Demi Popularitas, Keselamatan Anak Dipertaruhkan

Oleh. Atiqoh Shamila

Mempertaruhkan keselamatan anak demi popularitas menjadi indikasi bahwa eksistensi diri dan materi di atas segalanya. Padahal, anak adalah harta yang paling berharga. Jika keselamatannya tidak lagi menjadi prioritas, maka dipastikan ada yang lebih berharga dari seorang anak.

Pasangan artis Ria Ricis dan suaminya, Teuku Ryan, panen kritikan. Pasalnya, pasangan ini naik jetski ke tengah laut dengan sedikit ngebut sambil membawa serta bayinya yang baru berusia 5 bulan. Momen tersebut diabadikan dalam video instagram pribadi Ria Ricis. Tampak dalam video tersebut pasangan ini menggunakan pelampung, sedang bayinya tanpa pengaman apa pun. Bahkan, digendong hanya dengan satu tangan oleh ayahnya. Tak ayal, apa yang dilakukan oleh pasangan ini menuai banyak kritikan.

Jebakan Popularitas
Dalam kehidupan sekarang, popularitas menjadi salah satu tujuan yang ingin diraih. Dengan popularitas inilah, materi bisa diraup sebanyak-banyaknya. Akhirnya, beragam cara dilakukan untuk mendongkrak eksistensi diri demi cuan. Keselamatan tak lagi menjadi perhitungan, yang penting follower meningkat drastis dan cuan pun mengalir deras.

Saat ini, banyak content creator yang populer melalui media sosial Instagram, YouTube dan Tik-Tok. Aneka konten dengan beragam tujuan dibuat. Ada yang sekadar ingin ngetop dan viral. Ada pula yang ingin mengedukasi masyarakat. Ada pula yang ingin meningkatkan jumlah follower. Dari konten yang sederhana hingga ekstrem. Dari yang lucu hingga seram bahkan mempertaruhkan keselamatannya. Semua dilakukan demi memikat hati netizen yang ujung-ujungnya adalah duit.

Mirisnya, popularitas membuat seseorang abai akan hal-hal yang harus dijaga, bahkan keselamatan anaknya sendiri yang masih bayi dipertaruhkan. Popularitas tak jarang membuat orang lupa diri. Semua dilibas demi materi. Jika demikian, dorongan eksistensi diri bisa menjadi hal yang membahayakan keselamatan. Arus kehidupan saat ini justru dikuasai oleh hal-hal seperti itu. Padahal, tidak ada yang lebih berharga daripada kehidupan itu sendiri.

Ingin populer, ingin diakui adalah manisfestasi dari naluri baqa’ yang fitrah adanya pada setiap insan. Namun, naluri ini tidak akan muncul kalau tidak ada sesuatu yang merangsang bangkitnya naluri ini. Media sosial adalah salah satu faktor pencetus munculnya naluri ini.

Dengan medsos, lebih mudah mengaktualisasikan diri, apalagi jika followernya sudah mencapai jutaan. Maka, diupayakanlah konten-konten yang bikin follower berdecak kagum hingga tanpa sadar, demi konten rela menggadaikan keselamatan jiwa. Selain pengakuan eksistensi diri, ada tujuan lain di balik itu semua, yaitu materi. Gaya hidup hedonis telah menjebak siapa pun untuk berperilaku dengan standar materi. Demi materi, apa pun bisa dilakukan walau mengancam jiwa.

Kaburnya Makna Hidup yang Hakiki
Patut dipertanyakan, apa tujuan hidup yang sebenarnya? Hanya sekadar bisa populer dan banyak follower? Atau selaksa materi yang dicari? Padahal, dalam surah Al-Ankabut ayat 64, Allah berfirman:
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”

Jika seorang muslim paham tujuan hidup yang sebenarnya, mustahil ia akan mengabaikan keselamatannya demi viral. Tujuan hidup yang tidak jelas telah menjebak youtuber ini dalam perangkap demi konten.

Makna hidup yang hakiki tidak dipahaminya sehingga dengan enteng mengabaikan keselamatan demi sensasi yang akan mendatangkan aplaus follower. Popularitas telah membiusnya hingga tanpa sadar ia gadaikan keselamatan anaknya. Beginilah karakter sistem kehidupan kapitalis, demi cuan dan demi eksis rela melakukan tindakan ekstrem walau nyawa sekalipun taruhannya.

Pandangan Islam
Dalam Islam, ada tuntunan bagi seorang perempuan dan ibu untuk menjalani kehidupan termasuk dalam menjaga keselamatan anak. Ibu mempunyai tugas mulia untuk membentuk generasi tangguh dan berkualitas. Ibu tak hanya sekadar mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak, tetapi ada amanah besar di balik pundak ibu.

Ibu wajib memberikan pengasuhan dan pendidikan yang benar terhadap anak dengan menjadikan akidah Islam sebagai fondasinya. Ibu pula yang harus menggiring anak untuk taat pada Allah Swt. dan Rasul -Nya. Maka, menjadi ibu bukanlah profesi yang ala kadarnya. Seorang ibu harus membekali diri dengan pemahaman agama yang benar agar bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dengan demikian, akan muncul generasi robbani yang siap mengubah peradaban.

Dalam Islam, negara wajib menjaga keselamatan rakyatnya, termasuk anak-anak. Menjadi pelindung rakyat adalah salah satu tugas negara. Negara wajib menyelenggarakan pendidikan berbasis akidah Islam. Menjadi tugas negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi laki-laki dewasa sehingga ibu tidak dibebani masalah ekonomi. Negara juga harus memfilter media sosial dari konten-konten yang nirmanfaat bahkan konten yang membahayakan akidah dan keselamatan jiwa rakyatnya.

Kolaborasi yang solid antara individu rakyat, masyarakat, dan negara akan mampu mencetak generasi harapan yang berkualitas. Generasi yang tidak melewatkan waktunya dengan hal yang sia-sia. Generasi berkepribadian Islam yang siap menghadapi tantangan zaman dan generasi tangguh yang mampu menghadapi gempuran paham kapitalis. Dengan demikian, kehidupan akan lebih bermakna karena rida Allah dalam genggaman.

Wallahu a’lam bisshawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi