Euforia di Tengah Duka Cianjur

Oleh. Tuti Susilawati, S.Pd.

Silaturahmi Nasional dengan tema “Nusantara Bersatu” digelar oleh gabungan Relawan Jokowi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Rombongan warga dari berbagai latar belakang dan daerah memadati area GBK, mulai dari kelompok ibu-ibu, anak muda, hingga para santri.

Dalam acara tersebut Presiden Jokowi memaparkan sejumlah pencapaiannya selama memerintah, terutama di bidang infrastruktur. Selang waktu bersamaan, suasana duka akibat gempa masih menyelimuti warga Cianjur Jawa Barat

Tepat pada Tanggal 21 November 2022 siang hari (13:21:10 WIB) telah terjadi gempa bumi 5.6 SRdi daerah Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan data BMKG, hingga tanggal 22 November 2022 telah tercatat 140 gempa-gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo 1.2-4.2 dan kedalaman rata-rata sekitar 10 km. Di mana 5 gempa diantaranya dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 526 infastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran, dan tiga fasilitas kesehatan. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit (CNNIndonesia.com, 26/11/2022). Korban jiwa sampai saat ini mencapai 329 orang, sedangkan yang luka-luka berjumlah 595 orang.

Bencana yang telah terjadi adalah sebuah kepastian yang nyata . Yang terpenting adalah perkara bagaimana cara menyikapi peristiwa yang terjadi. Untuk menyikapinya, diperlukan kesadaran pihak terkait antara individu, masyarakat, dan negara. Dalam level otoritas dan tanggung jawab penanganan bencana, pemerintah adalah pihak yang paling besar tanggung jawabnya. Masyarakat sebagai pihak yang juga mempunyai tanggung jawab, mempunyai kewajiban untuk berpartisipasi dalam penanganan bencana tersebut.

Dari Abdullah Ra. (diriwayatkan bahwa) ia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang amir (kepala negara) adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhāri dan Muslim)

Negara seharusnya menunjukkan empati dan simpati kepada rakyat yang sedang berduka, dengan memberikan bantuan kepada korban bencana dengan mengalokasikan dana untuk korban gempa, bukan untuk acara yang tidak prioritas yang diadakan pada saat duka terjadi, dengan anggaran yang cukup banyak. bahkan dari acara tersebut pun tidak bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, justru malah merugikan masyarakat dengan banyaknnya sampah yang berserakan. Anggaran tersebut seharusnya digunakan untuk membantu serta memperbaiki sarana prasarana yang rusak akibat gempa. Serta antisipasi tata kelola sarana prasarana bangunan dengan kualitas terbaik yang memiliki ketahanan terhadap bencana alam.

Selain memberikan dukungan secara materi, negara juga menanamkan spirit ketakwaan kepada umat, bahwa bencana datangnya dari Allah Swt. Sebagai orang beriman, kita hanya bisa Meyakini dan menerima dengan ikhlas dan sabar, serta memuhasabah diri masing-masing, perbuatan buruk apa yang sudah diperbuat sehingga Allah menurunkan musibah. Karena Allah sedikitpun tidak pernah mendzalimi hamba-Nya, kecuali hamba tersebut sendiri yang berbuat kerusakan. Seperti dalam firman Allah surah Ar-Rum ayat 41:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Wallahu a’lam bishowab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi