Atasi Stunting, Apakah Cukup dengan Gemar Makan Ikan?

Oleh. Unix Yulia (Komunitas Menulis Setajam Pena)

Masalah stunting menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Hal ini dikarenakan angka pravelinsi stunting cukup tinggi yaitu 21,6%, berdasarkan survei Status Gizi Indonesia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka tersebut, salah satunya yaitu mengkampanyekan gemar makan ikan. Apakah dengan solusi ini masalah stunting bisa teratasi?

Menko PMK Muhadjir Effendi mengimbau pemerintah daerah menggencarkan kampanye untuk mengajak masyarakat gemar makan ikan untuk mencegah dan menurunkan angka pravelensi stunting, karena ikan memiliki kandungan protein hewani tinggi yang bergunakan untuk perkembangan otak anak. Selain itu, posyandu dan puskesmas juga diharapkan untuk berperan aktif mendampingi dan melakukan sosialisai kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki balita (tirto.id, 12/03/2023).

Kampanye gemar makan ikan sudah berlangsung di berbagai daerah, seperti Serang, Kepulauan Riau dan Maluku. Tetapi, masalah stunting apakah selesai hanya dengan gemar makan ikan tanpa menyelesaikan faktor-faktor yang lainnya?

Stunting merupakan kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Penyebab stunting tidak hanya dipengaruhi oleh kekurangan asupan makanan bergizi pada balita, namun ada faktor-faktor pendukung lainnya, seperti rendahnya asupan vitamin dan mineral, ibu yang masa remajanya kekurangan nutrisi bahkan saat masa kehamilan, rendahnya akses pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih (yankes.kemkes.go.id).

Melihat dari hal di atas, tidak semua masyarakat dapat memenuhi kebutuhan tersebut, terlebih bagi masyarakat yang memiliki taraf ekonomi rendah (miskin). Kemiskinan menjadikan masyarakat tidak terlalu memedulikan asupan gizi yang masuk, bagi mereka yang penting hari ini bisa makan sudah cukup. Sehingga, dengan mengkampanyekan gemar makan ikan bukanlah solusi tuntas untuk mengatasi stunting, karena masih banyak masyarakat yang sulit untuk membeli ikan. Diperlukan solusi yang menyeluruh supaya angka pravelensi stunting menurun bahkan sampai zero stunting.

Ditelisik dari penjabaran di atas, masalah stunting disebabkan oleh jurang kemiskinan yang membelenggu masyarakat. Pada zaman ini ungkapan yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin benar adanya. SDA (sumber daya alam) yang melimpah di negeri ini tidak dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, hanya kelompok tertentu yang dapat menikmatinya. Ketika para penguasa bisa merasakan manisnya sebaliknya dengan masyarakat, hanya dapat pahitnya.

Sulitnya mencari pekerjaan juga menambah beban masyarakat. Upaya dari pemerintah pun seperti penyaluran bantuan tidak serta merta mempermudah dan mencukupi kehidupan rakyatnya. Hal ini, buah dari diterapkan sistem kapitalisme dalam kehidupan. Sehingga untuk menyelesaikannya dengan mengganti sistem tersebut, yaitu dengan sistem Islam.

Dalam sistem Islam, pengelolaan SDA dilakukan mandiri oleh negara dan hasilnya diperuntukkan untuk rakyat. Dalam masalah stunting ini, negara akan memberikan pelayanan kesehatan dengan harga murah bahkan gratis serta akan mencukupi kebutuhan gizi bagi seluruh masyarakatnya. Karena negara wajib menjamin dan memastikan seluruh rakyatnya dapat memenuhi kebutuhannya. Serta negara akan membukan lapangan kerja bagi rakyatnya, sehingga semua rakyat dapat memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.

Wallahu a’lam bishowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi