AI: Antara Potensi dan Ancaman

Oleh. Risa Ariyani
(Pendidik Generasi Zilenial)

Dalam Wikidepedia, Kecerdasan buatan atau akal imitasi (Inggris: artificial intelligence, AI) adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah, AI juga didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”.

Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam komputer agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer, logika kabur, jaringan saraf tiruan dan robotika. Secara teknis, kecerdasan buatan adalah model statistik yang digunakan untuk mengambil keputusan dengan menggeneralisir karakteristik dari suatu objek berbasis data yang kemudian dipasang di berbagai perangkat elektronik.

Sejarah AI

Pada tahun 1950-an adalah periode usaha aktif dalam AI. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada 1951 untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK): sebuah program permainan naskah yang ditulis oleh Christopher Strachey dan program permainan catur yang ditulis oleh Dietrich Prinz. John McCarthy membuat istilah “kecerdasan buatan ” pada konferensi pertama yang disediakan untuk pokok persoalan ini, pada 1956. Dia juga menemukan bahasa pemrograman Lisp. Alan Turing memperkenalkan Uji Turing sebagai sebuah cara untuk mengoperasionalkan test perilaku cerdas. Joseph Weizenbaum membangun ELIZA, sebuah chatterbot yang menerapkan psikoterapi Rogerian. Kecerdasan buatan pertama di dunia muncul pada tahun 1956. Pada tahun tersebut, sebuah konferensi yang dikenal sebagai Konferensi Dartmouth diadakan di Dartmouth College di Amerika Serikat. Konferensi ini dianggap sebagai titik awal dari perkembangan kecerdasan buatan sebagai bidang penelitian yang mandiri.

Selama tahun 1960-an dan 1970-an, Joel Moses mendemonstrasikan kekuatan pertimbangan simbolis untuk mengintegrasikan masalah di dalam program Macsyma. Pada tahun 1980-an, jaringan saraf digunakan secara meluas dengan algoritme perambatan balik. Tahun 1990-an AI mulai dignanakan dalam berbagai berbagai macam aplikasi. Pada tahun 2004 program ini digunakan untuk kendaraan dikemudikan sendiri tanpa komunikasi dengan manusia, menggunakan GPS, komputer dan susunan sensor yang canggih, melintasi beberapa ratus mil daerah gurun yang menantang.

Pada Desember 2015, Elon Musk, Sam Altman, dan para investor lainnya mengumumkan pembentukan OpenAI dan menjanjikan lebih dari US$1 miliar untuk usaha tersebut. Organisasi tersebut menyatakan bahwa mereka akan “berkolaborasi secara bebas” dengan institusi dan para peneliti lainnya dengan membuat paten dan penelitiannya terbuka untuk umum. Dan yang paling terbaru dan fenomenal adalah munculnya ChatGPT yang diluncurkan sebagai prototipe pada 30 November 2022, dan cepat menarik perhatian untuk respons yang detail dan artikulasi jawaban yang baik dengan domain pengetahuan yang banyak.

Manfaat AI

Di masa sekarang, banyak muncul program AI dengan berbagai kemampuan yang dapat membantu pekerjaan pengguna. Beberapa program AI yang populer antara lain, seperti ChatGPT, Bing AI, Perplexity, Midjourney, dan masih banyak lagi. Semua program AI itu bisa diakses dengan mudah dan memberi manfaat yang cukup signifikan untuk membantu pekerjaan pengguna secara efektif dan efisien pada semua bidang dari bidang Pendidikan, ekonomi, politik , Kesehatan dan sebagainya. Adapun manfaat AI dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:

1. Meningkatkan produktivitas
2. Meminimalkan kesalahan pekerjaan
3. Otomatisasi pekerjaan
4. Mengelola data secara lancar
5. Mempermudah pengambilan keputusan
6. Menghemat waktu dan sumber daya untuk mengerjakan tugas
7. Mengolah teks secara otomatis
8. Mengolah gambar secara otomatis
9. Memberikan rekomendasi
10. Layanan pelanggan

Bahaya AI

Selain manfaat yang sudah ada, perkembangan AI juga memunculkan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya transparansi dan penjelasan AI
2. Kehilangan pekerjaan karena otomatisasi AI
3. Manipulasi sosial melalui algoritma AI
4. Pengawasan sosial dengan teknologi AI
5. Kurangnya privasi data menggunakan alat AI
6. Bias akibat AI
7. Ketimpangan sosial ekonomi akibat AI
8. Melemahnya etika dan niat baik karena AI
9. Senjata otonom didukung oleh AI
10. Krisis keuangan yang disebabkan oleh algoritma AI
11. Hilangnya pengaruh manusia
12. AI sadar diri yang tak terkendali
Selain masalah diatas, Pelopor kecerdasan buatan (AI) Geoffrey Hinton yang dikenal dengan sebagai “Godfather of AI” atas karya dasarnya tentang pembelajaran mesin dan algoritma jaringan saraf mengatakan teknologi AI dapat menimbulkan ancaman yang lebih mendesak bagi umat manusia dibandingkan perubahan iklim. “Hal-hal ini bisa menjadi lebih cerdas daripada kita dan bisa memutuskan untuk mengambil alih, dan kita perlu khawatir sekarang tentang bagaimana kita mencegah hal itu terjadi,”  Pada tahun 2023, Hinton meninggalkan posisinya di Google agar dia bisa “ berbicara tentang bahaya AI ,” bahkan ada bagian dari dirinya yang menyesali pekerjaan seumur hidupnya . Ilmuwan komputer terkenal ini tidak sendirian dalam kekhawatirannya. Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk, bersama dengan lebih dari 1.000 pemimpin teknologi lainnya, mendesak dalam surat terbuka pada tahun 2023 untuk menghentikan eksperimen AI skala besar, dengan alasan bahwa teknologi tersebut dapat “menimbulkan risiko besar bagi masyarakat dan kemanusiaan.” (CNNIndonesi.com, 3/5/2023).

AI dari Sudut Pandang Syariat Islam

AI adalah salah satu hasil teknologi yang termasuk hasil madaniah yang boleh manusia gunakan untuk membantunya mempermudah pekerjaannya. Sejatinya kecerdasan buatan bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia islam karena kecerdasan buatan sudah memiliki gambaran dalam Al Quran pada kisah Samiri dalam QS. Thaha ayat 97,

“Dia (Musa) berkata, ‘Pergilah kau! Maka sesungguhnya di dalam kehidupan (di dunia) engkau (hanya dapat) mengatakan, ‘Janganlah menyentuh (aku)’.
Dan engkau pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak akan dapat engkau hindari, dan lihatlah Tuhanmu itu yang engkau tetap menyembahnya.
Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkannya (abunya) ke dalam laut (berserakan).'”

Kebolehan penggunaan AI ini bisa dilihat dari dua hal yaitu siapa penggunanya dan untuk apa digunakan. Oleh karena itu, boleh-boleh saja memanfaatkan AI dalam dalam berdakwah, membuat presentasi audo visual sehingga mempermudah orang memahami ayat-ayat Allah, membuat konten-konten dakwah dan sejenisnya. Di sisi lain, haram hukumnya meminta fatwa (hukum suatu perbuatan) pada AI walaupun dia memiliki banyak data dan mampu menyimpulkan sebuah hukum. Begitupun juga kita tidak boleh menjadikan robot sebagai imam salat walaupun dia fasih dalam bacaan salat. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tetaplah manusia, banyak tugas manusia yang tidak bisa digantikan dengan robot.

Banyaknya data yang diolah AI akan rawan penyimpangan dan penyalahgunaan data. Seperti contoh AI menggunakan data-data ustaz yang ada di Indonesia untuk mengiklankan judi online. Dalam bidang militer juga penggunaan AI dalam perang Ukraina dan Zionis Yahudi. Google dan Amazon memenangkan proyek Zionis Yahudi untuk memata-matai penduduk Palestina. Hal itu tidak akan terjadi jika nanti Hukum Islam diterapkan dalam naungan Khilafah, bisa dipastikan data-data yang tersimpan aman. Hanya orang atau lembaga tertentu saja yang bisa mengakses data tersebut.

Lantas haruskah kita sebagai seorang muslim hanya bisa sebagai penonton dalam artian pengguna saja dalam perkembangan AI? Tentu tidak seharusnya ada dari kaum muslim memahami teknologi ini sehingga tidak mudah ditipu, melakukan reset bahkan bisa mencipkatan teknologi baru untuk memperkuat pertahanan negeri-negeri muslim.

Wallahu a’lam bishowab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi