Satu tahun berlalu,
Gaza masih berduka dalam pilu,
darah tertumpah, nyawa-nyawa tak berdosa melayang,
sementara dunia menyaksikan, terdiam dalam bisu.
Di balik sekat-sekat nasionalisme,
para penguasa negeri Islam terbelenggu,
terpisah oleh garis batas yang digores tangan asing,
lupa akan janjinya pada saudara, lupa akan umat yang menanti.
Rasisme Zionisme terus menggeliat,
menerkam setiap jiwa yang lemah, setiap harapan yang pasrah.
Kapitalisme menebar jaringnya, memperdagangkan senjata,
sementara Amerika, dengan mata tajam, mengintai minyak dan tanah air kita.
Tapi Gaza, engkau tetap berdiri,
meski sendirian dalam badai kepalsuan ini.
Di antara reruntuhan dan duka yang mendalam,
terdengar bisikan-bisikan harapan dari masa lalu yang megah.
Tunggu, wahai Gaza, tunggu saatnya tiba,
ketika Salahuddin abad 21 akan muncul,
seperti fajar yang memecah malam,
seperti harapan yang kembali bersinar di langit yang kelam.
Saat Khilafah Islamiyah ala minhajin nubuwwah kembali tegak,
engkau tidak akan lagi sendiri dalam perlawananmu.
Dari timur hingga barat, umat akan bersatu,
mengangkat panji keadilan, dan menumbangkan tirani yang menghancurkanmu.
Roda sejarah terus berputar,
dan waktunya akan tiba,
ketika umat bangkit dari tidur panjang,
menggenggam kembali kehormatan, menegakkan kembali janji Tuhan.
Gaza, kau adalah simbol perjuangan yang abadi,
di tengah kepungan para penguasa yang tuli,
namun jangan takut, jangan gentar,
Salahuddin abad ini akan datang,
dan dunia akan menyaksikan kebangkitan yang tak terelakkan.
Kredit foto: Anadolu Ajansi