Binatang pun Ikut Menangis dalam Sistem Kapitalis

Oleh. Nurlela

Beredar sebuah video viral di media sosial, dua ekor monyet mati di Bogor Mini Zoo. Bogor Mini Zoo merupakan tempat penyimpanan berbagai jenis hewan. Tempat ini berlokasi di dalam Hotel Green Forest Bogor, Pamoyanan, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Dalam video tersebut, tampak beberapa ekor monyet muka kecil sedang duduk di batang kayu di dalam kandang berdinding kawat, sementara di bagian bawah kandang, tergeletak dua ekor monyet yang sudah mati yang diduga karena kelaparan.

Menanggapi hal tersebut, Walikota Bogor, Bima Arya akan menutup sementara Bogor Mini Zoo. Selain karena ada dua ekor monyet yang mati dengan sebab yang belum jelas dan kondisi tempat yang tidak layak, Bogor Mini Zoo pun belum memiliki izin beroperasi. Bahkan, ada satwa yang dilindungi oleh undang-undang berada di dalam Bogor Mini Zoo, seperti berang-berang, buaya, dan kura-kura. Hal ini pun ramai dibicarakan di tengah-tengah masyarakat (Republika.co.id, 17/12/2022).

Sebelumnya, di tahun 2020 lalu, pro kontra terjadi di tengah-tengah masyarakat terkait pembangunan wisata premium di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Dalam Rakornas Percepatan Pengembangan 2, Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan akan mempromosikan proyek wisata Taman Nasional Komodo (TNK) di Nusa Tenggara Timur. Hal ini dikarenakan menurut Luhut Binsar Panjaitan, komodo merupakan hewan yang hanya ada di Indonesia sehingga memiliki nilai jual tinggi. Namun, Luhut pun menegaskan tujuan pembangunan destinasi wisata tetap untuk menjaga keberlangsungan hewan langka tersebut (CNNindonesia.com, 27/12/2020).

Di negeri ini, sektor pariwisata memang menjadi primadona dalam meraup keuntungan. Pola hidup masyarakat di negeri ini yang begitu menyukai liburan sebagai salah satu bentuk relaksasi atas segala permasalahan kehidupan yang dihadapi, menjadikan sektor pariwisata sebagai ‘lahan basah’ untuk meraup pundi-pundi rupiah meskipun banyak hal yang harus di korbankan, seperti kelestarian alam, kehidupan, dan juga kelestarian dan keselamatan binatang.

Namun, inilah realitas kehidupan dalam sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan di negeri tercinta ini. Sistem ini menjadikan materi sebagai standar dilakukannya segala perbuatan. Segala sesuatu yang bisa mendatangkan materi pasti akan dilakukan. Dan sebaliknya, segala sesuatu yang tidak bisa mendatangkan materi, akan di tinggalkan. Tidak ada lagi naluri kasih sayang terhadap sesama makhluk ciptaan Allah.

Apa pun akan dilakukan demi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Akibatnya, tidak hanya alam, bahkan kini binatang pun menjadi objek eksploitasi untuk meraup keuntungan. Banyak binatang yang diburu bahkan dibunuh hingga terancam punah keberadaannya.

Tidak hanya itu, sistem ini pun begitu mengagungkan kebebasan. Ada empat kebebasan yang lahir dari sistem ini, yakni kebebasan akidah (beragam), kebebasan berbicara, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan bertingkah laku. Dengan adanya kebebasan-kebebasan ini, setiap orang boleh melakukan apa pun, sekali pun itu bertentangan dengan norma kemasyarakatan bahkan aturan Islam selama tidak menggangu orang lain. Salah satu bentuknya adalah mengeksploitasi binatang demi kesenangan pribadi bahkan demi mendapatkan keuntungan.

Perlakuan Islam Terhadap Binatang

Islam menganjurkan kepada umatnya untuk berkasih sayang, tidak hanya terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap binatang. Sebagai agama yang rahmatan lil’alamin, Islam tidak hanya memberikan keberkahan bagi manusia saja, tetapi juga memberikan keberkahan kepada alam semesta termasuk binatang.

Binatang adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. untuk menjadi penghuni alam semesta ini. Karenanya, Allah pun memberikan pengaturan bagaimana memperlakukan binatang. Di dalam Islam, sekalipun binatang adalah makhluk yang Allah ciptakan tanpa dibekali potensi hidup berupa akal, tetapi binatang harus tetap diperlakukan secara ma’ruf, seimbang, dan tanpa penyiksaan.

Misalnya saja dalam penyembelihan hewan yang halal untuk dikonsumsi, tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang memberikan rasa sakit yang hebat kepada binatang atau melakukan penyiksaan kepada binatang. Rasulullah saw. bersabda:

عَنْ أَبِي يَعْلَى شَدَّادِ بنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلّم قَالَ: (إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا اْلقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus r.a. dari Rasulullah Saw. beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. telah menetapkan perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik pula. Hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihnya.” (HR. Muslim)

Tidak hanya itu, sistem Islam memiliki perekonomian yang unik. Islam tidak menjadikan pariwisata untuk kepentingan ekonomi, apalagi dijadikan sebagai sumber pemasukan keuangan negara. Hal ini dikarenakan sistem Islam memiliki sumber pemasukan yang tetap bagi perekonomian negara seperti ghonimah, kharaj, jizyah, fai, sumber daya alam, dan lain-lain. Sementara pariwisata dijadikan sarana untuk mendakwahkan Islam untuk memperkuat keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT.

Sistem Islam pun memiliki konsep tersendiri dalam melindungi kelestarian alam termasuk binatang. Islam akan melakukan hima suatu wilayah. Hima merupakan tempat yang dikuasai oleh negara sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum. Hima dijadikan sebagai tempat konservasi untuk melindungi alam seperti tumbuhan dan hewan dari kepunahan.

Sungguh, begitu sempurna dan indahnya aturan dalam sistem Islam. Namun, ini semua bisa diwujudkan apabila Islam diterapkan secara totalitas dalam bingkai negara. Saatnya, negeri ini meninggalkan sistem kapitalisme sekuler dengan segala idenya yang rusak dan beralih kepada sistem yang berasal dari Sang Maha Pencipta, yakni Allah Swt.

Wallahu a’lam.

Dibaca

 63 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi