Fenomena Childfree dan Bahaya Krisis Generasi

Oleh. dr. Retno Sulistyaningrum
(Kontributor MazayaPost.com)

Fenomena childfree merebak di kalangan generasi muda saat ini. Childfree adalah keputusan yang diambil oleh seorang wanita untuk tidak mempunyai anak. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada wanita rentang usia 15-49 tahun, sebanyak 8,2% atau sekitar 71 ribu koresponden yang memilih ide childfree. Prosentase tertinggi di provinsi DKI Jakarta.

Banyak alasan dan pertimbangan mereka sehingga memutuskan tidak ingin mempunyai anak. Ada yang mempunyai pikiran bahwa bumi ini sudah penuh populasinya sehingga harus ditekan angka kelahirannya. Dan sebagian besar alasannya karena faktor ekonomi dan ketidakjelasan masa depan. Terkait dengan kekhawatiran ini pemerintah melalui BKKBN mengawal dan memastikan agar anak-anak yang lahir nanti memiliki kualitas yang tinggi dan mampu bersaing dengan negara lain. Keluarga diberikan arahan agar sebelum program kehamilan mereka sudah mempunyai persiapan baik fisik, mental, dan finansial.

Ditambah lagi, ide femininisme dan Hak Asasi Manusia yang menganggap bahwa mereka berhak mengatur dirinya sendiri dan punya otoritas terhadap sistem reproduksinya mau punya anak atau tidak. Pendapat ini didukung oleh anggota Komnas perempuan, Maria Ulfa Ansor yang berpendapat bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihannya mempunyai anak atau tidak karena ini bagian dari Hak Asasi Manusia yang harus dihormati. Ini bagian dari gaya hidup dan kebebasan dan tidak boleh dipandang negatif oleh masyarakat.

Berbeda dengan pernyataan anggota Komnas perempuan, anggota komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati merasa khawatir dan menganggap perlu perhatian serius terkait fenomena childfree ini. Negara harus punya strategi untuk mengantisipasinya agar tidak berlanjut. Takutnya nanti seperti negara Jepang dan Korea Selatan yang mengalami krisis populasi. Jepang dan Korea mengalami penurunan angka kelahiran karena penduduknya banyak yang tidak mau menikah dan punya anak.

Bagaimana dengan tinjauan kesehatan terkait fenomena childfree ini ? Menurut praktisi kesehatan dr. Ngabila Salama Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari bahwa fenomena childfree ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya bisa menekan resiko kehamilan dan persalinan. Tetapi tidak dipungkiri bahwa negatifnya, pada wanita yang tidak pernah hamil dan menyusui resiko kanker ovarium dan kanker payudara meningkat. Karena ovarium berovulasi terus menerus tanpa jeda saat kehamilan.

Feminisme dan Sistem Kapitalisme Akar Masalah Berkembangnya Ide Childfree

Feminisme adalah gerakan sosial dari ideologi Kapitalisme yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender, terutama dalam hal hak, kesempatan, dan perlakuan. Feminisme berjuang untuk mengubah patriarki, yaitu sistem sosial di masyarakat dimana laki-laki mendominasi peran dan posisi penting dalam masyarakat. Dan wanita dibawah kendali laki-laki. Dan tugas mengurus dan merawat anak adalah tugas perempuan.

Padahal di kondisi saat ini banyak perempuan yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Sehingga beban perempuan semakin bertambah. Dari sinilah banyak wanita yang tidak ingin ribet sehingga memutuskan untuk childfree. Tanpa memperhitungkan bagaimana nasib mereka di saat sudah tua. Siapa yang akan merawat mereka.

Ideologi Kapitalisme mengusung kebebasan individu untuk menentukan pilihan hidupnya. Mau punya anak atau tidak itu adalah pilihan. Yang penting bahagia. Mereka punya otoritas pada alat reproduksinya. Apa yang mereka anggap baik dan menguntungkan akan mereka ambil. Kesenangan jasmani adalah tujuan utamanya.

Selain ide kebebasannya, dampak penerapan sistem ekonomi Kapitalisme membuat rakyat semakin berat beban ekonominya. Memiliki anak seperti investasi yang berbiaya tinggi. Mulai makan dan kebutuhan sehari-hari, kesehatan, pendidikan menjadi pertimbangan serius. Banyak yang meragukan bahwa setiap makhluk sudah ditanggung rizkinya oleh Allah Swt. Mereka kurang keyakinan untuk itu. Keimanan yang rapuh menjadikan mereka ragu.

Childfree dalam pernikahan sebenarnya menjauhkan dari tujuan pernikahan itu sendiri. Pernikahan bukan untuk melanjutkan keturunan tetapi hanya ajang untuk bersenang-senang tanpa ada beban mengurus anak. Banyak wanita yang bekerja di luar rumah sehingga mereka akan repot untuk menitipkan anaknya. Sistem Kapitalisme telah sukses meracuni pemikiran generasi muda. Manfaat dan kesenangan fisik menjadi tujuan hidupnya.

Islam Menjamin Kesejahteraan dan kebahagiaan Keluarga

Konsep Islam sangat berbeda dengan ide kebebasan kapitalisme. Islam melalui sistem pendidikannya akan melahirkan generasi-generasi muda yang bertakwa dan tangguh. Dengan kekuatan imannya akan menjadikan syariat Islam sebagai panduan hidupnya. Saat mereka siap menikah, mereka akan menjadikan rumahnya sebagai baiti jannati dan anak-anak akan menjadi investasi akhiratnya kelak. Mereka akan mendidik anak bersama-sama antara suami dan istri dengan hak dan kewajiban suami istri seperti yang dituntunkan syariat. Menjadikan anak sebagai qurrota ‘ayun bukan beban kehidupan. Anak adalah amanah dan ladang pahala kita di akhirat.

Penerapan sistem ekonomi Islam akan mensejahterakan rakyat, sehingga mereka tidak akan khawatir tentang masa depan. Sistem Islam akan menjamin kebutuhan dasar rakyat baik sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan dengan membuka seluas-luasnya lowongan pekerjaan bagi laki-laki sehingga mereka mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.

Negara akan membentengi pemikiran rakyatnya dari ide-ide rusak yang bersumber dari ideologi kufur. Sehingga semua kaum muslimin hanya berpikir dan bersikapnya berdasarkan islam. Tidak ada ruang bagi ide kebebasan dan feminisme karena Allah swt sudah mengutus Rasulullah saw. membawa risalah-Nya. Yakinlah tidak ada kemuliaan disisi Allah Swt. selain dengan Islam. Kebahagiaan dunia akhirat hanya bisa diraih dengan Islam. InsyaAllah berkah Allah swt akan diturunkan bagi semua hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin yaa Robbal’alaamiin.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi