Cukupkah Edukasi Seksual untuk Anak?

Anna
(Unnes)

Kasus pemerkosaan terjadi pada anak-anak. Tersangka masih di bawah umur. Kekerasan seksual dialami oleh siswi taman kanak-kanak. Pelaku adalah tiga siswa SD yang berusia 7 tahun. Kejadian terjadi di Mojokerto (21/1).

Anak-anak berusia di bawah 11 tahun merupakan usia belum akil baligh. Usia yang belum matang dalam pemikiran dan pertumbuhan fungsi organ anak. Kenapa anak-anak mampu berbuat demikian?

Anak adalah peniru yang baik. Aktivitas yang di luar batas usia saat ini sudah dianggap lumrah. Tidak jauh-jauh situasi itu dimunculkan oleh rangsangan dari lingkungan anak-anak. Lingkungan anak sekarang diberi kemudahan teknologi. Anak bisa mengakses apa pun dan tontonan yang dipertontonkan berbau seksualitas. Muncul rasa ketertarikan mencoba pada anak, tanpa diketahui ada batasan benar dan salah.

Inilah permasalah utama, di mana pendidikan nilai dan norma tentang batasan berperilaku dijauhkan. Konsep pemisahan agama dalam kehidupan diambil untuk diterapkan. Buahnya adalah moral yang jauh dari kata manusiawi.

Solusi yang ditawarkan bersifat pragmatis, anak-anak dipandang hanya perlu diberikan edukasi seksual. Di mana anak hanya perlu memahami batasan-batasan privasi mengenai tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain. Solusi seakan cerdas, but this’s not poin.

Sudahkan menuntuskan permasalahan? Pasalnya belum, sebab peran dalam menuntaskan permasalahan hanya dari orang tua. Kasus anak tadi tak lepas dari peran negara yang membiarkan akses pornografi dan pornoaksi ditayangkan dengan bebas. Peran setiap lini dibutuhkan untuk mengatasi moral generasi saat ini.

Islam memandang, orang tua juga berperan mendidik di rumah. Sementara negara juga berperan menjauhkan aspek buruk pada anak dari tontonan yang tidak baik, terutama tayangan yang jauh dari kata mendidik. Orang tua mengajarkan batasan antara laki-laki dan perempuan yang tidak boleh disentuh dan didekati. Orang tua, anak-anak, masyarakat, dan negara, semua harus berperan. Sebab, ini permasalahan bersama, bukan individu.

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi