Mencetak Generasi Pembela Islam

Problematika umat setiap hari terus bertambah dan makin ruwet.  Umat tidak mempunyai perisai/pelindung dari segala macam musibah. Akibat ketiadaan perisai, yaitu pemimpin yang menerapkan Islam secara kaaffah, umat Islam ditimpa berbagai permasalahan. Misalnya kasus penghinaan terhadap al-Quran, Nabi Muhamad saw. dan syariah Islam. Kasus lainnya menimpa umat Islam berupa penganiayaan, pelecehan dan penjajahan  seperti yang dialami saudara kita di Rohingya dan Palestina.

Menghadapi berbagai permasalahan tersebut  umat Islam tidak boleh diam. Keluarga-keluarga Muslim tidak boleh diam. Mereka wajib berjuang agar  seluruh permasalahan itu segera mendapat solusi dengan benar dan tuntas.

Kita wajib berupaya membentuk  keluarga  pejuang yang memperjuangkan tegaknya tatanan kehidupan Islam, sekaligus keluarga pembela dan penolong  agama Islam.

 

Beberapa Upaya

Dalam membentuk keluarga pembela Islam ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:

Pertama,  orangtua wajib mendidik anak-anaknya dengan pendidikan agama Islam. Bersama ayah, seorang ibu wajib mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang shalih, yaitu yang berkepribadian Islam (yang perilakunya berdasarkan akidah Islam). Pendidikan Islam sangat penting diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Rasulullah saw.:

مَا نَحِلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ اَفْضَلُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

Tidak ada pemberian seorang ayah (orangtua) yang lebih utama daripada pendidikan yang baik (HR at-Tirmidzi).

 

Orangtua wajib menjaga anak-anaknya dari api neraka. Bersama  ayah, seorang ibu memberi bekal ilmu-ilmu Islam kepada anak-anaknya melalui pendidikan keluarga maupun pendidikan formal. Orangtua bisa menyekolahkan putra putrinya di sekolah atau memasukkan mereka ke madrasah/pesantrean/lembaga pendidikan Islam yang mampu memberi bekal ilmu agama Islam yang kuat. Targetnya agar mereka faaqih fii ad-diin dan berkepribadian Islam. Dengan itu mereka kelak bisa terhindar dari azab neraka. Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا ٦

Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6).

 

Maknanya: Jagalah diri kalian, keluarga kalian (anak-anak kalian dan istri-istri kalian) dari azab api neraka. Didiklah, ajarilah mereka kebaikan (agama Islam-menerapkan aturan Islam), niascaya hal demikian  akan menyelamatkan kalian dari azab neraka (Ibn Abbas, Tanwiir Miqbqas, 2/95).

 

Kedua,  menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam ketakwaan dan membiasakan anak-anaknya senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, yaitu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya secara kaaffah (menyeluruh). Ini bisa diawali dengan membiasakan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan keharamam. Selanjutnya ditingkatkan dengan melaksanakan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh. Berikutnya dengan melaksanakan yang ihsaan dan mengganti yang mubah, yang tidak berguna, dengan menyibukkan diri pada yang wajib dan sunnah. Semua itu harus dilaksanakan dengan ikhlas dan bahagia. Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ  ١٠٢

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (QS Ali Imran [3]; 102).

 

Imam az-Zamaksari menafsirkan frasa  “حَقَّ تُقَاتِهِ”  yaitu benar-benar melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya (Az-Zamaksari, Tafsiir Al-Kasysyaaf, I/306).

Anak-anak dibiasakan dalam ketakwaan di keluarga, di sekolah dan di lingkungannya, harus berteman dengan teman-teman yang shalih/shalihah. Begitu pula selalu dalam ketakwaan saat mengakses media dan berteman di media sosial. Seorang yang bertakwa akan selalu menjaga agar Allah tidak melihat dirinya di tempat larangan-Nya, dan selalu ada di tempat perintah-Nya. Senantiasa melaksanakan  perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Awlad fii al-Islam).

Orangtua  adalah guru dan teladan pertama dan utama bagi anak-anaknya. Karena itu orangtua harus senantiasa bertakwa. Orangtua mempunyai tugas  mendidik anak agar perilakunya sesuai dengan tuntutan Islam, bertakwa kepada Allah, menjadikan mereka semakin dekat dengan-Nya (Abdurrahman Amirah, Manhaaj al-Qur’aan fii Tarbiyah ar-Rijaal).

Ketiga, menanamkan kepada keluarga: “Keluargaku, kalian adalah  khayru ummah.” Orangtua harus menanamkan kepada anak-anak bahwa ajaran Islam itu mulia dan  terbaik. Kita harus bangga dan bersyukur menjadi umat Islam. Tidak ada kenikmatan melebihi iman dan Islam. Aturan Islam adalah aturan  terbaik dan mampu memberikan solusi tuntas. Umat Islam adalah umat terbaik (khayru ummah).

Adapun kondisi umat Islam sekarang buruk karena tidak menerapkan Islam. Dengan demikian kalau umat ini ingin mulia dan menjadi khayru ummah, mereka harus menerapkan Islam secara sempurna. Allah SWT berfirman:

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi mungkar, dan beriman kepada Allah (QS Ali Imran [3]: 110).

 

Ibnu Abbas ra. menafsirkan ayat tersebut: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf, dengan mentauhidkan Allah (tidak menyekutukan Dia) dan mengikuti Nabi Muhammad saw.; melakukan nahi mungkar, yaitu dari kefururan,  syirik dan menyalahi Rasulullah; sekaligus mengimani Allah, al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya, serta  Rasulullah Muhammad saw. dan para  rasul sebelumnya” (Ibnu Abbas,  Tanwiir al-Miqbaas, [Tafsir QS Ali Imran ayat 110).

Keempat, membiasakan anak peduli terhadap permasalahan umat Islam dan beramar makruf nahi mungkar. Hal ini bisa dilakukan orangtua dengan menceritakan penderitaan umat Islam. Misalnya, anak anak di Palestina sekarang dalam kondisi  memprihatikan. Kita harus mendoakan mereka. Kita pun harus berjuang agar mempunyai pemimpin yang yang mampu membebaskan Palestina dari penjajahan. Hal ini bisa kita lakukan dengan berdakwah,  beramar makruf nahi mungkar, senantiasa mengajak teman-temannya untuk mentaati Allah dan Rasulnya, serta mencegah untuk berbuat maksiat kepada Allah dan RasulNya. Allah  SWT berfirman:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  ١٠٤

Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran [3]: 104).

 

Kelima, menanamkan kepada keluarga bahwa keluarga terbaik adalah keluarga penolong agama Allah. Menurut Imam al-Qaththan dalam Tafsiir al-Qaththaan, menolong  agama Allah adalah dengan cara: melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan dalam Islam; menjalankan aktivitas kehidupan dan memperjuangkan tatanan kehidupan berdasarkan manhaaj yang lurus (sesuai al-Quran dan al-Hadis. Niscaya  Allah akan menolong kalian dengan mengalahkan musuh-musuh kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ  ٧

Hai orang-orang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian (QS Muhammad [47]: 7).

 

Dengan demikian, dengan terbentuknya keluarga-keluarga pembela Islam yang senantiasa bertakwa kepada Allah, senantiasa menolong agama-Nya dengan memperjuang-kan tegaknya Islam secara kaaffah, insya Allah pertolongan-Nya makin dekat, yaitu kejayaan Islam dan kaum Muslim segera bisa diraih kembali. Aamiin.

WallLaahu a’lam bi ash-shawaab. [Ustadzah Rahmah]

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi