Percayakan Semua Urusan Hanya Kepada Allah

Oleh. Amilia

Apakah anda pernah berada di situasi putus asa? Atau tidak dapat menyelesaikan masalah yang tidak pernah ada akhirnya? Yup, semua orang pasti akan pernah ada di situasi tesebut. Mengapa? Karena memang itulah salah satu tujuan Allah menciptakan kita. Sebagaimana Firman Allah dalam surah Az-Zariyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Ada dua perbedaan pendapat mengenai tujuan Allah menciptakan jin dan manusia di kalangan para ahli tafsir. Menurut pendapat Ibnu Jarir dalam tafsir Ibnu Katsir, penciptaan keduanya bukan karena Allah yang membutuhkan. Namun, semata-mata agar kedua makhluk tersebut mengakui kehambaan mereka kepada-Nya.

Sementara itu, menurut Ibnu Juraij makna yang dimaksud dalam ayat Al-Qur’an di atas adalah tujuan penciptaan jin dan manusia tersebut dimaksudkan agar kedua makhluk Allah dapat mengenal-Nya.

“Agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka mengenal-Ku.” Tulis Ibnu Katsir.

Karena itu, Allah hadirkan masalah-masalah atau rasa keputusasaan dalam diri kita agar kita senantiasa mengingat-Nya, dan Allah tunjukkan kasih sayang-Nya kepada kita di setiap hambatan hidup yang kita temui. Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya ketika seseorang itu mendapati sebuah masalah. Melainkan Allah selalu hadir dan selalu ada, selama kita percaya bahwa hanya Allah yang dapat menolong kita melewati kehidupan di dunia ini.

Yup, percaya. Percaya bukan hanya mengakui bahwa Allah itu ada, tetapi kita harus meyakini dalam hati kita, bahwa semua yang terjadi pada kita, itu semua adalah kehendak dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua nikmat yang telah kita terima selama ini, masalah yang kadang datang dan berlalu, itu semua adalah petunjuk dari Allah agar kita meyakini bahwa semuanya itu diatur oleh Allah.

Lalu, bagaimana kita bisa mengeluhkan semua masalah kita kepada Allah? Mudah, dengan berdo’a. Sebagaiamana Allah jelaskan dalam firman-Nya :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS Al-Mu’min: 60)

Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam doa. Ketika berdoa kepada Allah, kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan, dengan syarat tetap menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi semua yang Allah larang. Karena, ingatlah bahwasanya doa itu begitu ampuh jika seseorang berhusnuzhan kepada Allah.

Disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling banyak meminta kepada-Nya. Hamba yang paling dibenci oleh Allah adalah yang malas meminta kepada-Nya. Selain-Mu, Wahai Rabbku, jika diminta tidaklah seperti ini.”

Ungkapkan saja apa yang sedang kita rasakan atau yang sedang kita alami dalam do’a tersebut. Janganlah mengikuti tren zaman sekarang yang sedikit sedikit posting ke media sosial, bukan solusi yang kita dapatkan, akan tetapi malu dan aib yang justru kita terima. Karena memang yang tahu akan diri kita itu hanya Sang Mahatahu, Sang Pencipta, kita yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi, mari kita perbaiki diri kita kembali dengan percaya dan berhusnudzon kepada Allah, kita serahkan semua urusan kita di dunia ini kepada Allah. Jangan pernah mengharapkan apa pun kepada manusia atau apa pun selain Allah karena tempat bergantung kita hanyalah kepada Allah semata. Hal ini semakna dengan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (HR. Bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)

Ketahuilah bahwa Allah tidak akan pernah membebani hamba-Nya di luar kemampuannya. Jadi, jika kita sedang mendapati suatu masalah, ingatlah Allah, berdo’alah kepada Allah dan ungkapkan semua yang kita alami kepada Allah karena Allahlah Tuhan kita.

Referensi :
Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim li Al-Imam Ibnu Katsir. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi