Oleh. Afiyah Rasyad
Firman Allah Swt:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Surah Ar-Rum ayat 21 di atas banyak tersemat di undangan pernikahan. Kabar bahagia tentang rencana dua insan yang akan menautkan hati dan jiwa dalam ikatan sakral pernikahan. Surah Ar-Rum ayat 21 itu menggambarkan betapa Allah menciptakan manusia berpasangan (lawan jenis) dengan tujuan menciptakan ketenteraman. MasyaAllah.
Pernikahan adalah satu-satunya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diridhoi oleh Allah. Meski ada yang memilih jadi bujangan, baik karena jodoh belum datang, keinginan tabatul, ataupun ikut arus no marry happy ala Batat, namun hampir setiap mengimpikan mengimpakan pernikahan. Pernikahan adalah perjanjian agung yang memiliki konsekuensi mulia, ibadah dengan separuh agama.
Ikatan pernikahan adalah ikatan yang biasanya lebih kuat daripada sekadar ikatan persaudaraan, ikatan antara guru dengan murid, ikatan antara majikan dengan bawahan, dan ikatan-ikatan yang lain. Dua pasangan yang hatinya saling bertaut itu bisa saling beradaptasi. Masing-masing pasangan selalu survive agar bisa tinggal serumah, sekamar, bahkan satu ranjang dengan cara-cara yang istimewa. Apalagi jika memulai hubungan hanya sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Tidak ada pacaran. Tentu pasangan tersbit memahami hakikat pernikahan dan cinta kasih karena Allah semata.
Setiap muslim tentu berharap bisa sehidup sesurga dengan pasangannya. Menikah cukup satu kali menjadi pedoman banyak orang. Itu adalah harapan mulia yang harus di jaga hingga setiap pasangan mengembuskan napas terakhir. Alangkah bahagianya jika usia pernikahan bisa menembus lebih dari seperempat abad. Bahkan, ada yang sampai setengah abad. MasyaAllah. Namun, bukan tak mungkin kerikil-kerikil tajam datang menghadang. Setiap keluarga akan ada kisahnya masing-masing, itu sudah qoth’i.
Faktor-Faktor yang Bisa Menghalangi Pasangan Mendawamkan Cinta
Setiap mengarungi bahtera rumah tangga, tentu akan ada praharanya. Besar kecilnya prahara tergantung tiap pasangan menyikapinya. Pernikahan yang dibangun tentulah diharapkan bisa mewujudkan keluarga asmara (assakinah mawaddah warahmah). Keharmonisan dan kemesraan menjadi hal yang sangat diimpikan tiap pasangan yang berani melangkah ke jenjang pernikahan. Namun, terkadang rasa bosan bisa menerpa tanpa permisi. Terkadang penyakit hati ikut meracuni. Maka, kemesraan lambat-laun bisa luntur.
Cinta yang bersemi bisa saja layu jika tak didawamkan di jalan yang semestinya. Banyak faktor yang bisa melunturkan rasa cinta sehingga masing-masing pasangan menganggap tak perlu lagi mendawamkan cinta untuk mempererat kemesraan. Beberapa faktor itu, di antaranya:
1. Jauh dari Allah
Pernikahan ibarat segitiga. Di mana posisi suami istri ada di dua sisinya dan di puncak adalah Allah. Apabila suami istri dekat dengan Allah, semakin dekat hubungan keduanya. Sebaliknya, jika semakin jauh dari Allah, semakin jauh pula hubungan keduanya. Sungguh, ikatan pernikahan yang tidak melibatkan Allah di dalamnya, keberkahan akan jauh. Kemesraan dan kedekatan juga bisa semakin jauh.
2. Minim komunikasi
Komunikasi adalah sarana untuk membangun kedekatan. Dalam pernikahan, tiap pasangan bisa membangun bounding dan kemesraan dengan komunikasi yang baik. Apabila antar pasangan jarang melakukan komunikasi, maka menjadi keniscayaan bagi keduanya sebuah hubungan yang renggang. Saat ada satu persoalan, bisa diselesaikan dengan mengobrol. Jika minim atau tidak ada komunikasi, rasa bosan, kerenggangan, dan keretakan hubungan bisa terjadi kapan saja.
3. Minim rasa percaya
Suami adalah pakaian bagi istri dan istri pakaian bagi suami. Jelas firman Allah itu memiliki makna yang begitu dalam bagi pasangan suami istri yang awalnya bukan siapa-siapa, menjadi sepasang kekasih halal dan tinggal bersama. Istri memiliki kewajiban untuk taat dan patuh pada suami, dan suami wajib memperlakukan atau menggauli istri dengan baik. Jika rasa percaya minim bagi keduanya, tanggung jawabnya akan tercederai atau bahkan bisa saja diabaikan.
Masih banyak faktor turunan lainnya yang bisa membuat pernikahan renggang, tidak ada ruh dan kemesraan di dalamnya. Namun, sebagai muslim tentu akan berupaya sekuat tenaga merawat dan mendawamkan cinta pada pasangan karena kecintaannya pada Allah. Sehingga, suami istri akan terus berupaya faktor penghalang untuk mendawamkam cinta pada pasangan.
Dampak bagi Pasangan yang Tak Mempererat Kemesraan dengan Mendawamkan Cinta
Bukan tidak mungkin dalam pernikahan ada rasa bosan, stagnan dalam berhubungan, ataupun sampai pada titik jenuh. Bukan tidak mungkin pula jika dalam pernikahan itu akan muncul prahara, kecil hingga besar sekalipun. Namun, hal itu harus diselesaikan dengan tuntunan syariat Islam agar cinta terawat dengan baik. Apabila pasangan sudah enggan merajut kemesraan dengan mendawamkan cinta, hanya sebatas rutinitas saja, maka akan memberi energi negatif dalam hubungan pernikahannya. Berikut dampak buruk bila pasangan enggan mempererat kemesraan dengan mendawamkan cinta:
1. Hubungan suami istri sekadar rutinitas
Apabila cinta tidak dirawat, maka hubungan suami istri hanyalah rutinitas. Tak ada lagi ketakziman istri pada suami, dia hanya akan melayani dengan raganya saja, sebatas menyiapkan kebutuhan fisik tanpa perasaan cinta kasih. Begitupun suami akan menjalankan kewajibannya sebatas menggugurkan kewajiban. Hal ini akan berbahaya bagi pasangan tersebut. Sebab, pernikahan yang merupakan perjanjian agung tak akan diberkahi oleh Allah.
2. Cuek terhadap pasangan (tidak menghargai pasangan)
Jika rasa cinta tercerabut dan kemesraan lenyap dalam rumah tangga, bisa jadi suami istri menjalani hubungannya dengan cuek. Semua aktivitas suami tak dipedulikan istri, sebaliknya istri pun tak dipesulikam suami. Mau melakukan apa saja, terserah.
3. Retaknya jiwa anak
Hal yang lebih fatal saat cinta tak ada pada pasangan suami istri dalam pernikahannya adalah jiwa anak yang terluka. Saat ada masalah yang menimpa pasangan yang sudah punya anak, maka banyak sedikitnya akan berimbas pada jiwa anak. Kerenggangan orang tua akan mempengaruhi perasaan anak juga. Apalagi jika cinta sudah tak tampak smaa sekali, maka jiwa anak akan mudah kering dan retak.
Langkah Bijak Mempererat Kemesraan dengan Mendawamkan Cinta
Firman Allah Swt:
ٱدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ أَنتُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ تُحۡبَرُونَ
“Masuklah kamu dan istri-istrimu ke dalam surga, kamu sekalian akan diberikan nikmat yang banyak (digembirakan).“ (QS Az-Zukhruf: 70)
MasyaAllah, tentulah ayat di atas menjadi kabar gembira yang pasti terjadi. Ada pekuang besar suami istri yang taat pada Allah dan menjalani pernikahan sesuai syariat-Nya bisa melangkah bersama menuju surga. Maka slogan dan harapan sehidup sesurga bukan isapan jempol semata. Tidak ada keindahan melebihi indahnya kedua pasangan suami istri yang mengarungi bahtera rumah tangga karena Allah dan sesuai dengan syariat Islam. Tujuannya adalah satu, yaitu masuk surga bersama-sama.
Dalam menapaki pernikahan, seiring bertambahnya usia, pasangan suami istri akan terus berupaya keras agar kehidupan rumah tangga terus langgeng, mesra, romantis, dan harmonis dunia hingga akhirat. Hanya saja dalam prosesnya memang tidaklah mudah, kadang akan didapati berbagai prahara kehidupan. Namun, cinta akan terus dirawat dan didawamkan agar jalinan kemesraan kian erat. Berikut beberapa langkah yang dapat mempererat kemesraan dengan mendawamkan cinta dalam pernikahan:
1. Senatiasa melibatkan Allah dalam urusan pernikahan
Pernikahan adalan perjanjian agung di mana Allah terlibat langsung di dalam akadnya. Janji suci nan sakral mengandung konsekuensi besar. Namun, Allah akan embuskan rasa cinta dalam hubunga suami istri. Saat Allah dilibatkan dalam rumah tangga, maka suami istri yang berupaya mendawamkan cinta akan terus dipelihara rasa cinta itu untuk mereka oleh Allah.
Cinta karena Allah akan menambah rasa cinta nan indah kepada pasangan. Cinta karena Allah akan mengikis rasa bosan ataupun keluhan terhadap pasangan. Bahkan bisa jadi rasa bosan itu tak kan pernah muncul saat melibatkan Allah dalam urusan rumah tangga. Sehingga, kemesraan dan keharmonisan terjaga dan terjalim erat.
Dengan melibatkan Allah, maka suami istri bisa menjadikan ketakwaan sebagai perisai. Setiap pasangan akan saling menjaga agar tidak tergelincir dari syariat Islam. Sehingga, kemesraan dengan mendawamkan cinta pada pasangan sepanjang usia pernikahan akan diberkahi oleh Allah Swt. Apabila keberkahan melingkupi rumah tangga, bukan tidak mungkin suami istri akan melangkah bersama ke surga.
2. Bersahabat dengan akrab baik dalam suka maupun duka
Kehidupan pernikahan adalah kehidupan persahabatan antara suami dan istri. Suami menjadi sahabat bagi istrinya dan istri menjadi sahabat bagi suaminya dalam seluruh aspek kehidupan secara keseluruhan. Dengan persahabat, rasa saling percaya akan terbangun. Sebagaimana layaknya seorang sahabat, suami istri bisa berbagi suka dan duka, saling memberi masukan, saling mengingatkan dan menasihati, serta saling berdiskusi ketika menghadapi masalah. Dengan kehidupan persahabatan ini, Allah telah menjadikan pernikahan sebagai tempat ketenteraman dan ketenangan bagi pasangan suami istri.
3. Membangun komunikasi yang baik dengan pasangan
Terawatnya cinta dalam rumah tangga menjadi salah satu yang diimpikan. Untuk merawat cinta agar tak layu dan pudar, maka membangun komunikasi yang baik dengan pasangan sangatlah diperlukan. Saat suami mengucapkan, “Terimakasih,” pada istri ketika disiapkan kebutuhannya, maka istri akan merasa bungah dan semakin cinta. Ucapan terimakasih itu menjadi penambah rasa cintanya. Meski menyiapkan kebutuhan suami adalah kewajiban istri, saat suami berucap terimakasih, istri akan sangat merasa dihargai. Apalagi suami melafazkan kata cinta dan sanjung puji lainnya. Begitu pun sebaliknya, saat istri mengucapkan terimakasih ketika suami memberinya uang belanja, itu juga bisa menambah rasa bahagia di sisi suami. Apalagi jika komunikasi itu dibangun setiap hari dengan bercengkerama, insyaAllah kemesraan akan kian erat karena bertambahnya rasa cinta.
4. Bersikap jujur, saling menghargai dan memahami pasangan
Rasulullah saw. bersabda, “Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Maka, jujur pada pasangan dalam pernikahan sangatlah penting. Kejujuran dan sikap saling memahami pasangan akan semakin memekarkan rasa cinta bagi keduanya. Baik suami atau istri tak akan pernah sedikit pun menaruh persangkaan buruk bagi pasangannya saat jujur, saling menghargai dan memahami pasangan terhias dalam rumah tangganya.
Demikianlah beberapa langkah yang bisa dilakukan pasangan untuk mempererat kemesraan dengan mendawamkan cinta sepanjang usia pernikahan. Meski ombak dan badai menghantam biduk rumah tangga, setiap pasangan akan berusaha sekuat tenaga agar tidak karam dengan mendawamkan cintanya.