Balada Sedentary Lifestyle pada Pemuda, Bagaimana Islam Memandangnya?

Oleh. Afiyah Rasyad

Pemuda dewasa ini banyak dilenakan oleh arus Westernisasi lewat perkembangan teknologi. Gaya hidup Barat menjadi elemen penting dalam tiap aliran darah dan aliran napasnya. Sosok pemuda banyak berbangga dengan menjadi budak Barat. Segala tetek bengek ide Barat semisal sekularisme, pluralisme, liberalisme,dan lainnya digandrungi tanpa benar-benar dimengerti dan dipahami. Tak terkecuali, pemuda muslim ikut arus yang sama.

Revolusi industri 4.0 menyeret generasi lebih bergantung pada dunia internet. Bukah hanya game atau membuat konten di akun berbagai platform medsos, mereka bahkan mengandalkan berselancar di dumay untuk berbelanja dan menggali informasi. Sehingga, menjamurlah para kaum rebahan, terutama para pemuda. Sedikit sekali upaya pemuda untuk meraih sesuatu. Dorongan mewujudkan tujuan besar, sementara tindakan nyata untuk meraih tujuannya minimal.

Menurut Frontiers Media (salah satu International Public Health Journal), perkembangan teknologi dapat menimbulkan gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle), karena segala aktivitas hidup sehari-hari menjadi lebih minimal upaya. Sedentary lifestyle ini menjadi masalah di dunia karena berkurangnya lahan untuk melakukan aktivitas fisik akibat pembangunan tempat tinggal yang masif, serta adanya pengaruh yang besar dari televisi atau perangkat video (www.ncbi.nlm.nih.gov).

Tak dimungkiri, perkembangan teknologi juga ikut menyumbang sedentary lifestyle. Pola hidup seperti ini sering dijumpai pada pemuda zaman now yang sering disebut kaum rebahan dengan ciri khas mager (malas gerak). Bagaimana tidak mager, saat ini semua giat dan keinginan bisa dipenuhi serba instan dan praktis. Memang berbeda dengan masa dulu, saat mau makan harus keluar rumah dulu buat ke warung makan. Sekarang dengan aplikasi ojek online, makanan datang sendiri sementara pemesan bisa menunggu sambil rebahan di rumah. Bukan hanya makanan dan minuman, bahkan keperluan mandi, pakaian, dll. pun cukup ditunggu sambil rebahan.

Zaman dulu, saat hendak berjumpa atau berinteraksi dengan orang lain, harus melangkahkan kaki menuju rumah-rumah orang lain. Kini, cukup sentuh gawai, video call-an, maka sudah merasa cukup saat bertatap muka langsung lewat layar gawai gepeng itu. Di satu sisi, perkembangan teknologi memang membuat segalanya lebih praktis dan canggih. Namun, di sisi lain, ternyata ada bahaya yang mengintai apalagi tidak dibarengi dengan edukasi dan sosialisasi rutin dari pemangku kebijakan.

Faktor-Faktor Penyebab Sedentary Lifestyle pada Pemuda Zaman Now

Tak ada asap jika tak ada api, begitulah peribahasa yang mewarnai balada sedentary lifestyle para pemuda. Tentu saja keberadaan fenomena pemuda menggandrungi sadentary lifestyle memiliki magnet penyebab yang akurat. Berikut fakto-faktor penyebab sadentary lifestyle pada pemuda:

1. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang tak beriringan dengan edukasi dan motivasi justru membuat sebagian besar pemuda salah jalan. Kemajuan teknologi yang menyebabkan sedentary lifestyle tidak terlepas dari seperangkat kebijakan sistem kapitalisme yang dianut sebagian besar negara di dunia saat ini, termasuk Indonesia yang mayoritas muslim.

Sistem Kapitalisme menjadikan asas manfaat, yakni keuntungan materi sebagai tujuan utama. Hal ini menempel dalam benak kawula muda sehingga mereka terbiasa mencari solusi yang serba instan dan pragmatis dalam meraih kemewahan dan kekayaan. Alhasil, kemajuan teknologi yang terbukti dapat menghemat waktu dan tenaga, justru dipakai untuk berleha-leha dan berhaha hihi ria sambil rebahan saja.

2. Lingkungan rumah

Rumahku surgaku, seakan hanya menjadi slogan dalam ekspektasi keluarga muslim. Pada kenyataannya, banyak tuntutan kehidupan yang tersandera sistem kapitalisme. Sehingga, banyak orang tua kalangan menengah ke atas yang merasa cukup anaknya dididik di sekolah yang berfasilitas bagus, fasilitas dan belanja melimpah, tanpa ada campur tangan pengasuhan dan pendidikan intens orang tua. Sementara orang tua menengah ke bawah, sebagian besar mereka membiarkan anak tumbuh mengalir lepas kontrol.

Rumah yang harusnya menjadi tempat bercengkerama yang asik antara anak dan orang tua, justru lebih terlihat seperti tempat singgah sementara untuk melepas penat. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Anak pun dibiarkan banyak berinteraksi dengan gawainya yang penting mereka nyaman. Padahal, intensnya anak berinteraksi dengan HP justru mendorong mereka terjerumus dalam kubangan sedentary lifestyle.

3. Faktor lingkungan

Sejatinya, lingkungan akan turut mewarnai tumbuh kembang seseorang. Lingkungan juga akan memberikan warna pola didik dan latar sosial pada siapa pun yang ada di dalamnya. Dewasa ini, kebanyakan lingkungan sosial masyarakat telah teracuni juga dengan sistem kapitalisme. Begitu pun lingkungan sekolah turut memberi andil. Sebab, tugas-tugas mencari referensinya cukup dari internet. Sangat jarang sekarang kajian di perpustakaan.

Selain itu, betapa cueknya individu yang hidup tengah masyarakat. Kemaksiatan begitu cepat menyebar tanpa ada pencegahan berupa nasihat ataupun edukasi dari tokoh masyarakat. Semua dianggap urusan masing-masing alias privasi dan dianggap sebagai hak asasi yang tak boleh dicampuri. Maka, mager berjemaah menjadi wabah bagi pemuda. Alhasil, sadentary lifestyle semakin tumbuh subur.

Demikianlah faktor penyebab pemuda berada di zona sedentary lifestyle. Maka, sikap waspada harus dimiliki setiap muslim untuk senantiasa menjaga generasi agar tidak terjerumus dalam zona rebahan ini.

Dampak Sedentary Lifestyle pada Pemuda

Apa jadinya jika pemuda yang menjadi agen perubahan dan penerus bangsa banyak rebahan? Selain perkara kepemimpinan pemuda, kesehatan fisiknya juga diintai berbagai penyakit saat banyak rebahan. Berikut dampak sadentary lifestyle yang berbahaya bagi pemuda:

1. Kematian Signifikan

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sedentary lifestyle merupakan 10 penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di dunia (www.who.int). Sedentary lifestyle meningkatkan risiko hingga dua kali lipat seseorang dapat terkena penyakit jantung, diabetes, obesitas, kanker usus besar, tekanan darah tinggi, osteoporosis, dan kolesterol tinggi. Selain itu, ia bisa juga membuat seseorang jatuh pada depresi dan gangguan kecemasan. Wajar saat ini sudah mulai marak suicide pada kalangan pemuda dan pemudi.

Ketika tubuh banyak rebahan dan tak banyak gerak, maka metabolisme juga akan melambat. Hal itu akan berpengaruh pada pemecahan lemak tubuh, protein, dan karbohidrat yang dimakan. Penurunan metabolisme ini bisa menyebabkan jantung memompa lebih sedikit darah sehingga dapat berpengaruh pada sistem saraf pusat, sistem pembuluh darah, dan menurunkan hormon insulin (mengatur kadar gula darah).

Adapun jumlah orang yang mengalaminya sangat banyak! Menurut WHO, jumlah kematian karena minimnya aktivitas fisik mencapai 2 juta jiwa. Sebanyak 60-80% orang di dunia, baik dari negara maju atau berkembang, memiliki sedentary lifestyle. Lebih spesifik lagi, bahwa satu dari 3 remaja berusia 15 tahun ke atas memiliki gaya hidup yang kurang aktif ini (www.ncbi.nlm.nih.gov).

2. Loss generation

Meski masa ini masuk rentang masa bonus demografi, tetapi jika sedentary lifestyle merasuki sebagian besar pemuda, maka akan terjadi loss generation. Meski tidak semua terdampak kematian signifikan, kaum rebahan tidak akan mampu meneruskan estafet kepemimpinan yang bermutu dan berkualitas. Para pemuda akan malas berpikir dan malas berupaya optimal karena terbiasa dengan berpikir dan berupaya instan dan minimal. Terlebih lagi, pemuda kaum rebahan akan malas-malasan dan cenderung maniak ikut-ikutan tanpa peduli itu berfaedah atau tidak. Sehingga, loss generation, mau tidak mau akan dituai dan dipanen dengan sempurna.

Dua dampak di atas menjadi momok paling menakutkan. Belum lagi dampak lainnya seperti menghilangnya empati dari kalangan pemuda, kemunduran literasi, gaya malas-malasan, dan pelitnya komunikasi. Sedentary lifestyle sungguh akan memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembang pemuda, baik fisik, akal, dan juga jiwanya.

Upaya Islam Melenyapkan Sedentary Lifestyle pada Pemuda

Saat sedentary lifestyle menjamur, maka perlu penanganan prima untuk mencabut dari akarnya. Orang tua atau para guru memberi nasihat kepada para pemuda itu penting. Namun, ada pihak yang lebih krusial dalam memberi nasihat yakni negara. Ada pula upaya urgen yang dilakukan selain nasihat, yakni menerapkan kebijakan tepat guna dalam hal perkembangan teknologi.

Islam akan mendorong negara untuk menjaga tumbuh kembang akal, fisik, dan jiwa rakyatnya. Upaya komprehensif dalam melenyapkan sedentary lifestyle pada pemuda akan ditempuh dengan beberapa cara, antara lain:

1. Tatsqif Intensif
Tatsqif atau pembinaan secara intensif dengan memahamkan pemuda akan hakikat hidupnya. Hal itu diharapkan bisa menyadarkan para pemuda pada tujuan bevisi ilahiah. Tatsqif dengan talqiyan fikriyan muatsaron atau pembinaan yang sampai membangun pemikiran dan menancapkan pengaruh dalam perilaku akan membuat pemuda mengoptimalkan amal saleh. Tentu tidak minimalis dalam beramal saleh.

Ketika teknologi itu dapat mempersingkat waktu dan tenaga, maka sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk beribadah dan menciptakan karya terbaik dalam hidup. Negara akan terus melekatkan dan mencangkokkan akidah Islam dalam benak umat. Negara juga akan menjaga suasana keimanan dengan selalu mendorong rakyat, bahwa hidup di dunia ini bukan untuk bersenang-senang semata. Visi misi penciptaan di dunia untuk beribadah dan menjadi sebaik-baiknya umat akan terus digaungkan di tengah-tengah rakyat, termasuk para pemuda.

2. Membudayakan olahraga yang syar’i demi kesehatan

Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah Swt. dari pada orang mukmin yang lemah.” (HR Muslim)

Balada gaya hidup sedenter membuat tubuh pemuda menjadi “jompo” lebih cepat sehingga menyebabkan ibadah terganggu. Fakta ini tentu saja sangat bertolak belakang dengan gambaran para pemuda muslim di masa kejayaan pemerintahan Islam yang bugar dan sehat fisiknya. Sebab, Islam menaruh perhatian khusus pada olahraga dan aktivitas fisik dalam ajarannya. Dalam pandangan Islam, olahraga merupakan media persiapan yang menguatkan kaum muslim untuk berjihad di jalan Allah. Ketika melaksanakan perang, tentu memerlukan tubuh yang bugar, kelincahan berkuda, dan penguasaan panah. Mungkin saat ini diperlukan keliahaian mengangkat senjata dan mengoperasikan tank. Maka, tak ada cara lain selain dengan olahraga dan latihan fisik yang membutuhkan banyak sebagai sarana persiapannya. Firman Allah Ta’ala:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS Al-Anfal: 60)

Saat negara turun gunung dalam membuat kebijakan untuk memgoptimalkan peran pemuda dalam kencah kehidupan, maka sedentary lifestyle akan sirna tak berbekas. Hanya negara yang bervisi misi ilahiah yang benar-benar memberikan ruang dan menciptakan atmosfer gerak bagi para pemuda. Oleh karena itu, adanya negara yang menerapkan aturan Ilahi menjadi sebuah keharusan di tengah-tengah kehidupan saat ini dan hingga kiamat nanti.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi