rela bercampur baur, mengeluarkan biaya besar, dan berjoget mengikuti idola mereka yang serba memamerkan auratnya. Belum lagi, dance sang idola begitu menonjolkan kecantikan nan sensual.

Nalar berpikir generasi sudah tak peduli dengan kebaikan diri. Mereka memandang saat hadir secara langsung dalam konser tersebut, perasaan memiliki harga diri dan berjiwa kekinian muncul. Astaghfirullah. Padahal jelas, konser ini dan yang sejenisnya membahayakan generasi sebab mengusung gaya hidup Barat yang memuja kebebasan. Di mana mereka tak peduli aturan agama. Dalam benak mereka yang ada hanya having fun dan happy. Generasi muslim dan muslimah yang seharusnya menjaga kehormatan dan kemuliaannya, justru larut dalam acar penuh maksiat. Mereka justru menanggalkan dan meninggalkan rasa malu sehingga asik berjoget dan berperilaku seperti idolanya.

Sungguh menjadi alarm bagi negeri ini apabila mengalami loss generasi. Banyaknya generasi muslim justru tak memberikan perubahan apa-apa tersebab pemikiran mereka sudah tergerus. Hal itu merupakan buah dari sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini. Di mana para generasi dibiarkan berekspresi dan bertingkah laku sesuka hati. Konser penuh maksiat dan melumpuhkan kejernihan pemikiran juga dilegalkan. Artinya, negeri ini juga peran penting dalam membentuk cara pandang, pola pikir, dan pola sikap generasi yang nirempati dan krisis jatidiri.

Sistem kapitalisme menjajakan hiburan yang merusak akal begitu dirawat dan digunakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga, banyak generasi
Apa pun yang dijajakan yang kehilangan arah, mengalami kerusakan akidah, dan hidup salah kaprah. Serangan pemikiran lewat hiburan atau fun dirasa begitu berhasil oleh ideologi kapitalisme. Walhasil, para pengusung kapitalisme terus menggencarkan serangannya untuk melumpuhkan generasi, terutama generasi muslim agar terus terpuruk dan tidak bangkit kembali. Gelombang K-Wave dibiarkan tumbuh subur di negeri-negeri muslim untuk membentuk sikap hedonisme, liberalisme, dan materialisme pada generasi.

Islam Menyelamatkan Remaja
Krisis multidimensi dan krisis jatidiri pada generasi di atas tak akan hilang jika sistem kapitalisme tetap dipertahankan. Bangkitnya pemikiran generasi tak akan datang apabila kebebasan masih disanjung puja. Maka, untuk membentuk generasi yang peduli dan memahami hakikat hidup, harus ada aturan yang baik yang berasal dari Zat Yang Maha Baik, yakni sistem Islam yang berasal dari Allah Ta’ala.

Islam memiliki visi pendidikan yang jelas atas tiap insan, yaitu mewujudkan khairu ummah (umat yang terbaik). Hal ini termaktub dalam firman Allah Taala dalam surah Ali Imran ayat 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Kurikulum pendidikan Islam berbasis akidah Islam. Sehingga, tujuannya adalah mewujudkan generasi bersyakhsiyah (berkepribadian) Islam, yaitu yang memiliki pola pikir dan pola jiwa Islam. Dasar pendidikan berupa akidah Islam. Generasi dididik dengan tsaqafah Islam dan ilmu sains yang berlandaskan tauhid. Pelaksana dan penjamin terlaksananya pendidikan adalah negara. Sehingga, generasi akan terjaga suasana keimanannya. Mereka akan menjadi pribadi bertakwa dan pakar dalam IPTEK.

Negara juga menjaga suasana keimanan masyarakat, mengontrolnya agar terhindar dari maksiat. Sehingga, hiburan yang mengumbar aurat, bernuansa sensual alias pornoaksi dan pornografi tidak akan terjadi. Negara akan menegakkan media yang juga menyiarkan syiar Islam dan menyajikan hiburan yang menguatkan keimanan. Sungguh, negara yang menerapkan Islam akan melindungi generasi dari serangan pemikiran, tsaqafah, dan gaya hidup asing. Sehingga, generasi selamat kehidupannya.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi