Resume Kajian Bakda Subuh Bersama Ustaz Felix Siauw

Oleh. Indi Maretia

(Disclaimer: Kajian ini khusus jemaah trip yang beliau handling dan saya berkesempatan hadir di dalamnya)

Seorang muslim yang belajar sejarah, harus mempunyai pandangan bahwa sejarah yang ia pelajari itu bukan untuk ajang takjub kehebatan generasi zaman dahulu. Belajar bagaimana shiroh Nabawi, bukan untuk sekadar takjub bagaimana Rasulullah saw. berdakwah, memimpin umat, dan mendidik umat. Rasulullah saw. dulu melakukan itu semua bukan untuk hebat-hebatan. Juga para sahabat Nabi saw. dan pengikut beliau, melakukan kebaikan dan kehebatan di masa lalu, bukan untuk terlihat hebat di masa sekarang. Tetapi lebih dari sekadar itu, mereka punya visi besar untuk akhiratnya.

Muhammad Al Fatih, penakhluk Konstantinopel sebagai contohnya. Sejak kecil ia selalu ditanamkan oleh ayahnya bahwa ia akan menjadi penakhluk Konstantinopel, sebuah kota pusat kekufuran. Ayahnya ingin membuktikan bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah saw. bahwa Konstantinopel akan takluk oleh pemimpin dan pasukan terbaik. Karena Konstantinopel, kala itu terkenal memiliki kekuatan pasukan dan benteng terbaik di bawah kekaisaran romawi (kristen ortodoks).

Muhammad Al Fatih kecil yang kala itu masih dipanggil Mehmed, dididik dengan 2 guru yang tegas, yang selalu mengajarkannya ilmu agama dan pengetahuan juga adab seorang muslim. Ayahnya pun terkenal dekat dengannya dan sering mengajaknya pergi berjalan-jalan berdua sambil menanamkan visi besar, impian dan semangat wujudnya bisyarah Rasulullah saw. ada padanya atau anak-cucunya kelak, bahwa Konstantinopel akan takluk di tangan kaum muslim yang mempunyai pemimpin dan pasukan terhebat.

Berbekal “Garis Besar Haluan Hidup” yang ditanamkan seorang ayah dan ibu yang menjalankan teknis keseharian yang baik, maka akan menghasilkan generasi yang luar biasa. Visi hebat itu mungkin bisa jadi tidak tercapai pada zaman kita, tapi bisa jadi akan diraih oleh anak cucu kita. Maka, tugas kita adalah terus menanamkan visi terbaik dalam hidup kita untuk anak keturunan kita.

Kita tahu bahwa di luar sana, banyak orang yang hebat versi dunia, seperti Elon Musk, yang hartanya Triliunan. Hari ini, dia nggak kerja aja masih bisa mencukupi kehidupannya. Karena apa? Karena jauh sebelum mencapai kekayaannya kini, dia gigih, tidak malas, ada sesuatu yang ingin dia raih, ada karya yang ingin dia ciptakan. Dia bekerja lebih dari 8 jam sehari.

Lihat juga, Eiichiro Oda pembuat komik One Piece, yang kini seri komiknya sudah lebih dari 1000 seri. Ia tiap hari tidur jam 11 malam sampai jam 2 pagi, hanya 3 jam untuk membuat komik yang sekarang banyak diminati, ribuan seri dan jutaan pcs komik terjual, penghasilannya triliunan. Dan jika akhir pekan atau libur, ia tetap di kantor. Keluarganya yang harus datang ke kantor jika ingin menjumpainya.

Orang-orang tersebut hebat, sangat luar biasa dedikasinya untuk karya yang ingin dia raih dan untuk visi impiannya. Padahal, itu semua mentok hanya di dunia saja. Mereka tidak meyakini kebahagiaan kehidupan akhirat yang selamanya, seperti kita, kaum muslim.

Nah, lantas bagaimana kita kaum muslim? Kita yang punya keyakinan akan impian bahagia di dunia apalagi di akhirat, apakah hanya mencukupkan diri menjadi muslim yang biasa-biasa saja? Coba kita bandingkan dengan usaha orang kafir yang sebatas impian kenikmatan duniawi, tapi mereka gigih dalam bekerja!

Kita di masa depan itu dipengaruhi oleh visi kita hari ini, dipengaruhi juga oleh kekhawatiran-kekhawatiran kita hari ini. Jika kita hanya khawatir soalan bentuk tubuh, wajah yang berjerawat, rebutan tiket konser K-Pop atau hal remeh lainnya. Maka, jangan harap kesuksesan dunia akan dapat kita raih, apalagi kesuksesan akhirat.

Penting bagi kita sebagai kaum muslim untuk memiliki visi besar yang bermuara pada akhirat. Di dunia ini, kita mau ambil peran sebagai apa? Oh, suka games, jadi gamers, boleh. Tapi jadilah gamers yang memiliki pemahaman agama yang baik dan mendakwahkannya ke sesama gamers lainnya. Jadi apa skill kita, ambil peran untuk dakwah kebaikan yang muaranya adalah akhirat.

Jadi naikkan level, yang semula punya hanya untuk kesenangan duniawi. Berubah menjadi visi besar untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi