BBM Bersubsidi Makin Langka, Buah Sistem Kapitalisme

Oleh: Khusnul Khotimah, S.Pd

Ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke kandang singa, rakyat terus menerus ditimpa kemalangan yang seolah tiada akhir. Setelah lama berjibaku dengan pandemi, kini rakyat dihadapkan dengan masalah yang tidak kalah pelik, yakni menghadapi kelangkaan BBM bersubsidi.

Dilansir dari laman www.kumparan.com (14/8/2022), Kuota BBM subsidi diprediksi akan habis sebelum akhir tahun ini. Pengamat Energi Watch Mamit Setiawan memperkirakan stok Pertalite akan habis di bulan Oktober 2022 apabila tidak ada penambahan kuota.

Adapun kuota Pertalite yang diberikan pemerintah hingga akhir tahun ini sebanyak 23,1 juta kiloliter (KL), sementara konsumsi BBM jenis Pertalite hingga Juli 2022 sudah mencapai 16,8 juta KL atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan. Sementara kuota solar diberikan 14,91 juta KL, sedangkan hingga akhir Juli 2022 sudah digunakan 9,9 juta KL atau tersisa 5,01 juta KL.

Mamit memprediksi, apabila ada tambahan subsidi Pertalite sebanyak 5 juta KL hingga akhir tahun 2022, maka penambahan kompensasi energi dalam APBN bisa mencapai Rp 45 triliun, dengan selisih keekonomian Rp9000 per liter. Sedangkan penambahan 1,5 juta KL solar membutuhkan dana sebesar Rp19,5 triliun dengan selisih Rp13 ribu per liter.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Arya Yusa Dwicandra menyatakan, kelangkaan pertalite terjadi karena memang Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JKBP) kuotanya terbatas, sehingga perlu diatur penyalurannya.

Arya melanjutkan, agar penyaluran BBM subsidi dan JKBP tepat sasaran, pihaknya terus mendorong pemilik kendaraan, khususnya kendaraan roda empat untuk melakukan pendaftaran subsidi tepat. Pendaftaran dimakasudkan agar mereka yang tidak layak mengkonsumsi BBM bersubsidi maupun JKBP, bisa diarahkan untuk menggunakan BBM jenis lain (republika.co.id, 12/8/2022).

Menilik rencana untuk menekan subsidi BBM yang terus digulirkan pemerintah sejak beberapa tahun silam, pemerintah sepertinya memiliki keinginan kuat untuk menjalankan rancangan kebijakan ini. Terbatasnya kuota BBM bersubsidi adalah istilah baru sebagai wacana pencabutan BBM bersubsidi.

Pemerintah secara sengaja terus melemparkan isu kelangkaan BBM bersubsidi dengan mewacanakan opsi-opsi solusi yang tidak populis. Sehingga, ketika pada akhirnya solusi yang diambil pemerintah adalah menaikkan harga BBM atau bahkan mencabut subsidi BBM dan hal ini sekaligus untuk membantah adanya intervensi asing.

Seperti diketahui sejumlah kalangan menganggap bahwa langkah penghapusan subsidi BBM disinyalir merupakan upaya liberalisasi migas yang direkomendasikan pihak asing, seperti Bank Dunia dan para investor asing.

Di dalam sistem kapitalisme demokrasi saat ini, masyarakat di sekat-sekat berdasarkan tingkat ekonomi dan sosial seperti adanya sekat masyarakat subsidi dan nonsubsidi seperti sekarang. Padahal seharusnya tidak perlu ada sekat-sekat masyarakat nonsubsidi untuk menengah ke atas dan masyarakat subsidi untuk menengah ke bawah, hal ini akan terjadi diskriminasi sosial.

Sistem kapitalisme ini juga membuat negara hanya sebagai regulator, sedangkan di dalam islam negara siap sedia untuk mencukupi dan bertanggung jawab penuh atas kebutuhan rakyat. Seluruh rakyat berhak untuk mendapatkan pelayanan dari negara termasuk negara menyediakan BBM yang cukup dan tidak ada diskriminasi.

Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Hadist tersebut menyatakan bahwa kaum muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu seperti yang terjadi saat ini. Seharusnya ketiganya dikelola oleh pemerintah dan hasilnya diberikan kembali kepada rakyat secara terbuka dan tidak tebang pilih. Negara harus seratus persen melayani rakyat dengan benar karena pertanggung jawabannya luar biasa di akhirat kelak.

Hal itu tidak akan pernah bisa sejalan dan terealisasi di dalam aturan sistem kapitalisme saat ini. Dimana saat ini individu yang memiliki modal besar adalah pemegang dan pengendali atas tiga hal tersebut.

Maka sudah selayaknya rakyat sadar dan bangun dari keterpurukan tiada henti ini dengan menerapkan sistem aturan islam yang sempurna dan paripurna serta sudah terbukti kurang lebih tiga belas abad memimpin dunia dengan adil.

Wallahu a’lam bishowab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi