Bahaya Pemberdayaan Potensi Pemuda dalam Sistem Kapitalisme

Oleh. Afiyah Rasyad

“Beri aku 1000 orang tua, niscaya aku cabut Semeru beserta akarnya
Beri aku 10 pemuda, niscaya aku guncang dunia.”

Begitulah quote legendaris dari Sang Proklamator negeri ini. Tak asal ngomong atau asal bunyi, tentu Presiden Soekarno melihat betapa dahsyat potensi pemuda dengan segala kekuatannya. Pemuda memang memiliki kemampuan yang lebih dari yang lainnya. Pemuda memiliki kekuatan di antara dua kelemahan, kelemahan saat anak-anak dan kelemahan saat sudah menua. Itu adalah fakta yang tidak bisa dimungkiri. Peran pemuda adalah ujung tombak sebuah keberlangsungan dan perubahan peradaban bangsa.

Saat ini, kondisi pemuda jauh dari potret pembawa peradaban mulia. Justru yang ada, pemuda saat ini teperdaya dalam hipokrisi kekuasaan dan gemerlapnya kemewahan. Mereka yang terjerat dalam kekuasaan bernuansa kapitalisme akan menjadi corong ideologi tersebut. Di mana sekularisme akan diendorse dan diterapkan sempurna dalam kehidupan.

Banyak pemuda yang sengaja menjebak dirinya dalam arena hipokrisi kekuasaan. Selain itu, pemberdayaan pemuda juga tak lepas dari asas ideologi kapitalisme, yakni asas manfaat untuk meraih keuntungan materi yang sebesar-besarnya. Pemberdayaan pemuda dalam sistem kapitalisme, tak jauh dari menunggangi potensi pemuda dalam ranah kuota kekuasaan alias politik praktis dan pertumbuhan finansial negeri alias pemberdayaan ekonomi.

Pemberdayaan Potensi Pemuda dalam Kapitalisme

Cara pandang sebuah ideologi tentu sangatlah khas, begitupun dengan ideologi kapitalisme. Manusia dalam pandangan kapitalisme tak ubahnya sebagai komoditas yang bisa dikomersilkan ataupun tenaga yang bisa diperas untuk menghasilkan cuan. Sistem kapitalisme yang memiliki standar kebahagiaan duniawi, yakni banyaknya harta, ketenaran, jabatan tinggi, dan kemewahan, mendorong siapa pun, terutama pemuda untuk memenuhi gaya hidup sedemikian hingga.

Sistem kapitalisme memandang pemuda dari sisi betapa ia memiliki banyak potensi, fisik, keberanian, ataupun ide untuk meletakkan sebuah perubahan. Kapitalisme menyadari betul apabila para pemuda di sebuah negeri, terutama pemuda di negeri muslim, menggunakan akal sehatnya untuk berpikir, maka mereka, para pemuda muslim, akan mengenakan pakaian syariat Islam. Namun, hal itu tak dikehendaki oleh sistem kapitalisme agar hegemoni kekuasaannya tak terkikis dan menghilang dari muka bumi. Walhasil, sistem kapitalisme merancang berbagai program untuk mewujudkan eksistensi semu mereka dalam memandang kehidupan.

Serangan pemikiran dilancarkan dengan brutal. Mereka disibukkan dengan pemberdayaan ekonomi, baik tingkat menengah, mahasiswa, bahkan di lingkungan pesantren digalakkan enterpreneur. Selain itu, para pemuda juga banyak diberikan ruang dalam politik praktis, semisal mereka yang terjaring menjadi staf khusus orang nomor satu di negeri ini. Belum lagi serangan budaya hidup yang menyesakkan dada. Aroma kemaksiatan seperti perilaku mesum, bullying, flexing, kriminal, hura-hura, aneka ragam pesta pora didekatkan dengan kehidupan pemuda. Sehingga, para pemuda teraborsi pemikirannya secara massal.

Dengan mengubur jauh-jauh pemikiran pemuda, maka apa yang dikehendaki kapitalisme akan mudah diraih. Pemberdayaan potensi pemuda dalam sistem kapitalisme tak akan menyalahi prinsip hidup kapitalisme itu sendiri. Bagaimana menjadikan pemuda berdaya bagi keberlangsungan eksistensi sistem kapitalisme.

Para pemuda akan sukarela menjunjung sekukarisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan dunia dan negara. Mereka akan diserap tenaga, pikiran, dan keberaniannya untuk melanggengkan hegemoni kapitalisme. Sebaliknya, mereka yang sudah pro kapitalisme akan disetting sedemikian hingga untuk memusuhi siapa saja yang hendak mengahancurkan sistem kapitalisme. Para pemuda muslim yang teperdaya oleh kesibukan dan kebahagiaan dunia, baik yang sudah punya jabatan, sudah memiliki penghasilan sendiri, atau sekadar ikut-ikutan, akan parno dan fobia terhadap hal-hal yang berbau agama Islam.

Bahaya Pemberdayaan Potrnsu Pemuda dalam sistem Kapitalisme

Jelas, jika arah pandang kapitalisme terhadap pemberdayaan pemuda adalah untuk melanggenggkan hegemoni kekuasaannya di segala aspek kehidupan. Maka, bahaya mengintai para pemuda muslim, bahkan negeri muslim itu sendiri. Ada dua bahaya laten yang bisa ditimbulkan antara lain:

1. Bahaya pemikiran
Saat pemuda muslim teperdaya dalam cengekeraman kapitalisme, maka pola pikir dan pola sikapnya akan sejalan dengan sistem tersebut. Segala aktivitasnya akan mencerminkan seluruh style kapitalisme. Gaya hidup Barat akan menyelimuti mereka

Saat pemikiran pemuda telah terperangkap dalam sistem kapitalisme, mereka akan all out mengerahkan potensinya dalam hal yang menguntungkan negara adidaya pengusung kapitalisme, yakni Amerika. Pemikiran pemuda akan tumpul sehingga memberikan dampak buruk bagi mereka. Dampak buruknya antara lain:

a. Pemuda gagal memahami hakikat hidup
Apa yang menjadi prinsip kapitalisme akan membuat pemuda gagal memahami hakikat hidup. Sebab, standar kebahagiaan hanya bersifat duniawi. Mereka tidak akan memahami tiga pertanyaan mendasar, dari mana berasal, untuk apa hidup di dunia, dan ke mana setelah kehidupan dunia. Hal yang mereka pahami hanyalah gemerlap kemewahan dan terpenuhinya kenikmatan jasadiyah, baik pemenuhan kebutuhan pokok maupun seksual, tanpa memandang apakah cara pemenuhannya benar atau tidak dalam pandangan Islam.

b. Pemuda gagal memahami potensinya

Salah satu bahaya pemikiran yang akan menimpa pemuda adalah teraborsinya potensi pemuda. Nahasnya, mereka tidak menyadari hal itu, justru mereka menganggap keberhasilan duniawi saat mereka bisa mengonsumsi barang branded, punya jabatan kece bade di tampuk kekuasaan, dan punya harta berlimpah.

Para pemuda gagal paham akan potensi yang telah ditetapkam Allah atas dirinya. Mereka akan menumpulkan kekritisannya. Bahkan, mereka akan terus menjadi corong penguasa kapitalis untuk memperpanjang usia kekuasaan usang itu. Mereka tidak akan mampu lagi menyadari bahwa banyaknya permasalahan yang tak kunjung usai bahkan terus bertambah adalah ulah dari kapitalisme.

2. Bahaya ideologis

Tak dimungkiri, kapitalisme adalah ideologi raksasa yang saat ini menguasai dunia. Pasca-Perang Dunia II, Barat telah mengubah strategi bentuk penjajahannya terhadap negeri-negeri Islam. Dari kekuatan militer dan perang fisik, berubah menjadi nonfisik berupa intervensi politik dan ekonomi. Ibarat serigala berbulu domba, upaya kapitalisme ini mampu mengecoh pemuda muslim. Kaum muslim, terutama pemuda muslim, tidak sadar dengan kondisi yang masih terjajah.

Syahdan, kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang ada di negeri ini, bahkan di negeri-negeri Islam lainnya adalah akibat penerapan ideologi penjajah, yaitu kapitalisme. Padahal, negeri ini dan sebagian besar negeri Islam adalah negeri yang kaya sumber daya alamnya.cAllah limpahkan kekayaan SDA seharusnya bisa menyejahterakan rakyat. Nahas, sistem kapitalisme menerapkan liberalisasi ekonomi dengan jalan investasi dan perdagangan bebas. Hal itu justru membawa kesengsaraan sebab SDA yang seharusnya untuk rakyat dikuasai negara maju penjajah. Akibatnya, negeri ini hanya mendapatkan remeh-remeh berupa pajak.

Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi adalah bahaya akut penerapan sistem kapitalisme. Prinsip persaingan bebas hanya akan menjadikan yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi akhirnya berdampak pada sektor pendidikan yang juga tidak merata bagi seluruh pemuda. Kesenjangan tampak pada akses pendidikan antara daerah perkotaan, daerah pedesaan, dan daerah di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Selain pendidikan, sektor kesehatan juga terdampak. Terpampang jelas, masih ada ketidaksetaraan pelayanan kesehatan yang dialami masyarakat peserta JKN. Masalah tersebut berkaitan dengan sebaran fasilitas, infra/suprastruktur, dan tenaga kesehatan yang tidak merata. Belum lagi iuran wajib BPJS yang terus mengintai rakyat. Dunia keamanan juga jauh dari kehidupan rakyat dan pemuda. Kriminalitas terus saja mengintai. Demikianlah, satu sektor ke sektor lainnya saling terkait dan terkena dampak kapitalisme. Inilah bahaya ideologis yang bisa merusak tatanan kehidupan umat manusia di muka bumi.

Strategi Jitu Menyelamatkan Pemuda dari Sistem Kapitalisme

Industri kapitalisme yang mengarahkan pada kehidupan konsumerisme dan hedonisme telah memalingkan pemuda muslim dari identitas Islam. Industri gaya hidup, hiburan, dan digital yang mengeksploitasi kesenangan, seperti film, konser musik, media sosial, fashion, dan perayaan, seperti hari Valentine dan Halloween, telah membuat pemuda Islam tidak lagi berpikir mendalam terkait aktivitas kehidupan.

Eksploitasi ini mengantarkan pada proses hegemoni akal dan pikiran. Keberadaan akal yang seharusnya digunakan untuk menemukan jalan keimanan dan mengukuhkannya, malah terkooptasi. Mereka hanya memikirkan kesenangan kehidupan duniawi semata. Akibatnya, pemuda muslim makin lemah keimanannya kepada Allah Swt.

Maka dari itu, kaum muslim harus mewaspadai segala agenda Barat di negeri-negeri Islam. Lebih dari itu, pemuda muslim seyogianya memiliki idealisme tinggi. Mereka harus memegang teguh prinsip Islam. Pemuda dalam Islam dicontohkan oleh Ali bin Abi Thalib yang siap berkorban nyawa demi melindungi Rasulullah atau Mush’ab bin Umair yang pantang pulang dari Yatsrib (Madinah) sampai kepala qobilah rida terhadap Islam, dan masih banyak lagi pemuda keren di masa Rasulullah dan masa kegemilangan Islam. Para pemuda saat itu adalah pemuda yang paham hakikat hidup dan menjadi pembela Islam hingga akhir hayat. Mereka senantiasa terikat dengan aturan Islam dan teguh memperjuangkan penerapan Islam.

Harapannya, pemuda saat ini dapat meneladani mereka. Jangan justru terjebak dengan kapitalisme, sekularisme, materialisme, hedonisme, demokrasi, dan pemikiran Barat lainnya. Jangan pula mau menjadi perpanjangan tangan Barat untuk menghancurkan Islam. Pemuda seperti inilah yang ditunggu rakyat. Maka, ada beberapa strategi jitu untuk menyelamatkan pemuda dari sistem kapitalisme:

1. Ikut kajian Islam intensif
Sebagaimana Rasulullah saw. membina sahabat di rumah Arqom bin Abi Arqom secara intensif, maka hendaknya para pemuda saat ini juga dibina dengan menyiapkan kajian Islam intensif. Kajian Islam ini untuk memaksimalkan potensi akal, kekuatan fisik, keberanian mereka di jalan yang benar. Baik di sekolah formal maupun di lingkungan masyarakat, para pemuda ditatsqif atau dibina dengan tsaqofah Islam.

Tsaqafah Islam berisi pandangan Islam atas segala sesuatu yang berasal dari Al-Qur’an dan sunah. Akidah dan tsaqafah Islam ini saling berkesinambungan dan secara alamiah akan membentuk pola pikir yang khas, yaitu pola pikir Islam. Walhasil, seseorang akan senantiasa berpikir atas semua masalah menggunakan sudut pandang Islam. Akidahnya Islam, standar kebahagiaan adalah rida Allah Swt. Dan segala aktivitas haruslah memiliki ruh, yakni idrok shillah billah, kesadaran hubungan dengan Allah.

2. Mengoptimalkan syakhsiyah Islam

Tak cukup pola pikir islami, tapi dibutuhkan pola sikap yang islami pula. Pemuda hendaknya membiasakan diri untuk mengoptimalkan syakhsiyah Islam. Pemikiran atau pola pikir Islam secara langsung akan memengaruhi pemahaman. Pemahaman ini yang akan memengaruhi tingkah laku seseorang. Dengan demikian, pemahaman Islam seorang muslim tentu akan mendorongnya untuk bersikap sesuai pandangan Islam.

3. Menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam

Dalam pendidikan formal, suasana keimanan akan semakin menguatkan pemuda dalam bersyakhsiyah Islam. Kurikulum pendidikan yang diterapkan juga akan dibuat sistematis. Akidah Islam diberikan sejak usia dini dan akan menjadikan anak didik siap taat ketika balig tiba. Jadi, ketika sudah di jenjang pendidikan menengah dan tinggi, mereka sudah bisa membedakan halal-haram dan terpuji-tercela berdasarkan Islam. Pemuda akan mampu mengontrol nafsiah (pola sikap) dan jauh dari tindakan kriminal.

Dengan suasana keimanan yang diberikan kepada pemuda di sekolah formal dan lingkungan akan menjadikan pemuda terlepas dari jerat kapitalisme. Mereka tidak akan mudah terseret dalam gaya hidup Barat yang bertentangan dengan Islam. Untuk ikut-ikutan saja, mereka akan berpikir jutaan kali, apalagi menikmati menjadi pelaku kapitalisme, hal itu akan sulit dijumpai. Kondisi yang ada justru pemuda akan giat dalam kebaikan dan ketaatan. Mereka akan menjadi pembela Islam dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Maka dari itu, saatnya kaum muslim berjuang mengembalikan kehidupan Islam agar para pemuda tidak terpedaya cengekeraman kapitalisme.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi