Hakikat Cinta

Oleh. Endang Yuniarsih

Mencintai Allah dan Rasul-Nya merupakan perbuatan yang paling utama dibandingkan cinta terhadap dunia dan seisinya.

Definisi cinta menurut Jalaluddin Rumi, adalah bahwa cinta itu sifatnya universal. Karakter yang dimiliki semua orang termasuk agama, budaya, bahkan bangsa apa pun. Semua menganggap cinta itu luhur dan baik.

Cinta itu obat dari kesombongan, obat dari kelemahan, obat dari duka cita. Ketika seseorang telah mencintai sesuatu, ia tidak memiliki pamrih apa pun. Bahkan, ia rela berkorban demi sesuatu yang ia cintai tanpa mengharapkan sesuatu imbalan. Seperti halnya cinta seorang hamba kepada Rabb dan Rasul-Nya. Semata-mata ia lakukan dengan ikhlas tanpa paksaan.

Ketika seorang hamba telah mencintai Rabb dan Rasul-Nya, ia rela berkorban apa pun, baik jiwa, raga, tenaga, pikiran, waktu, harta benda, bahkan nyawa sekali pun. Dan cinta pada hakikatnya adalah apabila seorang hamba mencintai Rabb dan Rasul-Nya, maka tidak ada sedikit pun keraguan di dalam hatinya.

Dari Anas, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tiga hal, barang siapa memilikinya, maka ia akan merasakan manis nya iman (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain-Nya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR Bukhari Muslim)

Ciri utama orang beriman adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya. Rabi’aah Adawiyah pernah berkata, “Ya Allah kalau aku ibadah ini hanya meminta surga, jauhkan aku dari surga dan jika aku beribadah hanya karena takut masuk neraka, maka masukkan aku ke dalam neraka. Aku tidak perlu surga dan neraka, aku hanya butuh diri-Mu ya Allah, aku butuh rida-Mu.”

Untuk mencapai rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak cukup hanya dengan melaksanakan ibadah mahdoh saja, seperti salat, puasa, zakat, dan naik haji, tapi dengan cara terus berjuang menjalankan syari’at Allah, menegakkan kalimat tauhid, melawan kebatilan, kekufuran, serta kezaliman di muka bumi.

Karena yang batil tetaplah batil dan yang benar tetaplah benar. Hukum Allah harus ditegakkan dan hukum buatan manusia yang bertentangan dengan syari’at Allah harus dimusnahkan karena tidak bersumber dari Al-Qur’an dan hadist.

Maka dari itu, untuk meraih itu semua, kita butuh ilmu dengan belajar dan mengkaji Islam secara kaffah supaya kita dapat menerapkan syari’at Islam dengan sempurna di tengah-tengah masyarakat, agar kita bisa meraih rida-Nya.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi