Awas, Generasi Sekarang Semakin Beringas


Oleh Ummu Ahmad (Sahabat Tinta Perjuangan)

Benar-benar miris, jika kita melihat potret generasi muda saat ini. Sepak terjangnya membuat orang tua mengelus dada. Di setiap pemberitaan, seringkali diungkapkan betapa bobroknya moral generasi muda saat ini. Salah satunya dalam masalah kriminalitas. Banyak kasus kriminal yang justru pelakunya adalah anak muda, bahkan seorang pelajar.

Dilansir dari Detik. com 5/8/2023, puluhan remaja di Surabaya hendak melakukan tawuran pada Jumat (4/8/2023) dini hari. Namun, rencana tawuran antar kelompok pemuda di Surabaya Selatan itu dapat digagalkan petugas.
Informasi yang diperoleh detikJatim menyebut, sekelompok pemuda yang akan melakukan tawuran itu masih berstatus pelajar. Mereka berencana akan melakukan baku hantam di sebuah jembatan yang berada antara SMPN 34 dan SMPN 59 Surabaya.

Kapolsek Wiyung Kompol Gandi D. Yudanto mengatakan, pihaknya mendengar adanya rencana aksi ini dari informasi masyarakat. Saat didalami, diketahui pemicunya gegara ada logo salah satu sekolah yang diberi coretan berbentuk tanda silang.

Ini hanya sekelumit contoh kebobrokan generasi saat ini. Mereka yang seharusnya getol menuntut ilmu, semangat meraih cita-cita, justru terjebak pada pergaulan dan aktivitas yang salah. Hanya karena hal sepele saja, membuat mereka terpancing melakukan tindak kekerasan bahkan, hingga jatuh korban jiwa.

Akar Masalah

Mudah marah dan terpancingnya emosi, sehingga membuat pelakunya melampiaskan ke hal-hal negatif – biasa disebut sumbu pendek- bisa menjangkiti siapa saja, tidak terkecuali generasi muda atau pelajar. Mereka bahkan sudah tidak bisa berpikir jernih untuk mempertimbangkan akibat dari perbuatannya itu, apalagi untuk berpikir apakah yang akan dilakukannya itu sesuai syariat atau justru melanggar syariat.

Penerapan gaya hidup yang memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme), menjadikan individu jauh dari aturan agama, kehilangan jati diri, tak punya pendirian, lemah, temperamen, individual, ashabiyah, mudah frustasi, beringas, kasar dan lainnya.

Solusi Islam

Rasa marah merupakan potensi yang dikaruniakan Allah pada setiap manusia. Rasa marah merupakan realisasi dari naluri mempertahankan diri. Meskipun rasa marah adalah fitrah manusia, namun Allah juga memberikan akal dan juga tuntunan hidup agar bisa menempatkan rasa marah pada jalur yang benar sesuai hukum syariat.

Islam sebagai tuntunan hidup bagi manusia memberikan aturan yang jelas, kapan boleh marah dan kapan dilarang marah. Islam melarang marah pada sesuatu yang menyebabkan terjadinya ashabiyah. Sebagaimana sabda Rasul Saw.

“Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR. Abu Dawud).

Islam juga membolehkan bahkan memerintahkan untuk marah, yaitu ketika Allah dinista, Rasul-Nya dilecehkan, kitab suci-Nya dinodai, dan juga ketika umat muslim didzalimi. Seperti apa yang disampaikan oleh Ummul mukminin ‘Aisyah r a. bahwasanya,

“Rasulullah Saw. tidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika dilanggar batasan syariat Allah, maka beliau Saw. akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah.”

Kasus tawuran pelajar, atau kasus lain yang disebabkan kemarahan pada hal-hal sepele tidak akan ada dalam sistem Islam. Hal ini karena penerapan sistem Islam secara menyeluruh dapat menjadikan generasi berkepribadian Islam, dan mampu mengelola rasa marahnya dengan baik.

Sistem pendidikan Islam akan menjadikan warga negaranya menjadi orang yang memiliki keimanan dan ketakwaan, menjadikan halal haram sebagai standar perbuatan, memiliki taraf berpikir tinggi. Sehingga mereka tidak mudah terpantik emosinya hanya karena hal-hal sepele atau ashabiyah.

Semua itu, absurd bisa diwujudkan dalam sistem saat ini. Karena, dibutuhkan suasana keimanan berterusan untuk mewujudkannya. Dan yang mampu melakukannya, hanyalah sistem Islam dengan institusi negara yang menerapkan aturannya. Dengannya, akan lahir generasi peradaban yang berakhlak mulia, berperangai santun, tangguh, juga cerdas.

Wallahua’lam bis shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi