Oleh. Asma Sulistiawati
(Pegiat Literasi)
Hidup di sistem yang teknologinya serba canggih, ternyata tidak menjamin karakter manusia menjadi baik dan mumpuni. Bahkan banyak dijumpai manusia hari ini berkarakter buruk. Mestinya dengan canggihnya teknologi membuat manusia makin maju, berwawasan luas, memiliki pemikiran yang cerdas, dan mumpuni. Namun faktanya, dengan canggihnya teknologi, malah membuat hidup generasi makin amburadul dan tak memiliki wawasan. Pikiran mereka disibukkan dengan hal-hal instan untukmencapai tujuan yang diinginkan.
Tidak bijaknya generasi muda membedakan keinginan dan kebutuhan, akhirnya terjerumus ke dalam lembah kepahitan misalnya saja prostitusi, baik online maupun offline. Karena gaya hidup ataupun untuk memenuhi kebutuhannya bahkan membantu orang tuanya dengan jalan yang tersesat ini. Padahal banyak jalan yang lain tanpa harus menceburkan diri ke dalam kubangan yang menjijikkan ini (prostitusi).
Sebagaimana yang dilansir oleh Kompas.com, Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan, ada lebih dari 130.000 transaksi terkait praktik prostitusi dan pornografi anak. Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis, praktik prostitusi dan pornografi tersebut melibatkan lebih dari 24.000 anak berusia 10 tahun hingga 18 tahun (26/7/2024).
Sangat miris dan di luar nalar, umur 10 tahun sudah terlibat prostitusi online, bukan hanya satu atau dua orang saja yang terlibat, melainkan puluhan ribu anak. Nauzubillah. Orang tua hari ini memiliki tugas yang berat dan harus senantiasa mengawasi anak-anaknya, mengingat berbagai kejadian yang menyayat hati menimpa anak di berbagai wilayah negeri ini. Tapi sayangnya, ada juga sebagian orang tua membiarkan anak-anaknya meskipun dia tau anaknya terlibat prostitusi, bahkan mirisnya lagi ada orang tua yang menjual anaknya demi mendapatkan harta. Astagfirullah.
Tentu penjagaan orang tua terhadap anak tidak cukup jika hanya dalam lingkup keluarga saja. Karena banyaknya gempuran di luar lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan benteng keluarga. Bisa jadi di satu sisi dalam rumahnya sudah didik dengan baik oleh orang tuanya. Namun di sisi yang lain, baik lingkungannya, aturan-aturan yang ada, malah memberikan keleluasaan dan kebebasan untuk mengakses apapun yang dia inginkan tanpa ada batasan.
Dengan demikian, negara harus hadir untuk melindungi anak-anak negeri ini. Karena generasi hari inilah yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan. Jadi, bagaimana mungkin mau melanjutkan estafet kepemimpinan. Sementara potret generasi muda hari ini jauh dari harapan bangsa. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban besar untuk melindungi dan menjaga generasi muda.
Hanya saja, berharap sama penjagaan negara hari ini, seperti merindukan bulan di siang hari karena mustahil terjadi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara hari ini mengadopsi sistem kapitalisme sekularisme. Di mana sistem ini menjamin kebebasan individu. Atas dasar ini, maka anak-anak yang terlibat prostitusi penyebabnya karena kebebasan yang diterapkan dalam negara dan akhirnya kebablasan.
Sekularisme kapitalisme telah menjadikan seseorang menghalalkan segala macam cara dalam meraih harta. Juga abai pada nasib orang lain bahkan abai terhadap dampak buruk pada generasi. Bahkan mirisnya lagi, pengaruh dari sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) ada juga orang tua yang menjual anaknya atau mengetahui anaknya terlibat dalam prostirusi online.
Maka makin tampak kerusakan dan amburadulnya tatanan masyarakat tanpa adanya aturan agama dalam kehidupan, bahkan tatanan keluarga meskipun mereka Islam namun tidak mengetahui esensi dirinya hidup di dunia adalah untuk taat dan patuh terhadap perintah Tuhannya yaitu Allah Swt. Ditambah lagi negara tak memberikan perlindungan yang nyata bagi rakyat.
Berbeda dengan Islam. Islam memiliki mekanisme yang sempurna. Mulai dari pendidikan dalam keluarga melalui pembangunan karakter anak sejak dalam kandungan sampai ia menginjak usia remaja orang tua sudah mendidiknya dengan ilmu agama dan menanamkan rasa takut dan kepatuhan terhadap Tuhannya. Artinya setiap gerak-geriknya diawasi oleh Tuhannya di manapun ia berada. Serta mengingatkan ia bahwa dunia ini hanya sementara dan akhirat selamanya dan semuanya akan diminta pertanggungjawaban. Ini dari sisi pendidikan keluarga.
Sementara di sisi yang lain dan paling krusial adalah pendidikan dan penjagaan negara. Ternyata dalam Islam negara memiliki tanggung jawab sebagai raa’in yang juga wajib memberikan perlindungan dan keamanan rakyat termaasuk anak-anak. Negara juga wajib memberikan jaminan kesejahteraan, sehingga dapat menutup celah kejahatan. Dengan penerapan sistem pendidikan Islam dalam institusi negara, akan terbentuk kepribadian Islam yang bisa diperhitungkan dan bisa menjadi andalan untuk membangun peradaban. Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan sehingga mampu mencegah terjadinya prostitusi dalam segala bentuknya.
Oleh karena itu, kita membutuhkan Negara Islam untuk menjaga dan melindungi generasi muda demi peradaban manusia yang mumpuni. Marilah menyingsingkan lengan baju kita untuk menolong generasi yang amburadul ini dengan penerapan sistem Islam yang kaffah (menyeluruh). Wallahualam.