Bukan Gurun Sahara, Tapi Kekeringan Melanda


Oleh : Yuliati Sugiono

Indonesia adalah negara agraris, negara pertanian. Negeri yang kaya menghasilkan beras padi, khususnya wilayah Jawa Timur sebagai pusat lumbung padi nasional sejak tahun 2019. Namun bagaimana jika kekurangan air melanda?.

Pentingnya kecukupan air irigasi untuk pengairan lahan pertanian, tidak perlu dipertanyakan lagi. Masalahnya sejak bulan Juli hingga September kekeringan telah melanda beberapa provinsi di Indonesia, termasuk Jawa Timur. Kekeringan ini bahkan melanda 28 provinsi.

Sebagaimana disampaikan oleh Satib, anggota komite DPRD Jatim, bahwa kekeringan air di beberapa daerah cukup memprihatinkan. Situasi ini jelas berimplikasi pada sektor pertanian yang membutuhkan banyak air. Maka DPRD Jatim mengusulkan anggaran khusus untuk pembangunan bendungan melalui APBD Jatim (surabaya.suara.com/3/9/2022).

Selain Jatim, Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu
Lombok, termasuk wilayah yang parah. Untuk mendapatkan air, warga harus berjalan berpuluh kilo meter jauhnya. Bahkan mereka membeli seharga lima puluh ribu rupiah per Minggu. Tentu jumlah yang tidak sedikit mengingat air adalah kebutuhan primer yang diperlukan setiap hari untuk memasak, minum, mencuci, mandi dan lainnya.

Liberalisasi Air

Tata kelola Sumber Daya Alam (SDA) yang keliru bisa berakibat buruk meskipun SDA tersebut melimpah. Ditengarai salah satu penyebab krisis air adalah distribusi air yang tidak merata. Bahkan kepemilikan air diserahkan kepada swasta. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) contohnya. Sungguh bisnis yang menggiurkan karena mereka tidak perlu modal untuk kulakan air, sudah disediakan oleh Allah di alam ini berupa air pegunungan. Tinggal menyediakan sarana dan prasarana.

Seperti yang terjadi di Polanharjo Klaten Jawa Tengah, Aqua-Danone mengeksploitasi air besar-besaran dari sumber mata air. Akhirnya petani menyewa pompa untuk irigasi, karena debit air menurun drastis sejak Aqua-Danone beroperasi.

Parahnya untuk kebutuhan sehari-hari pun warga harus membeli air dari tangki air dengan harga mahal. Hal ini karena sumur-sumur mereka sudah mengering akibat pompanisasi yang dilakukan Aqua-Danone. Ini sangat ironis karena Kabupaten Klaten mempunyai 150 mata air.

Diperkirakan eksploitasi air yang dilakukan pada sumber-sumber air di Kabupaten Klaten oleh Aqua-Danone mencapai empat puluh juta liter/bulan. Balai Pengelolaan Pertambangan dan Energi (BPPE). Jika dengan estimasi harga jual Rp 80 milyar/bulan maka nilai eksploitasi air mencapai Rp 960 milyar/tahun.

Sementara itu, untuk eksploitasi di Klaten tersebut, Aqua-Danone atau PT Tirta Investama (AGM) hanya membayar retribusi Rp 1,2 milyar sebagai PAD Kabupaten Klaten dan sekitar Rp 3-4 juta pembayaran pajak.

Politik Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam adalah sistem yang menjamin terpenuhinya kebutuhan primer rakyatnya satu per satu, bukan akumulatif. Atas dasar ini maka SDA menjadi milik umat, milik rakyat. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw :

“Kaum muslim berserikat pada tiga perkara : padang rumput, air dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Hadits yang lain menyebutkan :

“Sesungguhnya Abyad bin Hammal mendatangi Rasulullah Saw. dan meminta beliau agar memberikan tambang garam kepada dirinya. Ibnu Al Mutawakil berkata “Yakni tambang garam yang berada di daerah Ma’rib.” Nabi Muhammad Saw. pun memberikan tambang
itu kepadanya. Ketika Abyad bin Hammal telah pergi, ada seorang laki-laki yang di majelis itu berkata “Tahukah Anda, apa yang telah Anda berikan kepadanya? Sesungguhnya Anda memberikan kepadanya
sesuatu yang seperti air mengalir.” Ibnu Al Mutawakil berkata “Lalu Rasulullah mencabut kembali pemberian tambang garam itu dari dia (Abyad bin Hammal) (HR Abu Dawud).

Karena itu, air tidak boleh dikuasai oleh individu, swasta maupun asing. Kekayaan alam itu milik Allah, maka pengaturan kekayaan sudah seharusnya sesuai dengan hukum dari Sang Pemilik atau seijin-Nya. Allah memberi kelimpahan air secara gratis. Liberalisasi menyebabkan ketimpangan dan kesenjangan pembagian kekayaan.

Liberalisasi air menyebabkan kekayaan berpusat pada segelintir orang yaitu, korporasi. Sedangkan kesulitan, kekeringan, krisis air menimpa sebagian besar penduduk. Selama kapitalisme diterapkan, krisis selalu terulang. Solusinya adalah tinggalkan kapitalisme, terapkan syariat Islam. Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi