Oleh. Marsa Qalbina N
(Kontributor MazayaPost.com)
Rri.co.id (17/11/2024), Menteri Kependudukkan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji berpendapat budaya perempuan Indonesia berbeda dengan negara maju lain. Ia menanggapi pernyataan dari BPS terkaiit childfree. Dalam surveinya, ada 72 ribu perempuan Indonesia dengan usia 15 hingga 49 tahun mengaku tidak ingin memiliki anak. Ia meyakini penduduk Indonesia masih baik-baik saja dan terkendali.
Entah apa lagi pemikiran-pemikiran batil yang Barat gencarkan untuk dicekokkan kepada orang-orang. Pasalnya akhir-akhir ini mulai kembali disorot mengenai childfree (tidak ingin memiliki keturunan). Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan BPS bahwa ditemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak. Hal ini di latar belakangi oleh dengan alasan yang berbeda-beda. Mulai dari ekonomi yang tidak stabil, kurangnya kesiapan orang tua dalam mengurus anak, atau perempuan yang masih ingin terus mengejar karirnya dan tak ingin terhambat oleh hadirnya sang anak, dan masih banyak lagi faktor-faktor lainnya.
Perlu diketahui, childfree lahir dari ide faeminisme (yang menyeptarakan gender antara pria dan wanita) seperti : jika laki-laki bisa bekerja maka perempuan juga harus bisa bekerja, dan semua pekerjaan laki-laki sebenarnya bisa dilakukan oleh perempuan. Maka perempuan yang menganut paham ini menyebabkan ia terlalu mengejar karir, seakan-akan posisi mereka tidak hanya mengurusi rumah tangga saja tetapi juga bisa bekerja dari luar rumah.
Maka tak heran, perempuan-perempuan yang dihasilkan dari ide bathil ini menganggap meiliki anak adalah suatu hambatan yang dpat menghalangi karirnya, sehingga perempuan-perempuan ini terpaksa kembali kerumah mereka untuk mengurusi anak. Memang terasa berat bagi mereka yang sudah terbiasa dengan pekerjaan mereka diluar, terlebih bagi wanita pengejar karir, mereka harus terbiasa mengurus rumah tangga dan rela membagi waktu, bahkan meninggalkan karir mereka di luar rumah.
Terjadinya hal tersebut tak bisa dilepaskan dari kerusakan sistem hari ini yang masih saja terus diterapkan . Yang terbukti tak bisa menyelesaikan masalah, justru semakin menambah masalah. Akibatnya latar belakang para perempuan yang membabi buta terhadap karirnya disebabkan karena mereka ingin menstabilkan kondisi ekonomi, yang memaksa untuk terus bekerja seharian nonstop. Sebab sistem tersebut tak memperhatikan kesejahteraan individu masyarakatnya, sehingga faktor ekonominya tak merata. Akhirnya masyarakat pun menjadi gila kerja agar tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Islam Memberikan Solusi Tuntas
Berbeda dengan Islam, Islam memandang memiliki anak adalah sebuah anugerah terbesar yang Allah titipkan untuk para orang tua, buka justru meruakan suatu beban. Karena mulai dari ia melahirkan, merawat, mengasuh, dan mendidiknya hingga ia tumbuh dewasa ada pahala tersendiri bagi orang tua. Terlebih jika sang anak tumbuh dan berkembang menjadii anak yang saleh dan bermanfaat untuk umat, maka tak lain ia dilahirkan dari orang tua yang hebat. Selain itu, tatkala orang tuanya wafat dan meninggalkan anak saleh, maka doa dari sang anak menjadi perantara terhantarkannya pahala jariyah yang terus menerus mengalir kepada orang tuanya.
Islam juga memberi solusi terhadap para perempuan agar tak satupun dari mereka memiliki pandangan childfree seperti ini. Negara menjadikan perekonomiannya stabil dan dapat dirasakan oleh semua masyarakat, sehingga cukuplah bagi para laki-laki saja yang bekerja. Sedangkan perempuan tetap berada di rumah untuk mengasuh anak. Karena syaral telah menetapkan antara perempuan dan laki-laki tidakklah sama, masing-masing memiliki peran yang berbeda-beda dalam mengurus rumah tangga. Sebagaimana peran ayah yang menjadi pemimpin/kepala keluarga yang berkewajiban mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan ibu yang harus mentaati suami dan mengurus anak. Sebagaimana firman-Nya,
“…الرجال قوّامون على النسآء بما فضّل اللّه بعضهم على بعض وّبمآ انفقوا من اموالهم”
“Laki laki (suami) itu merupakan pelindung bagi perempuan(istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya…” (QS An-Nisa: 34)
Wallahualam.