Berebut Kekuasaan Saat Rakyat Penuh Problem

Oleh: Nabila Inas

Kini berita Pemilihan Presiden (Pilpres) menjadi boming di tengah-tengah masyarakat. Banyak warga yang membicarakan hal tersebut dan mencari calon yang tepat untuk dipilihnya meski pemilihan presiden masih cukup jauh. Para calon presiden dan calon wakil presiden itu telah disebarluaskan oleh warga. Baliho, banner, spanduk, bahkan mungkin ada pada benda-benda kecil seperti kipas, buku tulis, dan sebagainya. Para pejabat, politisi, dan sejumlah partai politik menjadi sibuk bermanuver.

Di sisi lain juga, banyak yang menghendaki Jokowi dari PDIP untuk menjadi presiden tiga periode meskipun juga banyak dari berbagai kalangan yang menentangnya. Jelas sekali bahwa keinginan untuk berkuasa dan juga mempertahankan kekuasaan sangat menggebu-gebu tanpa rasa sungkan. Hasratnya begitu besar untuk sebuah kekuasaan meskipun pilpres masih jauh. Para pejabat, politisi, dan parpol sibuk memikirkan pilpres. Sehingga sekarang ini tak ada yang mengurusi rakyat karena urusan tersebut.

Padahal saat ini banyak sekali problem yang menimpa masyarakat mulai dari kemiskinan, pengangguran, seks bebas, kerusakan-kerusakan fasilitas umum, dan lain sebagainya yang harus diatasi. Bahkan, saat pandemi belum berakhir, di tengah-tengah masyarakat yang kesusahan, pemerintah menaikkan harga-harga kebutuhan umum seperti pertamax, pertalite, juga harga minyak goreng yang nyaris naik dua kali lipat sampai sekarang belum terselesaikan dan tidak mengalami penurunan harga.

Seharusnya permasalahan-permasalahan masyarakat sekecil apa pun itu harus dituntaskan dengan baik. Seorang pemimpin itu harus bertanggung jawab atas siapa dan apa yang dipimpinnya. Dalam surah An-Nahl ayat 90, Allah SWT berfirman:

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Juga dalam Hadis dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar Rasulullah telah bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imām (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqqun alaih)

Namun di bawah pemerintahan demokrasi sekuler sekarang, tujuan hidup adalah untuk mendapatkan materi dan asasnya memisahkan agama dari kehidupan. Maka, kepemimpinan dijadikan ajang untuk berkuasa dan menikmati kekuasaan itu untuk kepentingan pribadi. Mereka berlomba-lomba meraih kekuasaan dan mempertahankannya. Segala cara dilakukan untuk meraihnya, tak peduli itu haram atau halal dan saat memegang kekuasaan pun tak dijalankan dengan amanah. Rakyatnya tak terurusi hingga segala permasalahan terjadi. Rezim pun tak memikirkan bahkan kepentingan dan kemaslahatan rakyat pun juga sering diabaikan dan juga ditinggalkan.

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah. Imam Ibnu Katsir menjelaskan “Amanah adalah taklif yang harus dijalankan dengan sepenuh hati, juga dengan cara melaksanakan syariat-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jika ia melaksanakan taklif tersebut, ia akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Sebaliknya, jika ia melanggar taklif tersebut maka ia akan memperoleh siksa.” (Ibnu Kastir, Tafsir Ibnu Katsir, III/522)

Setiap pemimpin wajib memiliki sikap dan karakter amanah dalam mengurusi rakyatnya. Seseorang yang memiliki sikap amanah tentunya terlihat dari caranya dalam mengurusi rakyat. Ia pasti menggunakan aturan-aturan Allah dalam menjalankannya dan ia pasti memiliki budi pekerti yang baik, terlihat jiwa-jiwa kepemimpinanya. Pemimpin yang amanah mengurusi rakyatnya dengan baik, tidak menganiaya, tidak membiarkan problem tetap ada, tetapi menyelesaikan dengan baik, menjadikan rakyat hidup makmur dan sejahtera dengan kepemimpinannya. Tentunya pemimpin yang amanah itu tidak akan membiarkan sistem kufur itu ada, tidak membiarkan sistem yang bertentangan dengan Islam. Pemimpin yang amanah pastilah tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan Islam, tetapi kebijakan itu sesuai dengan Islam.

Kepemimpinan yang amanah itu hanya akan ada pada Daulah Islam. Sebagaimana yang dulu pernah ada berabad-abad lamanya, kepemimpinan yang menjadikan rakyat aman, sentosa, dan sejahtera. Bahkan di era itu, tak ada rakyat yang menderita, semua hidup tenang dan tentram dalam naungannya. Sayangnya seiring berjalannya waktu, kepemimpinan itu pun dihapus dan diganti dengan sistem lain. Namun, sebagaimana janji Allah bahwa hal itu akan ada kembali. Wajib bagi kita untuk memperjuangkannya dan agar kelak bisa merasakan kehidupan sejahtera dalam kepemimpinan itu.

Wallahu a’lam bi ash-showab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi