Oleh. Afiyah Rasyad
Sepetak ruang diremehkan penguasa
Penggusuran berlenggang dengan suka cita
Tanpa tahu ada serpihan derita
Terutama bagi kaum hawa
Sebuah ruang mulai sempit
Bergerak pun amat sulit
Perempuan kian terimpit
Asa dan putus asa bersaing dengan sengit
Relokasi berjalan setengah memaksa
Ganti rugi hanya manis di janji saja
Sesak berbuat sebuah ruang dalam kehidupan nyata
Tersingkir meski protes telah berlipat ganda
Ruang hidup makin terbatas
Merebut tanah kelahiran dengan beringas
Janji sejahtera tetap terkemas
Tak jua nyata meski banyak hati yang memanas
Sebuah ruang tak ada arti
Kebijakan tunduk pada oligarki
Kaum hawa cukuplah di ruang sunyi
Menikmati derita yang tiada bertepi
Sebuah ruang yang terebut
Menjadikan hidup kian karut-marut
Dengan kebijakan plintat-plintut
Hati nurani sudah tercerabut
Itulah hidup tanpa kemuliaan
Saat syariat Islam tak jua diterapkan
Pejuangnya dikriminalkan
Sebuah ruang tak bermuara kesejahteraan
Napas berat merindukan perubahan hakiki
Kala Islam menjadi rahmat di langit dan bumi
Gelora perjuangan kian terpatri
Menempatkan ruang hidup kaum hawa sesuai fitrah Ilahi