Eksploitasi Kemiskinan Berbasis Teknologi demi Cuan, Faedahkah?

Oleh: Wa Suci
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton)

Baru-baru ini, sedang viral ngemis online sampai membuat gila jagat maya. Mereka rela sampai melakukan apa pun demi hal itu. Jelas, ini menimbulkan efek yang bisa sampai merugikan diri sendiri karena ngemis online ini dilakukan dengan cara mengguyur diri sendiri dalam rentan waktu yang cukup lama.

Bahkan, hal ini sampai menyita perhatian Menteri Sosial Tri Rismaharini yang bakal menyurati pemerintah daerah (pemda) untuk menindak fenomena ‘ngemis online’ yang viral di TikTok. Risma menegaskan tidak hanya secara online, pengemis konvensional di jalan-jalan juga dilarang oleh peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) dan peraturan daerah (perda).

Fenomena ngemis online memang menjamur di jagat maya, seperti TikTok, salah satunya mandi lumpur. Orang-orang rela melakukan hal aneh tersebut demi meraup saweran netizen. Live streaming mandi lumpur di TikTok menjadi perhatian publik lantaran kerap seliweran di for you page (FYP) pengguna.

Mereka melakukan aksi mengguyur diri sendiri dengan air hingga mandi lumpur berjam-jam yang disiarkan langsung di akun TikTok. Biasanya, kreator duduk di sebuah kolam yang sudah di tata berisikan air dan lumpur. Mereka akan menyirami air atau mengolesi lumpur ke diri sendiri sambil mengucap terima kasih kepada pemberi hadiah.

Sejumlah akun TikTok terpantau menggelar live streaming tersebut. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong pun buka suara. Usman mengatakan pihaknya masih mendalami kategori konten jenis ini, apakah termasuk konten negatif atau bukan. “Kita harus diskusi juga dengan ahlinya. Jangan sampai itu salah, ternyata itu tidak termasuk, bahaya juga ‘kan,” (CNNIndonesia.com, 15/01/23).

Namun, tindakan ini bisa memberikan contoh buruk bagi generasi yang menjadikan hal ini boleh dan menarik untuk dilakukan. Bahkan, fenomena ini akan menimbulkan kontroversi yang memang ada yang menggap ini hiburan tetapi ini juga bisa membahayan seseorang. Jika dilihat ini perbuatan berlebihan, apalagi sampai dilakukan berjam-jam. Untuk mendapatkan uang? Apa tidak ada cara lain sehingga harus mandi berjam-jam. Parahnya, ada juga salah satu konten kreator yang memakai nenek tua untuk kepentingan kontennya. Apakah ini boleh dan benar untuk dilakukan?

Semoga kita bisa lebih bijak dalam melakukan sesuatu terlebih kita yang memegang wewenang dalam hal memantau masyarakat. Janganlah dibiarkan hal negatif seperti ini terus berseliweran di dunia maya karena ini contoh buruk yang tidak ada manfaatnya untuk ditiru.
Sebenarnya sikap seperti ini kenapa masih ada dan bahkan bisa dianggap tidak salah karena sistem yang diterapkan saat ini adalah sistem kapitalis. Di dalam sistem ini, apa pun dimanfaatkan demi meraih keuntungan materi. Kemiskinan pun dieksploitasi menggunakan kemajuan teknologi meski merendahkan harkat dan martabat diri sendiri ataupun orang lain.

Bahkan ada yang melakukan demi tuntunan gaya hidup masa kini. Fenomena ini menggambarkan masyarakat yang sakit yang hidup di tengah sistem yang rusak yang tak mampu menyejahterakan rakyatnya. Negara seharusnya menyelesaikan problem kemiskinan dari akar masalah sehingga tak terjadi hal yang merendahkan manusia atau ada mafia yang memanfaatkaan kemiskinan rakyat demi meraih keuntungan pribadi.

Solusi tuntas persoalan ini membutuhkan kerjasama semua pihak. Mulai dari individu yang memiliki kesadaran untuk menjaga kemuliaan sebagai manusia, masyarakat yang memberikan kontrol, dan juga negara yanag menjamin hidup rakyata dan juga memberikan asas yang tepat dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa dan kebaikan umat manusia.

Dalam Islam, jikalau teknologi maju seperti saat ini hingga adanya TikTok itu akan diperhatikan oleh daulah dan tidak akan dibiarkan terjadi konten-konten yang berbau unfaedah. Daulah akan bertindak tegas terhadap konten yang akan dikonsumsi oleh masyarakatnya. Sehingga hal inilah yang menjadikan pola pikir islami akan terus tertanam dalam diri. Bukan hanya sebagai teori, tetapi diresapi hingga dalam diri. Sehingga, kita akan sadar dengan sendirinya dan akan memilah mana perbuatan yang baik dan yang merugikan bagi kita.

Wallahu a’lam

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi