Sama tapi Berbeda, Maka Pahamilah Wahai Pengemban Dakwah

Oleh. Hera Luvita

Sama tapi berbeda, itulah uniknya manusia. Allah menciptakanya dengan susunan organ yang sama, tetapi berbeda dalam segala hal, baik itu sifat, tingkah laku, pemikiran, ketertarikan, dan semua hal yang berhubungan dengan manusia.

“Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh! Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS Al-Hujurat ayat 13)

Faktanya, perbedaan itu bukan suatu kebetulan. Sebab, Allah Swt. yang merupakan Sang Pencipta memang menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan, juga diciptakan dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia itu saling mengenal satu sama lain.

Tidak semudah membalikkan telapak tangan, mungkin itulah kalimat yang cocok ketika diminta untuk mengenal manusia lainnya. Dapat dilihat dari dua orang manusia yang lahir dari keluarga berbeda, cara didikan yang berbeda, latar pendidikan yang berbeda, apalagi dengan jenis kelamin yang berbeda. Maka, akan sering ditemukan ketidaksesuain dalam berinteraksi antar satu dengan yang lain.

Kita perlu untuk memahami setiap perbedaan karakter yang sangat beragam tersebut agar mampu untuk saling mengenal dengan manusia lainya. Sering sekali seorang manusia ingin dipahami oleh manusia lainya, sedangkan ia sendiri tidak mau untuk memahami orang lain. Tentu hal ini tidak akan menjadikan keberhasilan dalam suatu hubungan antar manusia ketika hanya sebelah pihak saja yang memahami, sedangkan pihak lain hanya menuntut egoismenya sendiri.

Sering sekali seorang manusia berharap dan berekspektasi tinggi terhadap manusia lainya. Apalagi ketika ia mengetahui bahwa seorang tersebut sudah berada dalam lingkungan dakwah misalnya, maka ia akan menuntut seorang tersebut untuk sempurna dalam segala hal, baik dalam ibadah kepada Tuhannya, ataupun interaksi yang baik dengan manusia lainya, sehingga ketika seseorang tersebut melakukan kesalahan, berbagai cibiran dan celaan langsung ditodongkan padanya. Lahawla wala quwwata illah billah. Seegois itukah kita?

Dalam berinteraksi dan memahami seseorang, diperlukan untuk memahami karakter dan latar belakangnya seperti apa. Seseorang akan sangat tidak mau berteman dan berinteraksi dengan orang yang pemarah dan jutek. Namun, ketika mampu memahami seseorang dengan karakter seperti ini, maka akan ditemukan ia adalah seorang teman yang kritis dan cerdas dalam segala hal, dia adalah seorang teman yang sangat peduli dengan temannya, dan sangat gampang menangis ketika ia sendiri.

Begitupun dengan seseorang yang sangat lembut dan baik, tentu kita akan sangat suka berteman dan nyaman berinteraksi dengan orang yang seperti ini. Namun, permasalahannya adalah, apakah di dunia ini hanya ada orang-orang dengan karakter yang baik dan lembut? Tentu tidak! Sebab itulah Allah memerintahkan kita untuk saling mengenal dalam perbedaan tersebut.

Perlu dipahami bahwa seseorang itu bertingkah laku sebab pemikiran yang diembannya, sehingga ketika ada ketidaksesuain, maka terdapat ketidaksesuain pula terhadap pemikirannya. Sehingga seseorang yang paham tidak bisa langsung menyalahkan seseorang yang memiliki karakter yang buruk dan memilih untuk meninggalkannya dalam kesalahan itu. Melainkan yang dilakukannya adalah memahami, mendekati, dan menjadikanya objek dakwah yang ingin diajaknya untuk memiliki karakter manusia seharusnya. Apalagi untuk standar karakter seorang muslim, yaitu karakter yang sesuai dengan syariat dan sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasullullah Aaw.

Tingkah laku seseorang itu tidak serta lahir karena memang takdirnya terlahir dengan karakter tersebut, melainkan itu adalah hasil proses dari keutamaan yang dimilikinya yaitu akal, yang merupakan pembeda antara manusia dengan hewan. Maka, sangat penting untuk manusia dalam mempergunakan akal tersebut dengan sebaik-baiknya. Sebab, akal itu bisa dikatakan seperti halnya tanah kosong, ketika ditanami dengan tumbuhan yang bagus, maka yang memanen hasil dari tanaman bagus itu adalah pemilik tanah tersebut.

Sedangkan, ketika tanah itu ditanami dengan tumbuhan yang buruk, seperti racun atau tumbuhan lainya maka yang akan keracunan dan mendapat efek buruk dari tumbuhan itu adalah pemilik tanahnya juga. Begitu pun jika tanah itu tidak ditanami dengan tumbuhan apa pun, maka tanah itu akan ditumbuhi rumput yang sifatnya tidak berguna dan mengganggu, sehingga dapat mengganggu pemilik tanah itu juga.

Sehingga, menjadi penting untuk memfilter apa saja yang akan masuk ke dalam akal seorang manusia agar memiliki karakter yang baik dan sebagaimana mestinya. Sehingga, ia mampu untuk saling mengenal dengan manusia lainya yaitu dengan memproses ilmu-ilmu yang bermanfaat dan sesuai dengan syariat.

Terkhusus lagi, untuk yang sudah memahami sumber dari tingkah laku seorang manusia. Maka, sudah menjadi kewajiban untuknya agar memahami karakter manusia lainya dan mengajak mereka untuk berpikir dan juga memiliki karakter seorang muslim sejati, yaitu seorang muslim yang memiliki karakter sesuai dengan syariat dan sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Dengan memahami setiap karakter manusia atau objek dakwah, maka akan mampu memudahkan seorang pengemban dakwah dalam berdakwah. Sehingga, itu merupakan salah satu kebehasilan terbesar yang bisa dilakukan oleh seorang yang mengaku sebagai pengemban dakwah.

Dibaca

 75 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi