Bersama Gen Z, Akhiri Krisis Kapitalisme dengan Semangat Perubahan Islam Kaffah

Oleh. Novi Ummu Mafa
(Kontributor MazayaPost.com)

Indonesia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia (HKJS) atau World Mental Health Day (WMHD) pada tanggal 10 Oktober setiap tahunnya. Melalui Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama untuk remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia, terungkap bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental (timesindonesia.co.id, 17/10/2024).

Dampak Ideologis: Gaya Hidup Konsumtif yang Merusak

Dalam sistem kapitalisme demokratis mendorong terciptanya budaya konsumerisme dan hedonisme yang merusak. Sistem ini memanfaatkan media sosial dan iklan untuk mendorong Generasi Z agar terus-menerus mengejar barang-barang material dan gaya hidup mewah yang tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi mereka. Fenomena Fear of Missing Out (FOMO), konsumerisme, dan hedonisme yang marak di kalangan Generasi Z merupakan manifestasi dari gaya hidup kapitalisme yang menjadikan materi sebagai ukuran kebahagiaan. Pada akhirnya, tekanan untuk mengikuti gaya hidup yang mahal ini memicu berbagai masalah psikologis, seperti kecemasan, stres, dan depresi.

Di sinilah letak ironi dari demokrasi kapitalisme, alih-alih mempromosikan kesejahteraan sosial, sistem ini justru memanfaatkan kelemahan psikologis generasi muda untuk meningkatkan konsumsi dan keuntungan para pemodal. Dengan demikian, kapitalisme demokratis bukan hanya merusak kesejahteraan material, tetapi juga spiritual dan mental Generasi Z.

Demokrasi Kapitalisme: Sistem yang Melanggengkan Ketimpangan

Sistem demokrasi kapitalisme telah memperlihatkan kecenderungan yang kuat untuk melanggengkan ketimpangan ekonomi dan sosial. Dalam demokrasi kapitalisme, pendidikan yang semestinya menjadi hak dasar bagi seluruh rakyat berubah menjadi komoditas. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mahal telah menjadi penghalang bagi banyak anggota Generasi Z untuk mengakses pendidikan tinggi, sehingga hanya mereka yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas yang dapat memperoleh pendidikan berkualitas. Hal ini memperlihatkan bagaimana demokrasi kapitalisme secara sistematis menciptakan ketimpangan dalam akses terhadap pendidikan.

Selain itu, demokrasi kapitalisme juga gagal memberikan solusi atas masalah pengangguran yang merajalela. Data empiris menunjukkan bahwa angka pengangguran di kalangan pemuda semakin meningkat, sementara negara cenderung berperan sebagai fasilitator bagi para pemilik modal besar yang mengeksploitasi tenaga kerja dengan upah rendah. Dalam perspektif kapitalisme, tenaga kerja hanyalah alat produksi yang dapat dieksploitasi demi kepentingan ekonomi semata, tanpa mempertimbangkan kesejahteraan mereka sebagai manusia. Generasi Z, yang memiliki potensi besar dalam berbagai bidang, justru mengalami keterbatasan untuk berkembang akibat sistem ini.

Solusi Hakiki: Islam sebagai Sistem Kehidupan yang Menyelamatkan

Sistem Islam menawarkan alternatif yang lebih adil dan berkeadilan dibandingkan demokrasi kapitalisme. Dalam Islam, pendidikan dipandang sebagai hak dasar yang wajib dipenuhi oleh negara tanpa diskriminasi kelas sosial. Negara dalam sistem Islam berperan sebagai pelindung rakyat, bukan sekadar fasilitator bagi kepentingan kapital. Dengan sistem ekonomi Islam, kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama, bukan keuntungan materi bagi segelintir orang. Selain itu, sistem Islam menekankan pentingnya nilai-nilai qana’ah (kesederhanaan) dan ukhuwah (persaudaraan) yang dapat membentuk masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Dalam konteks Generasi Z, penerapan nilai-nilai Islam secara kaffah akan membebaskan mereka dari jerat gaya hidup konsumtif yang merusak. Generasi ini akan diajarkan untuk menghargai nilai-nilai spiritual dan sosial yang berlandaskan pada kebaikan bersama, bukan sekadar keuntungan materi. Oleh karena itu, hanya dengan sistem Islamlah umat manusia, termasuk Generasi Z, dapat mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

Urgensi Pembentukan Partai yang Membina Generasi Z secara Shahih

Generasi Z membutuhkan adanya partai atau gerakan yang dapat membina mereka secara ideologis, mengarahkan potensi mereka untuk memperjuangkan sistem kehidupan yang lebih adil dan berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Partai ini berperan sebagai motor penggerak bagi terciptanya generasi muda yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kedalaman spiritual dan kekuatan ideologis. Generasi Z yang berkepribadian Islam akan mampu membela umat, memperjuangkan Islam, dan membangun peradaban yang berkeadilan serta mensejahterakan.

Islam juga memberikan tanggung jawab besar kepada pemuda untuk menjadi pemimpin dan melanjutkan kepemimpinan yang adil. Pemuda diharapkan memiliki integritas dan kemampuan untuk memimpin serta melindungi masyarakat dari segala bentuk kezaliman.

Hadis Riwayat Al-Bukhari, “Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya: …pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Tuhannya…”

Hadis ini menggarisbawahi bahwa pemuda yang tekun dalam ibadah dan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam kaffah akan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah. Dengan ketakwaan dan keteguhan iman, generasi muda memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin yang baik dan mengemban tanggung jawab perubahan.

Melalui pembinaan yang benar, Generasi Z akan memiliki pemahaman yang kaffah tentang Islam dan menjadi pemimpin masa depan yang mampu merubah dominasi kapitalisme demokratis yang rusak. Saatnya bagi Generasi Z untuk menjadikan sistem Islam kaffah sebagai sistem kehidupan yang shahih. Dengan adanya partai yang membina Generasi Z secara ideologis, diharapkan tercipta generasi muda yang berkepribadian Islam dan siap membangun peradaban yang damai, adil, dan sejahtera.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi