Beras Mahal, Bahayakah?

Oleh. Yuliatin

Nasi menjadi makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia yang sangat sulit untuk dihindari, akan sangat meresahkan jika harga beras terus merangkak naik. Harga beras dikabarkan bakal terus melonjak beberapa waktu ke depan. Penyebabnya karena tambahan stok tidak sebanyak biasanya. Sedangkan permintaan diprediksi bakal tetap stabil bahkan meningkat jelang akhir tahun nanti. Masyarakat perlu bersiap-siap dengan kenaikan harga beras yang bakal lebih tinggi lagi.

Mengikuti siklus produksi padi, saat ini hingga akhir September nanti adalah musim panen gadu. Karena produksi lebih rendah dari panen rendeng atau panen raya, harga gabah atau beras akan lebih tinggi. Oktober nanti kita mulai musim paceklik. Biasanya Oktober adalah waktu awal tanam, yang akan dipanen akhir Januari atau awal Februari di musim panen raya. Kata Pengamat Pertanian Khudori (CNBCIndonesia, 5/9/2023).

Benarkah mahalnya beras disebabkan tambahan stok yang kurang? Jika demikian, harusnya pemerintah mengambil kebijakan tegas terkait alternatif yang harus diupayakan agar harga beras tetap stabil. Apa masalah ini akan dibiarkan dan terjadi berulang?

Musim kemarau panjang memang membuat sebagian para petani enggan menanam padi, karena membutuhkan air yang cukup banyak. Ini berarti akan menambah biaya pertanian, apalagi ditambah pupuk yang langka dan mahal membuat para petani makin kesulitan mengelola lahannya. Negara seharusnya mampu mengedukasi dan mensubsidi kebutuhan para petani terkait kelangsungan usaha pertaniannya dan memberikan sarana pemasaran yang sesuai dan tidak merugikan.

Nyatanya, sistem kapitalisme saat ini berhasil menciptakan pribadi yang egois, hanya mementingkan keuntungan sendiri, kurang peduli terhadap kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Meskipun bantuan digadang telah digelontorkan, tetapi masih ada rakyat miskin tidak dapat karena salah sasaran. Harusnya Hal ini tidak boleh terjadi, karena rakyat berada di bawah kekuasaan para penguasa negara yang seharusnya mampu terurus dengan baik.

Dalam sistem kapitalisme, aturan agama dikesampingkan. Akibatnya, banyak aturan yang dibuat dengan hanya menguntungkan pihak tertentu, terbukti dari sumber daya alam yang seharusnya jadi milik umum atau negara yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, menjadi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau bahkan dikuasai asing seperti halnya tambang-tambang.

Jika di dalam pemerintahan menggunakan aturan Islam, rakyat akan terurus dengan baik dan benar, sebab tujuan dari seorang pemimpin yang seharusnya adalah mengurusi urusan yang dipimpinnya, yakni masyarakat. Memenuhi kebutuhan rakyat dan menjamin keamanannya, termasuk memberikan kebijakan yang mensejahterakan masyarakat adalah tugas negara. Masalah kelaparan dan kekurangan akan terselesaikan, sebagaimana yang telah dilakukan Khalifah Umar bin Khattab yang pernah memanggul karung berisi gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan. Seperti itulah tugas pemimpin, rela berkorban, profesional dan amanat, demi kesejahteraan rakyatnya, mementingkan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadinya.

Berbeda dengan kapitalisme yang rentan terhadap permasalahan, Islam memiliki aturan yang mampu menjamin setiap individu agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti sandang, pangan dan tempat tinggal, dengan mendorong laki-laki yang sudah baligh untuk bekerja memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Negara juga membantu tersedianya lapangan pekerjaan.

Jika memang masih kesulitan, setelah upaya yang telah dilakukan oleh individu dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, negara akan membantu melalui baitul mal, maka seluruh kebutuhan masyarakat akan terjamin. Wallahu a’lam bish showwab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi