Pertanyaan :
Assalamu’alaikum. Wr.Wb.
Ibu Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga yang saya hormati, saya sudah berumah tangga selama tiga tahun. Tapi kok sampai hari ini masih sulit untuk menumbuhkan rasa cinta pada suami. Menjalin rumah tangga rasanya hambar. Saya sudah berusaha, tapi kok susah ya. Lama-lama kalau melihat suami menjadi tidak nyaman dan kadang malah menyebalkan. Ternyata begitu juga yang dirasakan suami terhadap saya. Kondisi seperti ini tidak jarang kemudian membuat kami sama-sama sensitif dan sering terjadi konflik. Karena merasa tidak ada lagi jalan lain untuk memperbaiki, kami berniat untuk bercerai secara baik-baik. Tapi saya yang belum siap. Saya sudah bosan dengan problem rumah tangga yang ternyata sama dan berulang-ulang. Saya bingung Bu, bagaimana mengatasi solusi ini? Jazakillah untuk nasihatnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
SFE
085727XXXXXX
Diasuh oleh:
Dra (Psi) Zulia Ilmawati
Wa’alaikumsalam Wr.Wb.
Ibu SFE yang baik,
Saya ikut prihatin dengan persoalan yang sedang ibu dan suami hadapi. Menikah adalah menjalankan sunnah Nabi, sesuai dengan fitrah manusia. Hikmah yang dapat diambil kalau sunnah Nabi ini dijalankan adalah munculnya ketentraman jiwa. Dengan pernikahan akan tumbuhlah kecintaan, kasih sayang, dan kesatuan antara pasangan suami istri. Dengan pernikahan, keturunan umat manusia akan tetap berlangsung semakin banyak dan berkesinambungan. Rasulullah SAW bersaksi tentang rumah tangganya dengan ungkapan yang sederhana, ”Baiti jannati”, ”Rumahku Surgaku”. Rumah laksana surga akan dapat dirasakan jika orang-orang yang ada di dalamnya dapat menjalin hubungan dengan penuh kasih sayang. Bukankah salah satu tujuan dari pernikahan agar tercipta kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, wa rahmah?
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram bersamanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda (kekuasanan-Nya) bagi kaum yang berpikir”. (TQS. Ar-Ruum:30).
Ibu SFE yang baik,
Pelaku utama dalam kehidupan rumah tangga adalah suami dan istri. Keduanya laksana dua sahabat dan anggota tim yang harus kompak dalam membina biduk rumah tangga. Agar tim ini bisa solid, antara suami dan istri harus bisa melakukan fungsi dan perannya masing-masing sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Dan satu hal yang juga penting adalah bagaimana cinta antara keduanya bisa terus tumbuh dengan subur. Cinta akan membuat kehidupan keduanya menjadi lebih indah. Kita bisa bayangkan bagaimana keringnya suasana rumah tangga bila cinta itu memudar atau bahkan hilang. Dan sangat mungkin kemudian akan memicu munculnya konflik. Tidak mudah memang menyatukan dua orang pribadi yang berbeda, berasal dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kebiasaan, karakter, keinginan, yang berbeda pula.
Ibu SFE yang baik,
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan dan merawat cinta kasih di antara suami-istri. Kalau Anda dan suami sudah merasa melakukan banyak upaya selama tiga tahun ini tapi belum berhasil, mungkin memang masih perlu waktu. Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul persoalan dalam kehidupan keluarga. Islam memerintahkan kepada suami istri agar bergaul dengan cara yang baik, serta mendorong mereka untuk bersabar dengan keadaan masing-masing pasangan. Karena boleh jadi di dalamnya terdapat kebaikan-kebaikan.
“Bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah). Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (TQS. An-Nisa: 19)
SFE yang baik,
Jika akhirnya memang perceraian merupakan pilihan satu-satunya, maka kedua belah pihak harus sama-sama siap. Tidak ada pilihan tanpa risiko. Beberapa hal penting yang mesti diperhatikan jika memang harus bercerai, antara lain adalah kehormatan masing-masing tetap harus terjaga dan hak-hak anak setelah orang tua berpisah tetap terpenuhi. Yang sering membawa kerusakan hubungan silaturrahmi antara keluarga mantan suami atau istri bukanlah perceraian itu, tetapi sikap saling menyalahkan. Bahkan kadang mengeluarkan perkataan yang merusak kehormatan dengan mantan istri atau suami. Mudah-mudahan segera diberikan jalan keluar terbaik.[]