Biaya Haji Tinggi tak Menjamin Fasilitas Memadai

Susi Ummu Ameera
(Pegiat Literasi)

Nabi Saw. bersabda, “Wahai manusia, Allah Swt. telah mewajibkan haji kepada kalian, maka berhajilah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Angin segar datang dari kemenag karena Indonesia mendapatkan kuota tambahan sebanya 8.000 kuota. Namun, banyak calon jemaah haji yang terkejut dan kecewa akibat kenaikan biaya haji yang hampir dua kali lipat di tahun 1444 H ini. Kekecewaan jemaah haji tidak cukup dari sisi biaya saja, namun harapan untuk mendapatkan fasilitas terbaik pun tidak didapat, padahal sudah mengeluarkan biaya yang fantastis.

Ternyata banyak faktor penyebab jemaah haji kecewa. Seperti yang diungkapkan Wakil Ketua Komisi VIII DPR sekaligus Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR Ace Hasan Syadzily mengatakan ada lima permasalahan, (4/7/2023).

Pertama, terkait persoalan distribusi asupan makanan bagi jemaah haji saat di Mina. Distribusi makanan acak-acakan sehingga banyak jemaah yang kelaparan dan letih.

Kedua, jumlah kamar mandi di Arafah yang terbatas bagi jemaah. Jumlah kamar mandi tidak sesuai dengan jumlah jemaah haji sehingga memicu antrean panjang.

Ketiga, Timwas Haji DPR menemukan persoalan akomodasi atau transportasi jemaah haji. Ia menilai transportasi jemaah haji selama di Armuzna tidak terkelola dengan baik. Kasus telantarnya jemaah di Muzdalifah dianggapnya sebagai kesalahan fatal.

“Kasus bus Taradudi yang membawa jemaah dari Muzdalifah ini salah satu kesalahan fatal dari manajemen pergerakan jemaah yang tidak disiapkan mitigasinya.
Keempat, fasilitas pelayanan haji bagi para lansia (kursi roda dan golfcar) yang tidak optimal. Tahun ini tidak ada pembatasan usia lansia. Semestinya harus diantisipasi.
Kelima, kinerja Mashariq atau penyedia layanan haji dari Arab Saudi yang tidak memenuhi komitmen selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Terutama soal kapasitas tenda dan kamar mandi yang tak memadai.

Negaralah yang bertanggung jawab atas semua persoalan ini. Jaminan yang diberikan oleh negara harus dinikmati masyarakat yang sudah banyak berkorban. Mulai dari antrian yang sangat lama juga biaya yang naik drastis. Nyatanya, hari ini negara abai dan hanya menjadi regulator yang tidak memiliki kekuatan untuk menjamin hak rakyatnya. Pengawasan yang longgar terhadap pihak-pihak terkait salah satunya. Misal, saat di Armina kinerja Mashariq kurang profesional. Padahal Mashariq adalah lembaga yang ditunjuk otoritas Arab Saudi untuk melayani jemaah haji dari beberapa negara di Asia Tenggara.

Persoalan mendasarnya sebenarnya terletak pada sistem kapitalis yang dianut kebanyakan negeri-negeri di dunia ini. Adanya kepentingan yang berbeda-beda di setiap negeri semakin mempersulit dalam memberikan pelayanan terbaik. Kurangnya kesadaran akan amanah dan tanggung jawab seningga pelayanan dan kinerja yang dilakukan tidak optimal.

Solusi atas semua persoalan ini adalah kepemimpinan yang satu untuk seluruh umat Islam, yaitu khilafah. Hapuskan nation state yang mempersulit umat untuk beribadah. Kembalilah kepada sistem Islam yang di dalamnya akan diterapkan seluruh aturan Islam dan pelaksanaannya berdasarkan taqwa kepada Allah Swt. Namun, tidak mudah untuk mengembalikan Islam kaffah, butuh pejuang yang tangguh dan perjuangannya yang sungguh-sungguh, dan ini tugas seluruh kaum muslimin agar firman Allah berikut ini terwujud dengan benar.

Haji adalah ibadah yang Allah Swt. tetapkan sebagai fardu ‘ain bagi kaum muslim yang memenuhi syarat dan berkemampuan. Allah Swt. menyatakan dalam Al-Qur’an, “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali ‘Imran: 97)

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi