Jangan Pernah Merasa Paling Berjasa dalam Dakwah

Oleh. Rizqi Awal
(Penulis Buku “Beginilah Seharusnya Pemuda” )

Ada kalanya kita merasa telah memberikan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk dakwah. Mungkin terlintas dalam benak kita bahwa tanpa kehadiran kita, roda dakwah tak ‘kan berputar secepat ini. Namun, di sinilah bisikan ego mulai menebarkan jebakannya. Padahal, dakwah ini bergerak karena izin Allah semata, bukan karena individu.

Allah-lah yang Maha Berkehendak, yang Maha Menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Dakwah ini tidak bergantung pada satu atau dua orang. Sejatinya, kita hanyalah satu titik kecil di antara beribu-ribu umat Islam yang lain, yang juga bersujud, berjuang, dan menggerakkan roda dakwah. Dan bahkan, keberadaan kita dalam dakwah pun adalah anugerah yang bisa Allah cabut kapan saja. Maka, penting bagi kita untuk tidak merasa paling berjasa. Allah Swt. berfirman:
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ

“Dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” (QS. Al-Muddatstsir: 6)

Ayat ini mengingatkan bahwa dakwah bukan tempat untuk mencari pamrih atau merasa paling berjasa. Kita diajarkan untuk terus bergerak tanpa melihat jumlah amal yang telah kita lakukan, tetapi terus berfokus pada amal yang masih bisa kita lakukan di masa mendatang. Bukankah Allah menilai ketulusan hati kita, bukan kuantitas amal yang ingin kita pamerkan?

Merendahkan Ego dan Memperbesar Ketundukan

Ego bisa sangat halus dalam menggerogoti hati. Ia bisa merasuk dalam bentuk kebanggaan, merasa lebih dari yang lain, atau bahkan meremehkan kontribusi saudara-saudara kita dalam dakwah. Padahal, dakwah bukan tentang siapa yang paling menonjol atau siapa yang paling banyak berbuat. Dakwah adalah tentang ketundukan dan kepasrahan pada ketetapan Allah. Dakwah ini untuk mewujudkan misi Allah, bukan misi pribadi. Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian semua bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang merasa lebih tinggi dari yang lain dan tidak ada pula yang berlaku zalim terhadap yang lain.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengingatkan kita untuk selalu merendahkan hati. Jangan merasa diri lebih berjasa, lebih berperan, atau lebih berkontribusi daripada yang lain. Karena bisa jadi, di balik ketundukan dan ketawadhuan saudara-saudara kita, Allah justru mencatat amal yang jauh lebih mulia.

Tetaplah Haus Akan Ilmu dan Terus Belajar

Jangan pernah merasa bahwa ilmu kita sudah cukup. Justru semakin kita mengkaji, makin kita mendekatkan diri pada Allah, kita akan menyadari betapa banyaknya kekurangan dalam diri ini. Rasulullah saw. sendiri yang merupakan manusia paling mulia, terus-menerus meminta petunjuk dan ilmu dari Allah. Sebagai hamba yang sangat lemah, sudah semestinya kita meneladani beliau dengan tetap haus akan ilmu dan rendah hati. Allah Swt. berfirman,
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.'” (QS. Taha: 114)

Ayat ini adalah pengingat bagi kita untuk senantiasa menambah ilmu, karena ilmu akan menguatkan keyakinan, menundukkan ego, dan mendekatkan hati pada Allah. Seorang penggerak dakwah yang terus belajar akan selalu rendah hati, menyadari betapa luasnya ilmu Allah, dan betapa kecilnya peran kita dalam perjuangan ini.

Tunduk dan Taat pada Aturan Jamaah

Dalam dakwah berjamaah, disiplin adalah kunci. Taat kepada aturan yang telah disusun, mengikuti arahan para ulama dan pemimpin jamaah, adalah bentuk dari ketundukan kita kepada Allah dan keinginan untuk menjaga kesatuan umat. Ketidaktaatan bisa menjadi celah bagi perpecahan, dan itu adalah sesuatu yang harus kita hindari. Kesatuan adalah kekuatan umat ini, dan ketaatan adalah pengikatnya. Allah Swt. berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa: 59)

Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan kepada pemimpin dalam jamaah adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, selama mereka mengajak pada kebenaran. Jika kita berada dalam jamaah dakwah, memegang komitmen untuk taat adalah bagian dari amanah yang harus kita jaga dengan penuh keikhlasan.

Menggerakkan Nyala Dakwah di Berbagai Negeri

Dakwah bukanlah perjalanan yang bisa kita lakukan sendiri. Dakwah adalah misi besar untuk menegakkan Islam di muka bumi, membutuhkan bahu-membahu dari setiap saudara seiman. Jangan merasa bahwa amal kita cukup atau bahwa kiprah kita paling berarti. Ketika api dakwah menyala di berbagai negeri, itu adalah karena kerja keras semua elemen umat yang bersatu. Ingatlah firman Allah,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2)

Kebersamaan dalam dakwah adalah kekuatan. Dengan menanggalkan ego, menyatukan niat, dan saling mendukung, kita bisa menegakkan Islam secara kaffah. Bukan untuk pribadi, bukan untuk kelompok, tetapi untuk kejayaan Islam di bawah naungan rida Allah.

Rendah Hatimu adalah Cahaya Dakwah

Saudaraku, kita hanyalah debu kecil di lautan perjuangan dakwah yang begitu luas. Biarlah kontribusi kita tetap tersembunyi, tak perlu kita gembar-gemborkan seakan-akan paling berjasa. Biarlah Allah yang menjadi saksi atas segala ikhtiar yang kita lakukan, karena hanya Dia yang Maha Mengetahui segala yang nampak dan tersembunyi.

Mari terus berjuang dengan penuh ketulusan, tetap belajar, dan ikhlas dalam beramal. Dan ingatlah, Allah tidak menilai besar-kecilnya amal kita, melainkan ketulusan hati yang bersandar hanya kepada-Nya,

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ

“Dan apa saja kebaikan yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu akan mendapat (balasan)nya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah: 110)

Semoga Allah menerima setiap langkah kita, memaafkan kekurangan kita, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas dalam membesarkan dakwah-Nya. Aamiin.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi