Disfungsi Peran Ibu dalam Sistem Kapitalisme Sekuler

Oleh: Dzakiyah Kadziyah Al Khansa Wahdah, S.Pd., Gr.
(Guru dan Pemerhati Remaja)

Ibu yang seharusnya menjadi pendidik dan pengayom bagi anak-anaknya, justru menjadi contoh perilaku asusila. Baru-baru ini, terungkap fakta bahwa seorang Wanita yang memiliki bisnis penyewaan PS di Jambi melakukan pelecehan seksual pada 11 orang anak laki-laki dan anak perempuan usia remaja (kompas.com, 7/2/2023).

Mengetahui fakta ini sungguh miris. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tapi faktanya dalam kasus ini, justru wanitalah pelaku pelecahannya. Hal ini sudah menggambarkan betapa buruknya sistem ini yang berlandaskan sekuler kapitalisme. Fitrah keibuan pun menjadi rusak.

Ini adalah bukti nyata bobroknya sistem ini. Perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban, ternyata bisa menjadi pelaku, bahkan dalam perbuatan yang sangat keji. Maka, tidak sepantasnya umat berharap kebaikan dalam sistem ini karena sistem ini merusak kehidupan manusia.

Penyebab Rusaknya Fitrah Seorang Ibu

Sistem yang berlandaskan sekuler kapitalisme adalah sebuah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Fitrah Ibu nan mulia itu direnggut oleh Kapitalisme. Kapitalismelah yang mencetak ibu-ibu tak berperikemanusiaan. Ibu yang stress akan beban hidup yang kian menjerat. Ibu yang kehilangan jiwa sabar dalam pengasuhan.

Dogma sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) yang didikte oleh perompak (penjajah asing) ke negeri ini, membuat Ibu lupa bahwa anak-anak adalah rizki, anugerah yang harus disyukuri. Ibu lupa anak harus dididik, dirawat, dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Tujuannya agar kelak mereka menjadi generasi yang unggul dan berakhlak.

Ketika wanita sudah terjauhkan dari fitrahnya, ditambah lagi dengan minimnya akidah akibat dari pemikiran sekuler, maka inilah awal benih-benih kerusakan dari sebuah kehidupan. Sedang keluarga adalah awal mula dari sebuah titik kehidupan. Sistem sekuler yang tidak dilandaskan pada nilai-nilai agama, pasti akan menyebabkan kerusakan dan menjauhkan wanita dari fitrahnya, baik sebagai ibu atau istri. Hingga pada akhirnya, akan menghilangkan fitrah sejati dari seorang wanita dan akan lebih mengedepankan hawa nafsunya.

Sistem ini juga menjunjung tinggi kebebasan. Apa pun perbuatan manusia diperbolehkan meski sekalipun itu merusak generasi dengan memperlihatkan video porno dan memperagakan tindakan pelecehan. Kasus ini adalah salah satu dari ribuan kasus pelecehan yang melibatkan ibu. Selama kita berkiblat pada sistem rusak ini, maka kita tidak akan pernah terbebas dari kasus seperti ini, bisa dibayangkan akan jadi apa dengan generasi anak cucu kita kedepan jika tontonan video porno dan perilaku asusila dibiarkan.

Fungsi Hakiki Ibu dalam Islam

Islam memiliki aturan kehidupan yang sempurna dan menyeluruh, untuk mengatur kehidupan dunia, dan menetapkan adanya pertanggungjawaban di akhirat. Dengan demikian, manusia terjaga dalam fitrahnya sebagai manusia yang merupakan sebaik-baik ciptaan.

Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya), dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga.”

Untuk masalah keibuan yang kini mulai luntur, marilah sejenak kita kembali kepada Islam. Agama yang paripurna dalam mengurusi hidup manusia. Islam adalah rujukan segala sumber ilmu dan strategi menjalani hidup.

Setidaknya, bila diurai hanya ada dua problem mendasar yaitu pertama, sistem kapitalisme-sekuler yang mengakar di tengah kehidupan masyarakat. Di mana sistem ini mendoktrin manusia untuk cenderung melupakan Tuhan ketika mengatur kehidupan.

Dalam sejarah peradaban Islam, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan Khulafaur Rasyidin menganggap seorang wanita itu sungguh mulia dengan posisinya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Kita bisa melihat sosok ibu hebat yang bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi pejuang kemuliaan Iqisa melihat sosok ibu hebat yang memotivasi buah hatinya agar bersemangat dalam mempelajari Islam dan Al-Qur’an dalam diri ibunda Imam Syafi’i.

Selain itu, kita akan mengetahui bahwa ibu adalah figur perempuan mulia yang digambarkan dalam ajaran Islam dan Alquran. Seorang ibu akan rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan buah hatinya dengan sehat dan selamat.

Seorang ibu akan selalu mengirimkan doanya dan kasih sayangnya dengan tulus kepada anak-anaknya. Kasih ibu sepanjang jalan bagi anak-anaknya. Dalam Al-Qur’an, sosok ibu digambarkan Allah sebagai sosok mulia yang mendidik anak-anaknya agar bisa menjadi generasi yang berakhlakul karimah.

Sudah saatnya umat ini kembali kepada aturan atau sistem agama yang benar. Yakni sistem (aturan) yang datang dari Sang Maha Pencipta manusia dan kehidupan, sistem Islam. Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah, seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surah Ali Imron ayat 19)
“Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam.”

Singkirkan racun pemisahan agama dari kehidupan dunia. Sesungguhnya manusia itu butuh agama. Butuh sistem (aturan) dari Rabb Sang Pencipta manusia dan alam semesta. Allah tak akan pernah salah memberikan aturan untuk kehidupan alam semesta, dunia, dan seisinya.

Wallâhu a’lam bish-shawâb.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi